Ketua Umum PP Muhammadiyah Dr. Haedar Nashir/setkab.go.id

Koran Sulindo – Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan daripada berkeluh-kesah, baik di depan media massa maupun di media sosial, sebaiknya para tokoh nasional mengajak masyarakat untuk memanfaatkan Pilkada dengan memilih secara cerdas, dewasa, dan bertanggung jawab.

“Mungkin maksud ucapannya baik tapi karena timing makin menghangat, sehingga memunculkan aksi dan reaksi yang tidak positif,” kata Haedar, di Jakarta, Kamis (9/2).

Imbauan Haedar itu ditujukan kepada seluruh tokoh partai politik, keagamaan, maupun figur publik, termasuk mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang kerap berkeluh-kesah di akun Twitternya @SBYudhoyono. Putra sulung SBY, Agus Harimurti Yudhoyono maju dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta.

Haedar juga mengimbau kepada media massa untuk tidak memancing suasana dengan memberitakan setiap cuitan maupun status para tokoh di akun media sosial mereka.

“Jangan nambah makin mancing-mancing suasana, kalau ada twit-twit nggak usah diberitakanlah, sudah banyak twit-nya,” kata Haedar.

Menurut Haedar, para mantan maupun calon pemimpin rakyat sebaiknya menjaga ucapan, agar tidak memancing emosi massa. Terlebih lagi menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 15 Februari 2017.

Pilkada serentak tahun ini dilaksanakan di  101 daerah di seluruh Indonesia yang terdiri atas 7 provinsi, 76 kabupaten, dan 18 kota. Khusus di Provinsi DKI Jakarta, Pilkada untuk memilih gubernur dan wakil gubernur diikuti tiga pasangan calon, yakni Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni yang diusung Partai Demokrat, PPP, PKB dan PAN; Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat yang diusung PDI Perjuangan, Partai Golkar, Partai Hanura dan Partai NasDem; dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno yang diusung Partai Gerindra dan PKS.

Jangan Ada Aksi Lagi

Sebelumnya, Haedar mengimbau agar masyarakat tidak melakukan berbagai macam aksi menjelang pilkada, untuk menjaga dan menciptakan situasi kondusif di tengah kondisi politik yang semakin memanas.

“Terkait aksi damai itu, kami berharap sebenarnya cukuplah ya berbagai macam aksi. Kalau boleh mengimbau agar tidak membuka ruang baru untuk kita saling berselisih tentang berbagai hal, karena jujur bahwa seperti saya sering sampaikan masyarakat kita majemuk secara agama, etnis, dan golongan,” kata Haedar, di Kantor Wakil Presiden, Selasa (7/2).

Menurut Haedar, masyarakat Indonesia mempunyai basis sosial kultural yang bagus dan relatif moderat sehingga bisa menyelesaikan masalah secara kekekeluargaan dan kebersamaan.

Haedar mengakui, Indonesia sebagai negara demokratis memang tidak melarang adanya aksi. Akan tetapi dalam situasi seperti sekarang semua pihak harus bisa mengendalikan diri dan berada dalam posisi untuk menciptakan suasana yang lebih kondusif, serta dapat menyelesaikan persoalan secara lebih dewasa.

“Pokoknya berbagai macam aksi lebih-lebih jelang Pilkada ini baik tanggal 11, maupun tanggal 13, 14, atau tanggal 10,5 itu sebaiknya tidaklah, agar kita ada jeda untuk berefleksi semua,” kata Haedar. [Antara/muhammadiyah.or.id/DAS]