Koran Sulindo – PDI Perjuangan buka-bukaan ‘dapur’ tempat penghitungan suara pemilu 2019 kepada publik. Langkah tersebut dilakukan untuk menunjukkan kepada publik bagaimana mekanisme rekapitulasi suara yang dilakukan partai.
Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto dalam kesempatan tersebut mengajak awak media melihat ruang kerja Badan Saksi Pemilu Nasional (BSPN) Pusat.
Ruang kerja tersebut merupakan pusat komando untuk menggerakkan 300 ribuan petugas yang mengumpulkan serta menginput data C1 dari TPS seluruh Indonesia ke 154.320 komputer.
Tak serta merta menjelaskan substansi mekanisme penghitungan suara, Hasto justru terlebih dahulu menjelaskan sejumlah lukisan dan alat musik tradisional yang menghiasi kantor DPP PDI Perjuangan .
Menurut Hasto, sejatinya kantor partai sebagai tempat mengekspresikan seluruh kebudayaan nusantara. Tidak hanya gamelan, angklung, kulintang, namun juga berbagai koleksi lukisan ternama juga ditampilkan dalam semangat mewujudkan Indonesia yang berkepribadian dalam kebudayaan.
“Di sini sengaja kami duduk di belakang lukisan Saudara Nasirun yang menggambarkan bahwa politik itu penuh warna dan kebudayaan. Seluruh ekspresi ada di sini,” kata Hasto di Kantor DPP PDI Perjuangan, Jakarta, Senin (22/4).
Ia juga menuturkan bahwa di sisi lain gedung ada dua lukisan yang menggambarkan naga merah dan naga hijau. Mengisahkan pada jaman dulu pemerintahan yang otoriter dan di situ ada operasi naga merah dan naga hijau.
“Jadi seluruh lukisan di kedua gedung DPP PDI Perjuangan penuh dengan pesan-pesan perjuangan, kemanusiaan, dan pesan politik yang membangun peradaban,” kata Hasto.
Seperti diketahui, Nasirun salah seorang perupa kelahiran Cilacap, 1 Oktober 1965 pernah berpameran tunggal di Yogyakarta, Solo dan Jakarta, dan telah berpartisipasi dalam berbagai pameran kelompok di Indonesia, Singapura dan Belanda.
Hasto pun menjelaskan, tidak hanya lukisan Nasirun yang dipamerkan saat malam penggalangan dana dukungan bagi Jokowi-KH Ma’ruf Amin beberapa waktu lalu.
“Kami juga memiliki lukisan Bung Karno karya Trubus, lukisan Garuda Pancasila yang begitu megah karya Srihady; Cut Nyak Dien; lukisan Lee Man Fong; juga aneka tenun nusantara. Ada juga karya Hendra, Widayat dan lain-lain,” kata Hasto.
Hasto melanjutkan, PDI Perjuangan memberi apresiasi terhadap perupa dan pegiat seni dan budaya. Karena itulah, banyal lukisan menghiasi dinding-dinding gedung DPP PDI Perjuangan.
“Politik dan seni adalah bagian yang tak terpisahkan. PDI Perjuangan selalu memberi ruang dan apresiasi terhadap para seniman,” ujar Hasto.
Hasto mengatakan, dengan menampillan berbagai lukisan, patung, kain tenun nusantara, dan alat musik tradisional di kantor partai berlambang banteng itu.
“PDI Perjuangan mengukuhkan Kantor Partai juga sebagai rumah budaya nusantara. Sebab berpolitik itu menyentuh rasa, penuh ekspresi kebudayaan, dan mengobarkan rasa cinta kepada tanah air,” kata Hasto. [CHA]