Ilustrasi/CHA

Koran Sulindo – PDI Perjuangan menggelar peringatan Nuzulul Quran lewat sebuah diskusi kebangsaan bertema ‘Pesan Perdamaian dalam Alquran’. Sekjen DPP PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, mengakui pihaknya memilih tema itu karena kontekstual dengan situasi saat ini.

“Kami ingin mengajak, mari kita sebagai warga bangsa mengedepankan pesan perdamaian dan kemanusiaan, terlebih saat ini, dimana masih ada pertentangan satu sama lain, padahal pemilu sudah selesai,” kata Hasto Kristiyanto, di Jakarta,Senin (27/5/2019), melalui rilis media.

Acara diskusi dimoderatori Ketua DPP Bamusi bidang media, Yayan Sopyani Al Hadi, dan dibuka Ketum Bamusi Hamka Haq. Acara dilaksanakan di kantor PDI Perjuangan di Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Minggu (26/5/2019) kemarin.

Hasto lalu bercerita soal sejarah hidup partainya yang pernah berada di luar kekuasaan, bahkan tindakan represif dilakukan kekuasaan yang otoriter. Kantor partainya pernah diserang, Bung Karno dan keluarganya mendapatkan perlakuan buruk dari rejim Soeharto. Namun ketika, Soeharto dihujat akibat kekejaman rejimnya di masa lalu, justru PDI Perjuangan meminta agar hal itu dihentikan.

“Kami pernah dua kali kalah dalam pemilu. Kami tidak ikut pemerintahan. Ternyata PDI Perjuangan tetap bertahan karena ideologi, semangat kolektivitas yang ada di partai,” katanya.

Karena itulah, PDI Perjuangan berharap semua pihak memiliki pandangan bahwa kalah pemilu bukan akhir segalanya. Sebab kalah dan menang sama-sama mengandung sebuah tanggung jawab yang besar bagi bangsa dan negara.

“Yang menang harus menggunakan kemenangan itu untuk kepentingan bangsa dan negara untuk rakyat. Yang kalah bisa memperbaiki diri dan hanya 5 tahun menunggu untuk kompetisi berikutnya. Maka jangan korbankan persatuan Indonesia hanya karena ambisi kekuasaan,” katanya.

Pada konteks itulah maka tema diskusi soal pesan perdamaian dalam Alquran itu mendapatkan tempat yang cocok. PDI Perjuangan berharap semangat rekonsiliasi dikedepankan.

“Tak perlu benturkan polisi dan umat Islam, TNI dan Polri. Kita mempunyai pengalaman buruk. Bila konflik terjadi, toh korbannya adalah bangsa Indonesia sendiri, ibu-ibu dan anak-anak yang akan menjadi korbannya,” kata Hasto. [CHA/DAS]