Pakarena adalah tarian tradisional dari Sulawesi Selatan dan khusus dibawakan oleh penari perempuan dengan diiringi oleh gendang (gandrang) dan sepasang instrumen alat semacam suling (puik-puik).
Penari Pakarena harus perempuan. Karena pada dasarnya tarian tradisional Ini mencerminkan karakter perempuan Gowa yang sopan, lembut, setia, dan patuh. Para penari tersebut melengkapi keindahan gerakan tariannya dalam kostum cerah berwarna merah, hijau, kuning dan putih. Untuk melengkapi tarian Ini, penari juga membawa kipas berukuran besar. Selain Itu, aksesoris lain yang dikenakan adalah gelang, kalung, dan jugan sanggul.
Pakarena sebagai tarian tradisional dari Makassar mulai keluar dari tradisi istana dan menjadi pertunjukan yang sangat populer di abad 20. Tarian ini sangat enerjik, terkadang juga begitu hingar bingar oleh musik, namun diiringi oleh gerakan tari yang sangat lambat lemah gemulai dari para wanita muda.
Tari Pakarena ada dua jenis yaitu; (1) Tari Pakarena dari Gowa dan (2) Tari Pakarena Gantarang. Tari Pakarena Gantarang Ini berasal dari perkampungan yang pada zaman dahulu sebagai pusat kerajaan di Pulau Selayar yaitu Gantarang Lalang Bata.
Legenda
Tidak ada data yang menyebutkan sejak kapan tarian Pakarena Gantarang ini ada dan siapa yang menciptakan, namun masyarakat meyakini bahwa berkaitan dengan kemunculan Tumanurung. Tumanurung merupakan bidadari yang turun dari langit untuk untuk memberikan petunjuk kepada manusia di bumi. Petunjuk yang diberikan tersebut berupa simbol-simbol berupa gerakan, yang kemudian dikenal sebagai Tari Pakarena Gantarang.
Masyarakat Bugis juga meyakini bahwa Tari Pakarena berawal di kisah perpisahan penghuni bottinglangi (negeri kayangan) dengan penghuni lino (bumi) di zaman dahulu. Sebelum Berpisah, botinglangi mengajarkan kepada penghuni lino mengenai tata cara hidup, bercocok tanam hingga cara berburu lewat gerakan-gerakan tangan, badan dan kaki. Gerakan Inilah yang kemudian menjadi tarian ritual ketika penduduk di bumi menyampaikan rasa syukur pada penghuni langit.
Pakarena Sebagai Media Pemujaan
Pada masa lalu jenis tari klasik ini dipertunjukkan sebagai salah satu media pemujaan kepada para dewa. Menurut berbagai sumber sejarah, tarian Pakarena sudah dikenal oleh masyarakat Gowa Sulawesi Selatan pada masa kerajaan Gantarang.
Tarian ini memiliki beberapa filosofi yang bercerita mengenai kisah kehidupan. Adapun kisah yang disampaikan merupakan kisah seorang manusia dengan penghuni langit. Dimana penghuni langit yang entah digambarkan sebagai dewa atau pun bidadari kayangan memberikan pelajaran kepada manusia tentang cara-cara bertahan hidup di muka bumi mulai dari cara mencari makanan di hutan hingga bercocok tanam di tanah.
Dari legenda tersebut kemudian tumbuh kepercayaan pada masyarakat Gowa bahwa gerakan-gerakan yang ditampilkan oleh para penari merupakan gerakan ungkapan terimakasih pada para penghuni langit.
Kostum Tari Pakarena
Aturan mainnya adalah ditarikan oleh empat orang perempuan dan para penari Pakarena tidak diperkenankan membuka matanya terlalu lebar. Demikian pula dengan gerakan kaki, tidak boleh diangkat terlalu tinggi. Hal ini berlaku sepanjang tarian berlangsung yang memakan waktu sekitar dua jam.
Sedangkan kostum penarinya adalah, baju pahang (tenunan tangan), lipa’ sa’be (sarung sutra khas Sulawesi Selatan), dan perhiasan-perhiasan khas dari Kabupaten Selayar. Atau kostum yang digunakan para penari juga bisa merupakan busana adat khas Gowa. Para penari biasanya menggunakan baju longgar, kain selempang, dan kain sarung khas Sulawesi Selatan.
Pada bagian kepala, rambut penari biasanya dikonde dan dihiasi dengan tusuk berwarna emas serta bunga-bunga. Penari juga dilengkapi dengan berbagai aksesoris seperti gelang, kalung dan anting yang khas. Selain Itu tidak lupa penari juga membawa kipas lipat yang digunakan untuk menari.
Dalam pertunjukan Tari Pakarena biasanya diiringi oleh alat musik tradisional yang sering disebut dengan gondrong rinci.Gondrong Rinci Ini merupakan Musik Tradisional yang terdiri dari gendang dan seruling juga kannong-kannong, gong, kancing. Musik Pengiring ini biasanya dimainkan oleh 4-7 orang pemain musik. Salah satu pemusik biasanya memainkan seruling dan yang lainnya memainkan gendrang dengan cara yang berbeda-beda sehingga menghasilkan suara yang padu. Dalam Tarian Ini Walaupun Penari Menari Dengan Gerakan yang lemah lembut, namun irama yang dimainkan musik pengiring bertempo cepat. Hal inilah yang menjadi salah satu keunikan dari Tari Kipas Pakarena ini. [NoE]