Monumen-Pancasila
Diorama yang memperlihatkan penyiksaan yang dianggap berlebihan (Sumber: kebudayaan.kemdikbud.go.id)

Setiap 30 September dan 1 Oktober masyarakat selalu teringat akan sebuah tugu atau monumen di Jalan Pondok Gede, Jakarta Timur. Lubang Buaya, begitulah nama populer tugu tersebut karena terletak di Kelurahan Lubang Buaya. Di lokasi itu ada sebuah jejak sejarah kelam berupa tugu pahlawan revolusi (tuparev), yang memiliki nama resmi Monumen Pancasila Sakti.

Monumen Pancasila Sakti dibangun atas gagasan Presiden ke-2 RI, Soeharto, di atas tanah seluas 14,6 hektar. Tujuan pembangunan monumen untuk mengingat perjuangan para Pahlawan Revolusi dalam mempertahankan ideologi Pancasila dari ancaman ideologi komunis. Pembangunan monumen berlangsung pada Agustus 1967 hingga Desember 1972. Presiden Soeharto meresmikan monumen itu pada 1 Oktober 1973.

Menurut buku Museum Tematik di Indonesia (Cetakan ke-2, 2017), sebelum menjadi tempat bersejarah, lokasi itu merupakan kebun kosong yang dijadikan pusat pelatihan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI). Di kemudian hari tempat itu menjadi lokasi penyiksaan dan pembuangan para korban Gerakan 30 September (G30S). 

Monumen Pancasila Sakti menggambarkan tujuh Pahlawan Revolusi yang gugur pada peristiwa G30S. Mereka adalah Panglima Angkatan Darat Letnan Jenderal TNI Ahmad Yani, Mayor Jenderal TNI  R. Suprapto, Mayor Jenderal TNI M.T. Haryono, Mayor Jenderal TNI S. Parman, Brigadir Jenderal TNI DI Panjaitan, Brigadir Jenderal TNI Sutoyo Siswomiharjo, dan Perwira TNI Letnan Satu Pierre Tendean. Mereka kemudian dinaikkan pangkat satu tingkat secara anumerta. 

Kompleks Monumen Pancasila Sakti terdiri atas beberapa bangunan. Bangunan utama  adalah Museum Monumen Pancasila Sakti, terletak di Gedung Paseban. Museum itu diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 1 Oktober 1981. 

Di dalam Paseban, sebagaimana disebut dalam buku Museum Tematik di Indonesia, terdapat sejumlah diorama yang mengetengahkan persiapan pemberontakan puncak hingga peristiwa penganiayaan dan pembunuhan pejabat teras TNI-AD. Barang-barang peninggalan para Pahlawan Revolusi dan hasil visum jenazah mereka ikut dipamerkan. 

Museum berikutnya yang ada di dalam kompleks adalah Museum Pengkhianatan PKI (Komunis). Koleksi museum berupa foto-foto yang menggambarkan kebengisan PKI dalam pemberontakan di Madiun pada 1948, mozaik foto penggalian jenazah korban kekejaman PKI, dan suasana sidang Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub) pada 1966-1967. Museum itu diresmikan pada 1 Oktober 1992. 

Di luar gedung, masyarakat bisa melihat panser untuk mengangkut jenazah Pahlawan Revolusi dari Markas Besar Angkatan Darat menuju Taman Makam Pahlawan Kalibata. Selain itu ada truk yang pernah digunakan pemberontak G30S untuk menculik dan membawa jenazah Brigjen DI Panjaitan dari rumahnya ke Lubang Buaya.

Sering kali yang ditanyakan pengunjung apabila berkunjung ke sini adalah sumur maut, tempat ditemukannya tujuh jenazah Pahlawan Revolusi. Sumur itu berdiameter 75 sentimeter dengan kedalaman 12 meter. Sumur maut menjadi tempat favorit pengunjung.

Di dekat sumur ada Rumah Penyiksaan, tempat para Pahlawan Revolusi disiksa untuk menandatangani surat pernyataan mendukung komunisme di Indonesia. Dulu tempat itu merupakan sebuah Sekolah Rakyat, sekarang Sekolah Dasar.  Ada beberapa obyek lain di sana seperti Pos Komando, Dapur Umum, dan Ruang Teater. 

Pada 29 Maret 2018 Tim Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ketika itu, mendokumentasikan Kompleks Monumen Pancasila Sakti.  Kompleks itu dikelola oleh Pusat Sejarah TNI. Beberapa bangunan bersejarah memorial masih dilestarikan keasliannya. Beberapa bangunan dan monumen dibangun kemudian. Bangunan yang masih relatif asli antara lain rumah-rumah tua yang dulu digunakan untuk operasi pembunuhan petinggi-petinggi Angkatan Darat. 

Menurut Tim tersebut, sebagaimana termuat dalam laman kebudayaan.kemdikbud.go.id, banyak penggambaran kekerasan yang vulgar dalam Monumen Pancasila Sakti.  Dikatakan, informasi sejarah sebaiknya disampaikan tanpa penggambaran kekerasan yang berlebihan. Untuk itu sasaran pengunjung museum lebih tepat ke golongan remaja dan dewasa. Jadi sebaiknya pihak pengelola mengatur batasan usia terhadap pengunjung kompleks itu.  

Monumen Pancasila Sakti sudah terdaftar dalam Registrasi Nasional Cagar Budaya dengan nomor CB.583. Monumen itu telah ditetapkan oleh SK Gubernur 1993, kemudian SK Menteri 2005. 

Bukan hanya Jakarta yang punya Monumen Pancasila Sakti. Simalungun, Sumatera Utara, juga punya kembaran monumen itu. Tampilan Tugu Letda Sudjono mirip dengan Tugu Pahlawan Revolusi. Terlihat paling depan Letda Sudjono, di belakangnya berjajar tujuh Pahlawan Revolusi dengan ornamen Garuda Pancasila.  

Tugu Letda Sudjono dibangun pada 1970-an, sementara tambahan tujuh Pahlawan Revolusi dibuat pada 1997. Sudjono adalah nama prajurit TNI-AD berpangkat Pembantu Letnan Satu (Peltu). Ia tewas ketika mempertahankan areal perkebunan Bandar Betsy dari perebutan paksa organisasi sayap PKI pada 14 Mei 1965. [DS]

Baca juga: