Sulindomedia – Pusat Studi Pancasila Universitas Gadjah Mada (PSP UGM)-Yogyakarta menemukan fakta, dari 100 siswa di 3 SMA di Yogya tak ada satu pun yang hafal teks Pancasila saat diminta menuliskan secara benar dan urut. Demikian pula banyak yang tak hafal lagu-lagu perjuangan,  namun lebih hafal lagu-lagu populer saat ini.

“Ini jelas memprihatinkan. Padahal, di balik lagu-lagu perjuangan mengandung hikmah, pesan, dan amanat kebangsaan yang tidak bisa diwakili oleh lagu-lagu pop yang diperdengarkan sehari-hari di media,” kata Kepala PSP UGM Dr Heri Santoso, Selasa (5/4/2016).

Hal senada juga dilontarkan Wisnu Mintargo, alumni Prodi Seni Pertunjukan dan Seni Rupa Sekolah Pascasarjana UGM. Dikatakan, generasi muda menganggap budaya asing lebih tinggi dibanding budaya sendiri sehingga mereka kurang mencintai lagu-lagu perjuangan Indonesia. Padahal, nilai-nilai yang terkandung dalam syair lagu-lagu perjuangan memiliki nilai yang lebih tinggi daripada lagu pop yang bernuansa cinta.

“Pada masa prakemerdekaan, lagu perjuangan memiliki makna yang bertujuan untuk meningkatkan kebersamaan, toleransi, serta kesatuan-persatuan. Pada masa pasca-kemerdekaan, makna yang terkandung dalam syair lagu mengandung tema patriotisme, keberanian, kebanggaan terhadap kemerdekaan Indonesia,” ujarnya.

Ditambahkan Ki Priyo Dwiarso dari Gelora Bahana Patria, lagu perjuangan dan lagu nasional merupakan salah satu alat dalam membina karakter bangsa. Menurut dia, lagu memiliki kekuatan yang lebih berpengaruh daripada propaganda politisi.

“Siapa pun yang menyanyi dan mendengarkan lagu perjuangan dengan penuh penghayatan akan terbina rasa bela negaranya,”  katanya.

Berawal dari keprihatinan tersebut, PSP UGM berupaya membangun kembali kecintaan generasi muda terhadap lagu kebangsaan melalui pelatihan manajemen paduan suara lagu perjuangan. Pelatihan ditujukan untuk membangun kesadaran akan pentingnya nilai-nilai Pancasila lewat lagu-lagu perjuangan.

Ada sekitar 40 peserta dari berbagai kalangan, seperti kelompok paduan suara, guru, mahasiswa, serta masyarakat umum, yang mengikuti pelatihan. Sebagian besar berasal dari Pulau Jawa, antara lain Tangerang, Tulung Agung, Temanggung, Klaten, dan Yogyakarta.

Pelatihan ini, menurut Heri, sangat penting untuk menghidupkan kembali lagu-lagu perjuangan di kalangan generasi muda. Dengan demikian diharapkan memori kolektif bangsa tidak akan pudar dan hilang digantikan oleh kepentingan pasar atau lainnya.

“Ini menjadi tanggung jawab bersama untuk menghidupkan lagu-lagu perjuangan karena lagu ini masuk kewat rasa sehingga lebih mudah dirasakan,” tutur Heri.

“Lagu perjuangan merupakan sarana untuk menghimpun rasa persatuan dan cinta Tanah Air di saat Indoensia menghadapi tantangan di setiap jaman,” kata Wisnu.

Yang disasar dalam pelatihan memang kelompok paduan suara karena dipandang sebagai tempat untuk menyatukan kebersamaan, toleransi, dan persaudaraan membangun semangat cinta Tanah Air menghadapi globalisasi. “Karenanya, pentingnya peran pemerintah dalam mengembangkan paduan suara dan peran sosial lagu-lagu perjuangan untuk meningkatkan karakter,” ujar Wisnu lagi.

Sebelumnya, pada Desember 2015 lalu, PSP UGM juga menggelar seminar dengan tema “Pembudayaan Nilai-Nilai Pancasila Melalui Lagu-Lagu Nasional Perjuaangan sebagai Upaya Penguatan Kepribadian Bangsa yang Berkebudayaan”. Seminar ini merupakan model pembudayaan nilai-nilai Pancasila yang dilakukan PSP UGM, salah salah satunya dengan menggunakan lagu-lagu nasional-perjuangan. [YUK]