Majelis Umum PBB ke-72 pada akhir 2017 mendeklarasikan 23 September sebagai Hari Bahasa Isyarat Internasional (International Day of Sign Languages, IDSL). Dokumen penetapan Hari Bahasa Isyarat Internasional disebut sebagai Resolusi A/RES/72/161, yang disponsori oleh Permanent Mission of Antigua and Barbuda untuk PBB, bersama 97 Negara Anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang lalu diadopsi berdasarkan konsensus pada 19 Desember 2017.
Tanggal 23 September dipilih karena merupakan tanggal berdirinya Federasi Tuna Rungu Dunia (World Federation of the Deaf, WFD) pada 1951. WFD adalah sebuah sebuah organisasi advokasi internasional tentang hak asasi orang Tuli. Salah satu tujuan utamanya adalah pelestarian bahasa isyarat dan budaya Tuli sebagai prasyarat untuk realisasinya. Di bawah WDF bernaung 135 asosiasi nasional orang Tuli. WDF juga mewakili sekitar 70 juta hak asasi orang Tuli di seluruh dunia.
Pada catatan WDF terdapat sekitar 72 juta orang Tuli di seluruh dunia. 80% lebih dari mereka tinggal di negara berkembang. Secara kolektif, mereka menggunakan lebih dari 300 bahasa isyarat yang berbeda.
Bahasa isyarat adalah bahasa alami yang sepenuhnya matang, meski secara struktural berbeda dari bahasa lisan. Ada juga bahasa isyarat internasional, yang digunakan oleh penyandang disabilitas dalam pertemuan internasional, dan secara informal saat bepergian serta bersosialisasi.
Bahasa isyarat internasional tersebut juga dianggap sebagai bentuk lain dari bahasa isyarat, yang tidak serumit isyarat alami dan memiliki leksikon terbatas.
Hari Bahasa Isyarat Internasional perlu ditetapkan, demi meningkatkan kesadaran akan pentingnya bahasa isyarat dalam realisasi penuh hak asasi manusia kelompok Tuli. Resolusi yang ditetapkan untuk hari tersebut juga mengakui akses awal ke bahasa isyarat, dan layanan dalam bahasa isyarat.
Termasuk juga pendidikan berkualitas yang tersedia dalam bahasa isyarat, yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan orang Tuli. Hal ini sangat penting untuk pencapaian tujuan pembangunan yang disepakati secara internasional. Dan, berarti juga mengakui pentingnya melestarikan bahasa isyarat sebagai bagian dari keragaman bahasa dan budaya.
Sejak 2018, Hari Bahasa Isyarat Internasional diperingati secara bersamaan dengan peringatan Pekan Internasional Tuna Rungu (International Week of the Deaf International Week of the Deaf, IWDeaf). Pekan IWDeaf telah berlangsung sejak 2009, diadakan selama tujuh hari penuh pada minggu terakhir September.
Setiap tahun, Hari Bahasa Isyarat Internasional diperingati dengan tema-tema khusus:
- 2018: With Sign Language, Everyone is Included (Dengan Bahasa Isyarat, Semua Orang Termasuk)
- 2019: Sign Language Rights for All! (Hak Bahasa Isyarat untuk Semua!)
- 2020: Sign Languages Are for Everyone (Bahasa Isyarat untuk Semua Orang!)
- 2021: We Sign for Human Rights (Bahasa Isyarat sebagai Hak Asasi Manusia) [NiM]
Baca juga: