Koran Sulindo – Setidaknya ada 25 konglomerat generasi kedua yang diundang Presiden Joko Widodo ke Istana Merdeka, Jakarta, pada Senin siang ini, (27/8). Mereka antara lain Rosan P. Roeslani, yang juga Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia; Garibaldi Thohir (Adaro); Anindya N. Bakrie (Bakrie Group); Muki Hamami (Trakindo Utama); Martin Hartono (PT Djarum); Anthony Pradiptya (Plug and Play); Axton Salim (Salim Group); Michael Soeryadjaya (Saratoga Investama Sedaya); Michael Widjaja (Sinar Mas), dan; Budi Susanto (Alfamart).
Lalu ada juga Arini Sarraswati Subianto (Persada Capital Investama); Arif Patrick Rachmat (Triputra Agro Persada); Arif Suherman (Cineplex); Richard Halim Kusuma (Agung Sedayu Group); Pandu Patria Sjahrir (Toba Bara); John Riady (Lippo Group); Alvin Sariaatmadja (Emtek); Anderson Tanoto (Royal Golden Eagle); Yaser Raimi Arifin Panigoro (Medco Group); Jonathan Tahir (Mayapada); Ivan Batubara (Ketua Umum Kadin Sumatera Utara); Dayang Donna Farouk (Ketua Umum Kadin Kaltim); Arus Abdul Karim (Ketua Umum Kadin Sulawesi Tengah); Kukrit Suryo Wicaksono (Ketua umum Kadin Jawa Tengah); Gandi Sulistiyanto Soeherman (Sinar Mas), dan; Agus Prajogo.
Dalam kesempatan tersebut, Presiden Jokowi dan para pengusaha tersebut membahas ekonomi nasional dengan para pengusaha tersebut. Juga disinggung oleh Jokowi tentang perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok serta ekonomi Turki yang semakin membuat ekonomi global semakin tak menentu.
“Bahkan, saat terakhir waktu saya ketemu Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim, saya tanya langsung, bagaimana kira-kira prospek pertumbuhan ekonomi maupun keadaan ekonomi global secara umum, apa sarannya kepada Indonesia. Dia ngomong tidak punya saran, semuanya sulit diprediksi,” ungkap Jokowi, seperti dikutip banyak media.
Dengan demikian, masalah ekonomi Indonesia hanya Indonesia sendiri yang bisa memperbaiki. Menurut Jokowi, masalah terbesar yang masih ada di ekonomi nasional adalah defisit transaksi berjalan. “Ini memang sudah lama sekali yang tidak diperbaiki, saya kira kita akan fokus di sana, termasuk terutama juga di neraca perdagangan,” katanya.
Masalah terbesar kedua adalah keseimbangan primer. Jika pemerintah fokus menyelesaikan masalah ini, Jokowi yakin dalam setahun ini masalah tersebut bisa terselesaikan.
Diungkapkan pula oleh Presiden Jokowi, pemerintah juga sudah mulai fokus ke pariwisata. Karena, sektor ini memiliki potensi yang sangat besar. “Saya kira akhir tahun ini, 17 juta wisatawan asing bisa kita capai. Thailand bisa 34 juta wisatawan, kenapa kita enggak bisa. paling tidak menyamai mereka?” tuturnya.
Hal-hal itulah yang diperbaiki dan menjadi pekerjaan rumah bersama, baik di Kadin pusat maupun di daerah. Karena, masih banyak sekali peluang untuk perbaikan-perbaikan yang harus kita lakukan. “Tapi intinya, kami ingin tidak melulu konsentrasi pada pertumbuhan ekonomi. Yang lebih penting, menurut saya, kualitas pertumbuhan ekonomi itu sendiri,” kata Jokowi. [RAF]