Sebuah pesawat B-25 Amerika Serikat menjatuhkan bom di Vietnam Utara selama Operasi Linebacker II, yang dimulai menjelang Natal. (Sumber: War History Online)
Sebuah pesawat B-25 Amerika Serikat menjatuhkan bom di Vietnam Utara selama Operasi Linebacker II, yang dimulai menjelang Natal. (Sumber: War History Online)

Sepanjang Perang Vietnam dari 1 November 1955 hingga 30 April 1975, Amerika Serikat melaksanakan banyak operasi militer, salah satunya Operasi Linebacker II. Karena dilaksanakan pada 18 Desember 1972, serangan tersebut dijuluki Pemboman Natal (the Christmas bombings).

Operasi Linebacker II adalah operasi multi-layanan yang kompleks di Vietnam Utara, sebuah tanggapan terhadap Kampanye Nguyen Hue atau “Serangan Paskah” Vietnam Utara ke Vietnam Selatan pada 30 Maret-22 Oktober 1972.

Dalam Serangan Paskah itu, Vietnam Utara mengerahkan senjata baru, artileri berat, dan tank dari Uni Soviet dan China melintasi zona demiliterisasi dan perbatasan Laos dan Kamboja ke beberapa wilayah Vietnam Selatan. Itu merupakan serangan terbesar yang dilancarkan oleh Angkatan Darat Vietnam Utara selama Perang Vietnam.

Berikut Koran Sulindo telah merangkum jalannya Operasi Linebacker II alias Pemboman Natal dari berbagai sumber.

Kronologi Operasi Linebacker II

Operasi Linebacker II bertujuan untuk menghancurkan semua kompleks target utama di Hanoi dan Haiphong. Operasi ini juga berusaha memaksa Vietnam Utara kembali mengikuti negosiasi damai, setelah sebelumnya petinggi politburo Vietnam Utara membatalkan kesepakatan yang telah dibuat dalam sebuah dari diskusi di Paris pada 8 Oktober 1972.

Sebagai persiapan, seluruh pesawat pengebom B-52 diterbangkan dari U-Tapao di Thailand pada awal tahun 1972. Setelah semua urusan dan persiapan terpenuhi, Amerika Serikat memulai gelombang pertama Operasi Linebacker II pada malam 18 Desember dengan mengerahkan pesawat B-52 untuk membom target militer di Hanoi, Haiphong, dan tempat lain di Vietnam Utara secara presisi.

Serangan pertama meletus di Lapangan Udara Hoa Lac yang berada 15 mil sebelah barat ibu kota Vietnam Utara. Rombongan besar yang terdiri atas seratus dua puluh sembilan pesawat B-52 direncanakan untuk terbang dalam kelompok beranggotakan tiga pesawat melalui koridor sempit ke Vietnam Utara untuk menghindari tabrakan di udara pada malam hari.

Serangan malam itu didukung oleh perangkat elektronik pengacau radar milik B-52, serangan oleh pesawat-pesawat Wild Weasels terhadap rudal permukaan-ke-udara (SAM) milik Vietnam Utara, dan penanggulangan frekuensi radio melalui alat bernama “chaff” yang terpasang pada F-4 Phantom.

Pesawat-pesawat pengebom B-25 menggunakan taktik berbelok tajam untuk menjauhi target setelah melepaskan bom. Angkatan Udara AS mengulangi skenario ini selama dua malam.

Sayangnya, taktik ini terbukti tidak efektif karena belokan tajam mereka mengarahkan perangkat pengacau elektronik ke titik yang salah, dan angin kencang malah meniup chaff menjauh. Pesawat-pesawat itu juga terbang melalui rute yang sama setiap malam sehingga mudah diidentifikasi.

Berhenti untuk Merayakan Natal

Setelah mengetahui rute B-52, para tentara komunis Vietnam Utara melaporkan ketinggian pesawat pesawat tersebut kepada kru SAM. Kru tersebut langsung meluncurkan rudal tanpa pemandu ke tempat yang mereka prediksi akan menjadi lokasi para pengebom. Bidikan mereka tepat sasaran: Vietnam Utara berhasil menembak jatuh dua belas pesawat B-52. Serangan balasan ini terjadi menjelang dimulainya gelombang kedua, yang direncanakan berlangsung dari 21-24 Desember.

Ketika gelombang kedua dimulai, menjelang Natal, Angkatan Udara AS telah mengubah strategi penyerangan. Alih-alih mengerahkan ratusan pesawat B-25 sekaligus, mereka menerbangkan hanya sekitar 30 pesawat ke wilayah lain yang ancamannya lebih rendah.

Operasi dihentikan sementara selama 36 jam pada hari Natal. Setelah itu, gelombang ketiga pemboman dimulai. Presiden AS Richard Nixon memerintahkan serangan besar-besaran pada tanggal 26 Desember. Angkatan Udara mengarahkan 113 pesawat B-52 ke 10 target di sekitar Hanoi dan Haiphong dalam waktu 15 menit. Pengeboman itu bertujuan mengisolasi Hanoi dan Haiphong secara geografis, listrik, dan logistik dari wilayah Vietnam Utara lainnya.

Vietnam Utara Meminta Negosiasi

Sejak tanggal 18 Desember 1972, barisan pesawat B-52 telah mengarahkan 729 serangan mendadak terhadap 34 target di utara garis lintang kedua puluh, mengirimkan 15.237 ton bom. Selain itu, pesawat tempur Angkatan Udara dan Angkatan Laut bekerja sama untuk mengerahkan sekitar 1.200 serangan mendadak dan menyalurkan 5.000 ton persenjataan lainnya.

Titik-titik serangan meliputi stasiun kereta api, fasilitas penyimpanan, peralatan komunikasi radio, pembangkit listrik, lapangan udara, lokasi kru SAM, dan jembatan.

Pesawat-pesawat pengebom B-25 sukses mengacaukan lalu lintas kereta api dalam jarak 10 mil dari Hanoi dengan menghalangi 500 jalur kereta api, menghancurkan hampir 400 unit kereta api, dan meledakkan 191 gudang penyimpanan.

Kebrutalan serangan Amerika Serikat membuat Hanoi meminta melanjutkan negosiasi damai pada tanggal 27 Desember. Setelah Presiden Nixon mengonfirmasi kesediaan Vietnam Utara secara serius, dia menghentikan Operasi Linebacker II pada tanggal 29 Desember.

Selama Operasi Linebacker II, sebanyak 1.318 orang tewas di Hanoi dan 306 di Haiphong. Kerugian Angkatan Udara secara keseluruhan mencakup lima belas pesawat B-52, dua F-4, dua F-111, dan satu helikopter pencari dan penyelamat HH-53. Kerugian Angkatan Laut AS mencakup dua A-7, dua A-6, satu RA-5, dan satu F-4. Tujuh belas dari kerugian ini disebabkan oleh rudal SA-2, tiga disebabkan oleh serangan MiG di siang hari, tiga disebabkan oleh artileri antipesawat, dan tiga lainnya disebabkan oleh hal yang tidak diketahui. [BP]