Koran Sulindo – Kematian puluhan hewan ternak Warga Desa Purwodadi, Gunungkidul, Yogyakarta sungguh mengejutkan. Misterius. Pemerintah menduga kematian hewan ternak itu lantaran dimangsa anjing liar.
Untuk mengatasi dan mencegah bertambahnya jumlah hewan ternah yang tewas, Kepala Desa Purwodadi mengimbau warga untuk menjual atau mengurung anjing mereka. Jika tidak, anjing itu akan dibunuh.
Kepala Desa Purwodadi Sucipto mengatakan, jumlah hewan ternak yang telah tewas mencapai sekitar 50 hingga 60-an sejak Agustus lalu. Terbaru kejadiannya di Dusun Danggolo (tujuh hewan ternak) dan Dusun Sureng (tiga kambing). Umumnya hewan ternak itu dimangsa pada dini hari.
Penyebab tewasnya puluhan hewan ternak itu sama misterius dengan kasus bunuh diri di Gunungkidul. Sejak 2015, jumlah kasus bunuh diri cenerung meningkat. Pada 2015, misalnya, jumlah kasus bunuh diri mencapai 28 kejadian. Kemudian, jumlah itu meningkat menjadi 30 kasus pada 2016.
Sedangkan, tahun ini terutama sejak Januari hingga Agustus jumlah kasus bunuh diri di Gunungkidul mencapai 20 kasus. Padahal, pemerintah Kabupaten Gunungkidul sudah membentuk Tim Penanggulangan dan Pencegahan Bunuh Diri sejak 2016. Namun, upaya untuk mencegah bunuh diri di kabupaten itu nampaknya belum maksimal.
Kasus bunuh diri masih terus terjadi, barangkali pemerintah kabupaten belum menemukan apa sesungguhnya akar persoalan di masyarakat. Kegiatan pemerintah hanya berupa sosialisasi pencegahan bunuh diri ke setiap desa walau kegiatan sosialisasi itu tidak begitu jelas.
Sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM) Inti Mata Jiwa (Imaji) mencoba mencari tahu apa yang menjadi akar persoalan kasus bunuh di Gunungkidul. Secara usia, LSM ini menemukan adanya pergeseran usia bunuh diri. Saat ini angka bunuh diri tak lagi mayoritas usia tua melainkan berusia produktif antara 25 tahun hingga 50 tahun.
Lembaga ini mengaku penyebab bunuh diri di Gunungkidul cukup kompleks. Namun, umumnya kasus bunuh diri itu karena depresi. Sejak 2010, LSM ini menyebutkan kasus bunuh diri tidak bisa semata-mata dari ekonomi dan religius. Tapi, LSM ini tetap saja tidak bisa memastikan akar penyebab kasus bunuh diri di Gunungkidul.
Sebagian lagi mencoba mengkaitkan kasus bunuh diri dengan tradisi pulung gantung. Ini digambarkan sebagai sebuah bola api berpijar warna merah, kekuningan dan mempunyai ekor. Pulung gantung disebut bergeral di atas langit dan berpindah-pindah dari sattu daerah ke daerah lain. Warga mempercayai di daerah pulung gantung itu jatuh akan ada warga yang meninggal dengan cara bunuh diri.
Sepanjang 2003 hingga 2012, jumlah kasus bunuh diri di Gunungkidul mencapai 330 kasus. Itu berarti sekitar 33 kasus per tahun. Dalam satu dekade terakhir ini, Gunungkidul menempati peringkat pertama kasus bunuh diri di Indonesia. Dan seperti yang diperkirakan bunu diri itu bukan karena keinginan individual tapi karena faktor lingkungan sosial dan kondisi ekonomi. Akankah kasus kematian hewan ternak dan kasus bunuh diri di Gunungkidul akan tetap menjadi misteri? [KRG]