Koran Sulindo – Dengan menggunakan bus, kendaraan pribadi, kereta api, puluhan ribu orang memadati ibu kota Malaysia pada 8 Desember lalu. Kuala Lumpur mendadak menjadi lautan putih. Puluhan ribu massa itu datang untuk menentang Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial (ICERD).
Ditambah dengan seruan dari Partai Islam Malaysia (PAS) bersama dengan UMNO bahwa demonstrasi menentang ICERD adalah bentuk jihad. Kendati Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohammad telah mengumumkan bahwa tidak akan meratifikasi ICERD, massa tetap menggelar demonstrasi.
Mayoritas pemilih Malaysia menilai partai oposisi menggunakan isu ras dan agama untuk memobilisasi massa untuk menentang pemerintah baru di bawah koalisi Pakatan Harapan. Seorang anggota PAS, Surizan Sulaiman, 51 tahun seperti dikutip Channel News Asia mengatakan, pihaknya menggelar demonstrasi untuk membela Islam.
“Kami khawatir pemerintah hanya menunda dan tidak membatalkan ratifikasi ICERD,” kata Surizan yang merupakan warga Kuantan, Pahang.
Partai oposisi yang diwakili UMNO dan PAS menyebut ICERD mengancam posisi Islam dan hak-hak istimewa Melayu. Para pengamat menilai, UMNO mengungkapkan hal itu sebagai bentuk mengalihkan perhatian rakyat Malaysia terhadap isu korupsi yang kini menjerat elite-elite senior partai tersebut. Salah satunya adalah mantan PM Najib Razak.
Komisi Pemberantasan Korupsi Malaysia menuntut Najib dengan 39 dakwaan terkait dengan pencucian uang, penyalahgunaan kewenangan dan kekuasaan. Di luar Najib, ada beberapa elite UMNO yang juga dijerat kasus korupsi oleh KPK Malaysia.
Pengamat politik dari International Movement for a Just World (JUST), Chandra Muzaffar mengatakan, elite UMNO menjadikan isu ICERD ini sebagai momentum untuk mengalihkan perhatian rakyat dari kasus korupsi. Ditambah pula dengan “bumbu” bahwa ratifikasi itu akan menghilangkan hak-hak isitmewa orang Melayu.
Berbeda denga UMNO, PAS menggunakan isu ICERD untuk meningkatkan posisi tawarnya kepada pemerintah. Itu dinilai sebagai peluang besar. Isu ICERD kemudian dihadap-hadapkan dengan sentimen orang Melayu walau sesungguhnya ada banyak kerancuan dan kebohongan di sana. Sebab, ICERD sama sekali tidak mengancam Islam, kata Chandra. [KRG]