Suluh Indonesia – Pada tanggal 3 September 1944, 75 tahun yang lalu hari ini, Anne Frank dan tujuh orang lainnya yang selama ini bersembunyi di Secret Annex diangkut ke Auschwitz. Bersama dengan lebih dari seribu tahanan Yahudi lainnya.
Bahkan di tempat persembunyiannya di Secret Annex, Anne Frank sudah mengetahui keberadaan Westerbork. Kamp transit Nazi di provinsi Drenthe, timur laut Belanda, selama Perang Dunia II. Anne telah belajar tentang perang dan penganiayaan atas orang-orang Yahudi dari para pembantu dan siaran radio.
Pada, 9 Oktober 1942, Anne Frank menulis dalam buku hariannya: ‘Banyak teman dan kenalan Yahudi kami dibawa pergi berbondong-bondong. Gestapo memperlakukan mereka dengan sangat kasar dan mengangkut mereka dengan mobil ternak ke Westerbork, kamp besar di Drenthe tempat mereka mengirim semua orang Yahudi.”
Catatan harian terakhir Anne Frank tertanggal 1 Agustus 1944, tiga hari sebelum penangkapannya. Satu-satunya informasi yang dimiliki tentang apa yang terjadi pada Anne Frank dalam enam bulan antara penangkapan dan kematiannya di kamp konsentrasi Bergen-Belsen berasal dari kesaksian orang lain.
Dalam sebuah wawancara pada tahun 1979, Otto Frank, ayah Anne, selamat dari perang. Dia berada di barak rumah sakit di Auschwitz ketika kamp itu dibebaskan oleh tentara Soviet pada 27 Januari 1945. Tujuh orang lainnya dari Secret Annex tidak selamat dari kebengisan Nazi.
Hermann van Pels dibunuh di kamar gas Auschwitz pada Oktober 1944; Auguste van Pels meninggal dalam perjalanan dari Raguhn ke Theresienstadt pada bulan April 1945; Peter van Pels meninggal di Mauthausen pada 10 Mei 1945; Fritz Pfeffer meninggal di Neuengamme pada 20 Desember 1944; Edith Frank meninggal di Auschwitz-Birkenau pada 6 Januari 1945; Margot dan Anne Frank meninggal di Bergen-Belsen pada Februari 1945.
Otto Frank tiba kembali di Amsterdam pada tanggal 3 Juni 1945. Dalam perjalanan pulangnya, dia mengetahui bahwa istrinya telah meninggal di Auschwitz. Harapannya bahwa putrinya dapat selamat dari kamp konsentrasi pupus pada Juli 1945.
Tak lama ia bertemu dengan saudara perempuannya Brilleslijper, yang telah dipenjarakan di Bergen-Belsen bersama Anne dan Margot. Ia memberitahu Otto tentang bulan-bulan terakhir kedua gadis itu yang menyedihkan serta kematian mereka, karena sakit dan kelelahan.
Kemudian hari Otto Frank mendedikasikan sisa hidupnya untuk rekonsiliasi dan hak asasi manusia di seluruh dunia. Dia menerbitkan buku harian Anne ke seluruh dunia dan diterjemahkan dalam 70 bahasa. [NoE]