Pak Jokowi, Mereka ke Istana untuk Mempertahankan Tanahnya. Bukan Meminta

Ilustrasi/Twitter

Koran Sulindo – Perwakilan petani dari pegunungan Kendeng Jawa Tengah itu, akhirnya bisa bertemu Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Rabu (22/3) lalu. Kakak beradik Gunarti dan Gunarto itu bisa masuk Istana, setelah lebih 2 minggu tiap hari sejak pagi hingga senja berunjukrasa di seberangnya.

Difasilitasi dan diundang Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), yang diundang Jokowi ke Istana Negara untuk melaporkan hasil yang berlangsung pekan lalu di Tanjung Gusta, Sumatera Utara.

Gunarti mengaku hanya bisa berbicara sebentar dengan presiden, namun kecewa pada responnya.

“Kalau mengenai izin, ya harus tanyanya sama gubernur. Jangan semua masalah dibawa ke sini. Selama ini sudah komunikasi sama gubernur apa belum?” kata Jokowi, seperti ditirukan Gunarti, seperti dikutip kbr.id

Mungkin Presiden Jokowi tidak tahu, Gunarti dan orang-orang pegunungan Kendeng yang hari itu masih memasung kakinya dengan semen telah berjuang mempertahankan tanah airnya itu sejak sekitar 10 tahun lalu.

Mereka bukan hanya sudah berkomunikasi dengan Gubernur Jawa Tengah, namun juga sudah sampai melakukan apapun, agar pak Ganjar tidak mengeluarkan izin dulu.

“Kalau melihat apa yang dikatakan beliau, Pak Jokowi, rasanya saya sudah kehilangan Bapak,” kata Gunarti, di pilar depan Istana. Ia menangis tersedu.

Ia menjauh dari lokasi keriuhan puluhan masyarakat adat yang mengerubungi Presiden Jokowi dan berebut foto bersama.

Gunarti beberapa kali sesegukan sambil memeluk adiknya di balik tiang Istana. Mereka lalu meninggalkan Istana tanpa bersalaman dengan Presiden.

Malam itu mereka berdua harus menyampaikan tanggapan presiden itu kepada warga Pegunungan Kendeng.

“Apa yang dikatakan Pak Jokowi sudah bisa saya terima. Kalau seperti ini kan, bukan hanya sekedar katanya. Kalau sekarang saya mendengar langsung dari pak Jokowi. Dan saya sedih,” kata Gunarti.

Tanah untuk Rakyat

Siang sebelum Gunarti dan masyarakat adat seluruh tanah air itu dijamu di istana Presiden Jokowi memimpin rapat terbatas mengenai reforma agraria dan perhutanan sosial, di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (22/3).

Jokowi mengatakan paling tidak terdapat 9 juta hektar tanah yang akan ditata kepemilikannya melalui program reforma agraria. Selain itu terdapat sekitar 4,9 juta hektar tanah negara yang bisa diberikan kepemilikannya pada rakyat. Termasuk di dalamnya tanah dan Hak Guna Usaha yang tidak diperpanjang, serta tanah-tanah terlantar.

Menurut Jokowi, semangat reforma agraria adalah terwujudnya keadilan dalam penguasaan, pemilikan, penggunaan, pemanfaatan lahan,  wilayah, dan sumber daya alam. Reforma agraria harus bisa menjadi cara baru, bukan saja untuk menyelesaikan sengketa agraria antara masyarakat dengan perusahaan atau masyarakat dengan pemerintah, tapi juga cara baru untuk mengatasi kemiskinan dan ketimpangan sosial ekonomi, khususnya di perdesaan.

“Agar masyarakat, terutama yang masuk dalam lapisan 40 persen terbawah, dapat memiliki akses legal terhadap tanah yang bisa dikelola sebagai sumber penghidupan dan kesejahteraan,” kata Jokowi, seperti dikutip situs setkab.go.id.

Presiden langsung memerintah  Menteri Agraria dan Tata Ruang/BPN untuk fokus menuntaskan program sertifikasi lahan terutama bagi rakyat yang tidak mampu. Juga segera melakukan pendataan dan penataan sekitar 4,9 juta hektar tanah negara yang bisa diberikan kepemilikannya pada rakyat.

Pangkur Ibu Bumi

Sebenarnya saat itu Gunarti mau menembangkan macapat Pangkur di depan Jokowi, namun dipotong protokoler. Ia hanya bisa menyerahkan kertas berisi pangkur 2 buah podho (bait) itu ke pemimpin tertinggi di Republik Indonesia itu.

Pak Jokowi kang minulya

Dosa napa kang sindang nagri iki?

rakyat ingkang dados kurban

peraturan kebijagan

Nguri-uri Ibu Bumi dipun sakiti

Emut lan emuto Bapak

Nagri niki nagri rakyat

Lamun tan mbela pertiwi

Napa kedah mbela kapitalis?

Napa ta salah kawula?

Pengin Ibu Bumi lestari

Pesenipun Bapak Sukarno rumuhun

Tresnano Ibu Bumi

Tanah Air kangge rakyat

Terjemahan:

Pak Jokowi yang mulia

Dosa apa yang disandang negara ini?

rakyat yang jadi korban

peraturan kebijakan

Menghidupi Ibu Bumi yang disakiti

Ingat dan sadarlah Bapak

Negara ini negara rakyat

Bila tak membela pertiwi

Apa harus membela kapitalis?

Apa sesungguhnya salah hamba?

Ingin Ibu Bumi lestari

Amanat dari Bapak Sukarno dahulu

Sayangilah Ibu Bumi

Tanah Air untuk rakyat.

Pak Jokowi, Bapak Presiden, orang-orang Kendeng itu datang ke istana, memasung kakinya dengan semen, berjuang tanpa lelah selama satu dekade terakhir ini, untuk mempertahankan tanahnya. Bukan minta-minta pembagian tanah. [DAS]