Patung Soekarno di Penjara Banceuy Bandung/setkab.go.id

Koran Sulindo – Presiden Joko Widodo bersama-sama dengan Ketua MPR-RI Zulkifli Hasan, dan seluruh tamu undangan direncanakan akan mengikuti acara Napak Tilas Pidato Bung Karno 1 Juni 1945 dengan berjalan kaki dari Gedung Merdeka ke Penjara Banceuy, Rabu (1 Juni) nanti.

Banceuy pernah menjadi tempat Soekarno di penjara selama 8 bulan.  Di penjara inilah Soekarno menyusun pledoi yang kelak terkenal, “Indonesia Menggugat”.

Selain napak tilas, terdapat rangkaian kegiatan lain, misalnya di Gedung Merdeka akan ada acara Bicara Buku Bersama Wakil Rakyat bertema Peringatan Pidato Bung Karno Menggali Pancasila.

Pada 31 Mei di Universitas Padjadjaran Bandung akan digelar acara Seminar Nasional Kebangsaan dengan tema “Pancasila Ideologi Bangsaku, Gotong Royong Semangat Negeriku”. Pemilihan tema itu denghan alasan para pendiri bangsa telah membuat pilihan cerdas dengan menjadikan Pancasila sebagai dasar berdirinya negara Indonesia merdeka.

“Pilihan menjadikan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia merdeka dapat diterima oleh seluruh komponen bangsa, karena nilai-nilai Pancasila pada dasarnya bukan hal yang baru tetapi sudah lama hidup, tumbuh dan berkembang sebagai  akar budaya bangsa Indonesia,” tulis siaran pers Humas Setjen MPR.

Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mengatakan selama kegiatan itu Jalan Asia-Afrika akan ditutup hingga siang.

Dalam gelaran yang sudah masuk ke tahun ketiga tersebut, Pemkot Bandung juga menggelar beberapa kegiatan antara lain lomba baca puisi, melukis sketsa Bung Karno, dan perlombaan memakai peci. Selain itu di sejumlah jalan di Kota Bandung akan diadakan parade bertema Pancasila.

Perpres Hari Lahir Pancasila

Pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla sedang menyiapkan rancangan peraturan presiden tentang penetapan 1 Juni 1945 sebagai Hari Lahir Pancasila. Selanjutnya, setiap tanggal 1 Juni akan ditetapkan sebagai hari libur nasional.

Sekretaris Kabinet Pramono Anung mengatakan, hingga kini, rancangan perpres yang mengatur hal itu tersebut masih difinalisasi.

“Presiden Jokowi tak hanya menginginkan Pancasila dikenang dan diperingati atau hanya dilestarikan, tetapi juga benar-benar menjadi realitas dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia di berbagai aspek kehidupan,” kata Pramono.

Mengutip pidato Presiden Jokowi saat peringatan Hari Lahir Pancasila di Alun-alun Kota Blitar, Jawa Timur, 1 Juni 2015, Pramono menyebutkan nilai-nilai Pancasila yang digagas proklamator kemerdekaan RI, Soekarno harus terus diperjuangkan.

Rancangan perpres tentang penetapan 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila itu sudah dibahas lama dan berkali-kali di tingkat eselon I kementerian hingga tingkat menteri. Sekitar dua bulan lalu, rancangan perpres itu dibahas di Sekretariat Negara dan Sekretaris Kabinet.

Pada masa Orde Baru, 1 Juni pernah dilarang diperingati, Pemerintah Soeharto saat itu justru memperingati Hari Kesaktian Pancasila setiap 1 Oktober.

Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri sebelumnya sempat menyampaikan keinginannya agar pemerintah menetapkan 1 Juni sebagai hari nasional. Megawati mengatakan hari tersebut harus menjadi hari peringatan lahirnya Pancasila.

Saat menjadi pembicara kunci dalam seminar dan bedah buku Revolusi Pancasila di Jakarta Convention Center, Selasa (27/10/2015), Megawati mengungkapkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pernah berjanji akan menetapkan 1 Juni sebagai hari nasional.

Presiden kelima Republik Indonesia itu heran mengapa gagasan menetapkan 1 Juni sebagai hari nasional tidak kunjung terealisasi.

Nahdlatul Ulama [NU] secara resmi dan kelembagaan sebelumnya meminta kepada Presiden Jokowi untuk menetapkan 1 Juni 1945 sebagai Hari Lahirnya Pancasila. Keinginan itu disampaikan dalam peringatan Hari Lahir ke-93 NU di lapangan Candra Wilwatikta, Pasuruan Jawa Timur pada 1 Mei lalu. Saat itu sekitar 15 ribu Nahdliyin dan Ormas-ormas se Jawa Timur, antara lain Persatuan Alumni GMNI, FKPPI, PMKRI, dan GMKI memadati lapangan itu.

Puluhan Ormas Gelar Apel

Sejumlah organisasi masyarakat (Ormas) sosial keagamaan, pemuda dan mahasiswa membentuk aliansi untuk menyelenggarakan apel Peringatan Hari Lahir Pancasila pada 1 Juni nanti.

Sekretaris Panitia Pelaksana Aliansi, Ugik Kurniadi, mengatakan syukuran ini diselenggarakan sebagai salah satu respons positif menyambut ditetapkan Hari Lahir Pancasila 1 Juni oleh Presiden Jokowi.

“Ini langkah maju dalam kehidupan bernegara sehingga tidak ada lagi keraguan sedikitpun tentang hari lahir Pancasila,” kata Sekretaris Jenderal Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI) itu.

Dengan mengambil tajuk Indonesia Bersyukur, apel akan diikuti sekitar 10.000 anggota ormas aliansi, seperti Nahdlatul Ulama (NU), Persatuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi), Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), dan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI).

Selain itu, dari kalangan mahasiswa, seluruh eksponen Kelompok Cipayung yakni Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Secara bersamaan, forum komunikasi Alumni Kelompok Cipayung (KAHMI, PA GMNI, Forkoma PMKRI, IKA PMRII dan PN PS GMKI) serta belasan ormas pemuda lainnya ikut mensyukuri penegasan atas Pancasila tersebut.

Kegiatan akan diselenggarakan pada Rabu nanti di Tugu Praklomasi, Jakarta Pusat. Acara akan diakhiri dengan pembacaan komunike bersama. Sejumah tokoh bangsa dijadwalkan akan hadir, di antaranya Presiden ke-5 Megawati Soekarnoputri. [setkab.go.id/Humas MPR/DS]