Koran Sulindo – Badan Pusat Statistik mencatat surplus neraca perdagangan Indonesia dalam kurun waktu Januari- Desember 2017. Indikator itu didapat dari peningkatan nilai ekspor dan impor yang tumbuh positif secara keseluruhan tahun 2017.
Menurut Kepala BPS Suhariyanto, neraca perdagangan Indonesia surplus sebesar US$ 11,84 miliar dengan nilai ekspor naik 16,22 persen year on year dan nilai impor naik 15,66 persen.
Suhariyanto menyebutkan berdasarkan catatan BPS, Indonesia terus menerus mengalami surplus neraca perdagangan sejak tahun 2015 dengan surplus US$ 7,67 miliar dan US$ 9,53 miliar di tahun 2016.
Ekspor Indonesia mengalami pelambatan akhir tahun 2017 namun meningkat dibanding tahun-tahun sebelumnya. Tercatat, ekspor Indonesia pada Desember 2017 mencapai US$ 14,79 miliar, turun 3,45 persen dibanding bulan November. Namun jika dibanding periode yang sama tahun 2016 nilai ekspor itu naik 6,39 persen.
Secara kumulatif nilai ekspor Indonesia sejak Januari-Desember 2017 bernilai US$168,73 miliar, naik 16,22 persen dibanding periode yang sama tahun 2016. Suhariyanto menyebut ekspor nonmigas mencapai US$ 152,99 miliar atau naik 15,83 persen.
Dari sisi impor, sepanjang Desember 2017 nilainya tercatat sebesar US$15,061,2 miliar atau turun tipis 0,29 persen dibanding November 2017.
Sedangkan jika dihitung kumulatif sejak Januari–Desember 2017, BPS mencatat impor US$ 156,893,0 miliar dollar AS, naik 15,66 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Catatan itu menunjukkan sepanjang 2017, Indonesia surplus neraca perdagangan sebesar 11,84 miliar dollar AS. Suahariyanto menyebut surplus itu lebih tinggi dibandingkan 2016.
Menurut BPS peningkatan terjadi pada impor migas dan non migas masing-masing US$ 5,567 atau 29,71 persen dan US$ 15,672,4 miliar atau 13,41 persen.
Suhariyanto menyebut peningkatan impor migas, dipicu naiknya impor minyak mentah US$ 329,2 juta atau 4,89 persen, hasil minyak US$ 4,183,5 miliar atau 40,46 persen, dan gas sebesar US$ 1,055 miliar.
Ada pun surplus neraca perdagangan 2017 dipengaruhi karena surplus sektor non migas sebesar 20 miliar dolar AS, namun ada defisit sebesar US$ 8,56 miliar di sektor migas.
Neraca perdagangan Indonesia surplus terhadap tiga negara, yakni India, Amerika Serikat dan Belanda, sedangkan defisit terjadi pada Tiongkok, Thailand dan Australia. “Dengan India, kita surplus US$ 10,16 miliar, AS surplus US$ 9,44 miliar dan Belanda US$3,03 miliar,” kata Suhariyanto.
Sedangkan dilihat dari sisi volume perdagangan, neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus 34,03 juta ton pada Desember 2017. Hal itu didorong surplus neraca sektor nonmigas 34,90 juta ton. Namun, neraca volume perdagangan sektor migas defisit 0,87 juta ton.(TGU)