Koran Sulindo – Apresiasi Bung Karno atas seni rupa tidak terbatas kepada karya-karya yang tercipta belaka. Tetapi juga pada kreatornya
Sukarno mulai belajar menggambar sejak duduk di bangku sekolah rakyat. Ketika remaja, dia bahkan sempat diberi tanggung jawab untuk menjaga anak-anak H.O.S Tjokroaminoto dengan mengajarinya menggambar. Sukarno serius belajar melukis dari dosennya di Technische Hoogeschool te Bandoeng (sekarang ITB), Prof. Schumacher. Bahkan setelah menjadi presiden, Sukarno masih suka melukis.
Soal teknik, kemampuan bapak bangsa itu tidak kalah dari para pelukis profesional. Melukis anatomi miring seperti terlihat dalam lukisan “Rini” bukanlah hal mudah. Begitu juga melukis tangan dan baju yang nampak transparan.
Sukarno selama hidupnya telah melukis puluhan buah. Menurut catatan Indonesian Visual Art Archive, lukisan Sukarno yang bisa dilacak sebanyak 34 buah, hampir semuanya lukisan pemandangan alam dan perempuan berbaju tradisional.
Presiden Republik Indonesia pertama, seperti ditulis Agus Dermawan T (Bukit-Bukit Perhatian;) diakui oleh masyarakat Indonesia sebagai patron seni rupa nomor satu. Dari dorongannya perupa Indonesia mendapatkan kedudukan istimewa di dalam masyarakat. Dari apresiasinya karya-karya perupa Indonesia terposisikan di tempat-tempat publik, dan memperoleh penghormatan tinggi. Dari stimulusnya para pencinta seni rupa di Indonesia tumbuh menjadi peminat serius, bahkan menjadi kolektor, connoisseur. Sukarno selalu mengingatkan karya seni rupa adalah sesuatu yang sangat berharga, preciosa. Dan dari propagandanya yang konsisten itu masyarakat Indonesia menaruh hormat kepada para pematung dan pelukis.
Tapi Bung Karno tahu hidupnya pada suatu ketika akan dipadati oleh urusan-urusan sosial dan politik yang rumit, sehingga diyakini akan sulit mencari waktu untuk melukis. Karena itu ia segera memposisikan dirinya dengan strategis: sebagai kolektor. Di tengah kunjungannya sebagai kepala negara ke mancabenua, Bung Karno selalu “mencuri” kesempatan hunting lukisan dan patung. Begitu juga apabila ia berkunjung ke daerah-daerah di Indonesia. Presiden Sukarno sendiri, yang tak segan langsung berbelanja ke berbagai galeri atau sanggar seni. Sebagian lukisan itu juga hadiah dari pemimpin negara-negara lain saat berkunjung ke Indonesia.
Meski gemar melukis, Sukarno tetap saja memiliki sejumlah pelukis favorit. Ini terlihat dari jumlah koleksi lukisannya. Koleksi lukisan karya Basoeki Abdullah ada sekitar 200 buah. Jumlah itu disusul koleksi karya Dullah sekitar 80 buah.
Apresiasi Bung Karno atas seni rupa tidak terbatas kepada karya-karya yang tercipta belaka. Tetapi juga pada kreatornya. Karena ia merasa bahwa dirinya adalah setara dan sedarah dengan para kreator itu sendiri.
Namun yang sangat mengesankan dari kehidupan Bung Karno adalah hasrat untuk menyamakan kedudukan seniman dengan profesi lain. Seniman disejajarkan dengan politikus, dengan pengusaha, dengan dokter, dengan insinyur, dengan ahli hukum. Sehingga dalam gelora membangun negara dan bangsa, seniman dilibatkan. Sejarah mencatat, Bung Karno pernah mengangkat pelukis Henk Ngantung sebagai Gubernur Jakarta dan pada masanya seniman bisa keluar masuk Istana Kepresidenan.
Sampai ujung 1965, koleksi lukisan dan patung Bung Karno sekitar 2.300 buah. Koleksi itu telah disusun dalam buku Lukisan-lukisan dan Patung-patung Koleksi Presiden Sukarno. [Didit Sidarta]