Mitos Unik Meriam Kyai Setomo dan Nyai Setami Milik Joko Tengger

Meriam Si Jagur (Istimewa)

Setiap daerah di Indonesia memiliki cerita rakyat yang mengandung pesan moral dan nilai-nilai kehidupan. Salah satu legenda yang sarat akan makna adalah kisah Meriam Kyai Setomo dan Nyai Setami dari Jawa Timur.

Dikutip dari buku 108 Cerita Rakyat Terbaik Asli Nusantara: Cerita Kepahlawanan, Mitos, Legenda, Dongeng, & Fabel dari 33 Provinsi, cerita ini tidak hanya menggambarkan keberanian, tetapi juga pengorbanan yang besar dari seorang anak dan keluarganya.

Di Desa Tengger, Jawa Timur, hiduplah seorang pemuda bernama Joko Tengger bersama kedua orang tuanya. Keluarga ini hidup dalam kemiskinan, dengan ayah dan ibu Joko bekerja di ladang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Meskipun hidup serba kekurangan, Joko Tengger dikenal sebagai pemuda yang berbakti kepada orang tuanya. Ia rajin membantu pekerjaan di ladang dan tidak pernah mengeluhkan keadaan mereka.

Seiring waktu, Joko Tengger tumbuh menjadi seorang pemuda yang sakti. Kesaktiannya memberikan manfaat besar bagi keluarganya, seperti kemampuan membawa hasil ladang dalam jumlah besar hanya dalam satu kali perjalanan. Berkat kesaktiannya ini, Joko Tengger berhasil meringankan beban ekonomi keluarga.

Kabar tentang kesaktian Joko Tengger sampai ke telinga Sri Sultan Kertasura, raja yang memerintah saat itu. Sang raja kemudian memanggil Joko Tengger untuk datang ke istana dengan maksud mengangkatnya menjadi prajurit kerajaan. Setelah meminta izin kepada kedua orang tuanya, Joko Tengger pun berangkat ke istana untuk memenuhi panggilan tersebut.

Di istana, Sri Sultan menanyakan apakah Joko Tengger memiliki senjata. Joko Tengger menjawab bahwa dirinya tidak memiliki senjata apa pun. Menanggapi hal ini, Sri Sultan menyarankan agar Joko Tengger segera memiliki senjata untuk memenuhi syarat sebagai prajurit kerajaan. Joko Tengger pun meminta izin untuk pulang ke kampung halamannya guna mencari senjata yang mungkin dimiliki keluarganya.

Setibanya di rumah, Joko Tengger bertanya kepada ayahnya tentang keberadaan senjata pusaka. Sang ayah menjelaskan bahwa keluarga mereka tidak memiliki senjata karena hidup dalam kemiskinan. Namun, dengan bijak, sang ayah mengatakan bahwa dirinya dan sang ibu adalah senjata yang selama ini melindungi Joko Tengger.

Sebagai anak yang berbakti, Joko Tengger menerima jawaban tersebut. Ia memutuskan untuk membawa kedua orang tuanya menghadap Sri Sultan sebagai simbol senjata pelindungnya. Namun, dalam perjalanan menuju istana, keajaiban terjadi. Kedua orang tua Joko Tengger tiba-tiba berubah menjadi sepasang meriam yang sangat besar.

Meskipun sedih kehilangan sosok kedua orang tuanya, Joko Tengger tetap melanjutkan perjalanan ke istana. Sesampainya di sana, ia menyerahkan kedua meriam tersebut kepada Sri Sultan dan menjelaskan asal-usulnya.

Kedua meriam yang diberi nama Kyai Setomo dan Nyai Setami itu terbukti sangat ampuh. Berkat keampuhannya, berbagai pertempuran berhasil dimenangkan oleh pihak kerajaan. Keberadaan kedua meriam ini menjadi simbol kekuatan dan keberanian Joko Tengger serta pengorbanan keluarganya.

Saat ini, keberadaan Meriam Kyai Setomo dan Nyai Setami menjadi bagian dari sejarah. Meriam Kyai Setomo diyakini berada di Taman Fatahillah, Jakarta, sementara Meriam Nyai Setami disimpan di Kompleks Keraton, Jawa Tengah. Kedua meriam ini bukan hanya menjadi artefak sejarah, tetapi juga warisan budaya yang menyimpan nilai-nilai luhur dari cerita rakyat Nusantara.

Cerita ini mengajarkan kita tentang pentingnya bakti kepada orang tua, keberanian menghadapi tantangan, serta pengorbanan demi kebaikan yang lebih besar. Kisah Joko Tengger, beserta transformasi ajaib kedua orang tuanya menjadi meriam, menggambarkan bahwa kekuatan sejati sering kali berasal dari hubungan yang penuh kasih dan keikhlasan dalam berkorban. [UN]