Misi Tiongkok dan Membengkaknya Nilai Proyek Kereta Cepat

Proyek kereta cepat setelah dihitung ulang, biayanya membengkak [Foto: Istimewa]

Koran Sulindo – Setelah setahun mangkrak, tiba-tiba nilai proyek kereta cepat Jakarta – Bandung membengkak dari anggaran sebelumnya yang dipatok hanya sekitar US$ 4,7 miliar. Setelah dihitung ulang, biayanya kini mencapai lebih dari US$ 5 miliar.

Menurut Menteri BUMN Rini Soemarno, membengkaknya anggaran tersebut lantara skema pembangunan di beberapa titik proyek perlu membuat terowongan (tunnel) seperti proyek Mass Rapid Transit (MRT). Pembuatan terowongan ini terbagi dua yakni teroeongan yang dibangun secara terbuka dan terowongan yang dibangun dengan mengebor perut bumi.

Kemudian, sebagian ruas jalan kereta, kata Rini, tadinya tidak melayang. Namun, sekarang ruas jalurnya dibuat melayang yang disesuaikan dengan kontur tanah. Kondisi demikian membuat anggaran kereta cepat membengkak sekitar Rp 10 triliun jika dikonversi mata uang Indonesia.

Total anggaran proyek ini membengkak menjadi Rp 80 triliun atau setara US$ 5,99 miliar. Rini mengklaim penghitungan ulang anggaran proyek ini pun sudah rampung. Ia melibatkan Kantor Akuntan Publik KPMG Indonesia dan KPMG Tiongkok ketika menghitung ulang nilai proyek. Juga melibatkan pihak Tiongkok sebagai mitra kerja sama dan penyandang dana proyek.

Berdasarkan hitung ulang tersebut, proyek kereta cepat disebut masih layak dari sisi investasi. Pihak China Development Bank tidak mempersoalkan kenaikan anggaran karena sudah dihitung Internal Rate of Return (IRR) masih bagus.

Akhir Januari 2016, alat berat tampak bekerja dan membabat hutan di kawasan Jawa Barat serta menyulapnya menjadi sepetak lahan kosong. Rencananya lokasi itu menjadi Stasiun Walini, salah satu persinggahan kereta cepat Jakarta – Bandung. Setelah peletakan batu setahun lalu oleh Presiden Joko Widodo, tidak ada tanda-tanda tentang pembangunan jalur kereta cepat.

Padahal, kereta cepat rencananya akan beroperasi secara perdana pada Mei 2019. Jarak tempuh Jakarta – Bandung kelak hanya 45 menit dengan menggunakan kereta cepat dengan panjang rute sekitar 140 kilometer.

Sumber diplomatik nikkei.com menyebutkan, Tiongkok merasa terganggu dengan mangkraknya proyek kereta cepat ini. Apalagi negeri ini mempunyai rencana besar untuk membangun kereta cepat di seluruh Asia Tenggara. Dengan demikian akan menghubungkan semua negara bahkan antar-benua sebagai jalur perdagangan.

Itu sebabnya, Presiden Xi Jinping ketika bertemu dengan Presiden Jokowi pada September tahun lalu berharap proyek kereta cepat ini bisa berjalan lancar.

PT Kereta Cepat Indonesia Cina (KCIC) telah menandatangani kontrak rancang bangun, pengadaan dan konstruksi proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Kontrak senilai US$ 4,7 miliar ini diteken bersama tujuh kontraktor yang tergabung dalam High Speed Railway Construction Consortium (HSRCC). [KRG]