Nilai Plus Proyek-Proyek Properti BUMN

Apartemen Grand Taman Melati, Jalan Margonda, Depok

Koran Sulindo – Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menjadi salah satu pilar negara untuk meningkatkan perekonomian dan memakmurkan masyarakat. Sekarang ini, dari belasan perusahaan BUMN rata-rata memiliki anak usaha dan divisi khusus di bidang properti. Sektor properti digarap banyak perusahaan BUMN karena menawarkan kepastian pasar yang besar seiring kebutuhan akan hunian.

Ada belasan perusahaan BUMN yang telah terjun ke bisnis properti dan perusahaan BUMN “Karya” telah menjadi pioner. Beberapa perusahaan yang awalnya hanya merupakan divisi realty kemudian berkembang menjadi perusahaan mandiri seiring perkembangan bisnisnya. Sebut saja PT Wika Realty, anak usaha PT Wijaya Karya Tbk.; PT Adhi Persada Properti (APP) dan PT Adhi Commuter Properti, anak usaha PT Adhi Karya Tbk.; PT PP Properti Tbk. dan PT PP Pracetak (PT PP Tbk.); PT HK Realtindo (PT Hutama Karya Tbk.), dan; PT Waskita Karya Realty (PT Waskita Karya).

Bisnis properti dari BUMN Karya yang sudah khatam dengan proyek infrastruktur dan properti ini akhirnya diikuti BUMN di bidang lain. Selain Perumnas yang memang sejak awal didirikan untuk mengembangkan perumahan, BUMN lain yang terjun ke bisnis properti adalah PT Jasa Marga Properti (PT Jasa Marga Tbk.); PT Pelindo Properti Indonesia (PT Pelindo III); PT Pos Properti Indonesia (PT Pos Indonesia); PT Timah Karya Persada Properti (PT Timah Tbk.); PT Kereta Api Properti Manajemen (PT Kereta Api Indonesia); PT Angkasa Pura Properti (PT Angkasa Pura I); PT Peruri Properti (Perum Peruri), dan; Patra Land (PT Patra Jasa).

Citra perusahaan negara yang umumnya kaku dan tidak fleksibel tidak berlaku untuk perusahaan pengembang para anak usaha BUMN ini. Nyatanya, puluhan, bahkan mungkin ratusan, proyek yang telah dikembangkan bisa bersaing dengan perusahaan swasta yang berpengalaman menciptakan proyek township (kota baru), seperti pengembang Sinar Mas Land dengan BSD City; Lippo Group (Lippo Karawaci dan Lippo Cikarang); Jababeka; Ciputra Group, dan; Agung Podomoro.

Yang membanggakan, hingga saat ini belum pernah terdengar ada proyek yang dikembangkan BUMN yang bermasalah atau cedera janji. Menurut Direktur Utama Wika Realty Agung Salladin, pengalaman sebagai perusahaan BUMN yang menggarap bisnis konstruksi menjadi jaminan tersendiri untuk menghasilkan kualitas hingga serah terima produk dengan baik dan terjamin.

“Hingga saat ini, semua proyek kami dan bahkan saudara-saudara kami sesama anak perusahaan BUMN bisa menjalankan dan men-deliver produknya dengan baik. Yang pasti, karena melekat anak usaha BUMN-nya membuat kami tidak mungkin ingkar janji atau kabur dan itu menjadi jaminan tersendiri bagi masyarakat,” ujar Agung.

Kendati bekerja sebagaimana perusahaan pada umumnya yang harus  profesional serta mengikuti kaidah-kaidah dan regulasi yang berlaku, BUMN telah menjadi corporate branding tersendiri dan itu melekat. Dengan demikian, masyarakat menjadi lebih nyaman.

“Selama ini, kami membangun proyek-proyek besar dari pengembang besar, jadi seharusnya kami bisa melakukan yang lebih bagus dong,” kata Vice President Realty PP Properti Tjakra D. Puteh.

Seiring perubahan pasar dan semakin mahalnya harga lahan, pengembangan produk properti juga mulai bergeser dari rumah biasa (landed house) menjadi hunian vertikal (apartemen). Perumnas misalnya, sejak beberapa tahun terakhir lebih fokus mengembangkan apartemen (subsidi dan komersial) dengan target mencapai 30 ribuan unit di kota-kota Indonesia, untuk segmen harga Rp 140 juta sampai Rp 300 jutaan. Tahun ini, Perumnas menargetkan nilai penjualan mencapai Rp 3,5 triliun dan sebanyak dua pertiganya dari segmen apartemen. Sisanya baru rumah tapak.

Adhi Karya yang menggarap proyek transportasi kereta ringan atau light rail transit (LRT) juga mengembangkan proyek LRT City di setiap stasiun LRT untuk memaksimalkan nilai strategis lahannya. Untuk tahap awal ini, LRT City akan dikembangkan di 20-an stasiun LRT yang digarap sendiri atau bekerja sama dengan perusahaan BUMN lain. LRT City menawarkan apartemen seharga mulai Rp 9 jutaan per meter persegi.

Sementara itu, APP yang sejak awal fokus mengembangkan apartemen kampus produknya telah menjadi pioner untuk unit apartemen di kampus-kampus ternama. Saat ini, APP telah mengembangkan Taman Melati, Grand Taman Melati, dan Grand Taman Melati 2 di dekat kampus Universitas Indonesia (UI) Depok, Jawa Barat, yang menawarkan produk apartemen seharga mulai Rp 400 jutaan.

Menariknya, apartemen kampus memiliki pangsa pasar sewa yang pasti seiring pasar yang juga pasti dari masuknya mahasiswa baru setiap tahun. Produk apartemen kampus APP ini telah berkembang ke sekitaran kampus Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Universitas Brawijaya-Malang, dan lainnya. Saat ini, APP hadir di hampir seluruh kota-kota yang memiliki universitas negeri dan kampus-kampus favorit. [HAN]