Mustika Rasa: Jangan Sampai Lidah dan Perut Bangsa Indonesia Terjajah

Ilustrasi/rasamasa.com

Koran Sulindo – Presiden pertama RI, Soekarno, ternyata tidak hanya meninggalkan warisan monumen, patung-patung megah, hingga lukisan. Bung Karno juga meninggalkan warisan berupa buku resep masakan nusantara. Buku berjudul Mustika Rasa itu diterbitkan pada 1967.

“Tugas Soekarno setelah merdeka adalah mengampanyekan kesatuan dalam kebhinekaan. Salah satunya dengan makanan. Kita punya banyak kekayaan makanan tetapi tak pernah didokumentasikan secara nasional,” kata JJ Rizal, ahli sejarah yang mencetuskan buku Mustika Rasa agar dirilis kembali, pada acara peluncuran buku tersebut di Jakarta, Minggu (14/8).

Sebuah tim mega proyek penelusuran kuliner Nusantara pun dibentuk dan bekerja selama 1960 sampai 1966. Buku ini akhirnya menjadi yang terlengkap dalam menghimpun, merekam resep masakan, dan budaya dapur Indonesia dengan daerah asalnya yang boleh dikatakan belum tertandingi sampai sekarang. Lebih jauh buku ini merupakan artefak sejarah keterlibatan pemerintah yang serius dalam soal budaya makan dan politik pangan, yang setelah Sukarno dijatuhkan banyak diabaikan.

Buku setebal 1.123 halaman itu dengan sekitar 1.600 buah resep ini (di situs online kini dihargai Rp 2,5 juta per buku),  selain membahas makanan juga  tata dapur yang baik, gizi, makanan hiburan atau jajanan, cara melipat ketupat yang baik, dan lainnya.

Megawati Soekarnoputri

Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri membawa gagasan Soekarno ini ketika berbicara tentang haluan negara. Gagasan yang diberi nama ‘Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana’ sudah dirumuskan ke banyak aspek, termasuk hingga urusan perut.

Dalam keynote speech-nya saat Konvensi Haluan Negara di JCC, Senayan, Maret lalu, Mega berharap gagasan sang ayah itu bisa dibedah dan dianalisis. Konvensi ini diadakan oleh Aliansi Kebangsaan, FKKPI, dan Forum Rektor Indonesia.

Mega mengisahkan bahwa di era Bung Karno, dibentuk Dewan Perancang Nasional (Deparnas) yang bertugas untuk membuat pola pembangunan berdasarkan Pancasila dan kemudian diserahkan ke MPR. Deparnas membuat blueprint kebijakan politik pembangunan dalam Tripol Pembangunan, yaitu: Pola Proyek, Pola Penjelasan dan Pola Pembiayaan.

“Contoh dari Tripola Pembangunan pada bidang pangan adalah merancang bagaimana Indonesia berdaulat di bidang pangan dari hulu ke hilir. Bung Karno sendiri berulang kali menegaskan ‘Jangan sampai lidah dan perut bangsa Indonesia terjajah’,” kata Mega.

Mega lalu menunjukkan buku berjudul ‘Mustika Rasa’ yang disebutkan merupakan implementasi pembangunan semesta di bidang pangan.

“Bung Karno yang perintahkan susun buku kumpulkan resep warisan kuliner nusantara. Ini dibikin jaman Bung Karno, resep masakan semua. Yang tidak bisa masak, pakai buku ini langsung jadi chef,” kata Ketua Umum PDI Perjuangan itu.

Salah satu fokus buku itu adalah mengubah pola konsumsi masyarakat Indonesia dari beras ke umbi. Mega pun menunjukkan bagaimana buku itu benar benar mencerminkan kuliner Indonesia.

“Gambarnya yang di depan pete. Benar-benar khas Indonesia,” kata Mega.

Buku ‘Mustika Rasa’ itu hanyalah satu contoh bagaimana haluan negara diwujudkan ke kehidupan sehari-hari. Buku yang tampak sederhana itu sebenarnya merupakan hasil pemikiran dan penelitian ahli selama bertahun-tahun. [DAS]