Koran Sulindo – Gunung Merapi di perbatasan Yogyakarta dan Jawa Tengah kembali mengalami erupsi Kamis siang, 24 Mei 2018.
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta di akun resmi Twitternya menyebut letusan pada pukul 10.48 WIB itu berdurasi dua menit dengan menciptakan kolom awan setinggi 1.500 meter.
Sebelumnya, BPPTKG juga melaporkan pada pukul 02.55 WIB kubah lava Gunung Merapi menyemburkan pijar lawa yang disebutnya sebagai tahapan menuju proses awal erupsi magmatik.
Erupsi itu juga memicu kolom hingga setinggi 6.000 meter.
“Itu merupakan pijaran magma, sehingga memang kita bisa menyebutkan ini adalah sebuah awal erupsi magmatik,” kata Hanik Humaida, Kepala BPPTKG Yogyakarta di kantornya.
Lebih lanjut Hanik menjelaskan proses awal erupsi magmatik itu menyebabkan sedikit deflasi atau pengempisan tubuh gunung.
Sebagai proses pengempisan, deflasi umumnya bakal diiringi dengan proses clearing lalu pengosongan conduit.
“Proses clearing adalah dorongan dari dalam (conduit) itu, salah satunya warnanya merah itu tadi dorongan gas yang ada dari magma,” kata Hanik.
Meski letusan tersebut merupakan tahapan menuju proses erupsi magmatik, Hanik berharap masyarakat tetap tenang. Erupsi magmatic tak selalu memiliki dampak besar seperti yang terjadi tahun 2010 silam.
“Jangan dibayangkan kalau kami mengatakan magmatik itu adalah seperti erupsi 2010,” kata Hanik.
Merujuk pada kejadian lain, letusan magmatik Gunung Kelud pada tahun 2007 hanya membentuk kubah lava. Sama seperti yang terjadi pada letusan Merapi tahun 2002.
“Magmatik itu apa sih? Sesuatu yang keluar dari dalam. Jadi bukan berarti kalau magmatik itu terus meletus besar itu tidak,” kata Hanik.
Sejumlah warga dilaporkan mengungsi ke tempat pengungsian akibat dampak letusan itu.
Sehari sebelumnya, Gunung Merapi juga mengalami letusan freatik sekitar pukul 03.31 WIB. Akibat letusan itu hujan abu terjadi di wilayah Magelang dan bahkan abu sampai ke wilayah Borobudur.
BPPTKG meningkatkan status Gunung Merapi dari normal ke waspada awal pekan ini.
Dalam seminggu terakhir, Gunung Merapi dalam beberapa kali menyemburkan letusan freatik dan makin intensif di kemudian hari. Letusan freatik sering disebut sebagai fase awal letusan gunung berapi yang sesungguhnya.
Letusan freatik umumnya dipicu terjadinya kontak antara air tanah atau air hujan yang terakumulasi di kawah, dengan magma segar yang masih berada jauh di kedalaman. Di Gunung Merapi, letusan tersebut bisa memicu terbukanya sumbat kawah.
Letusan freatik tak bisa diprediksi, sebab terjadi secara mendadak.
Meski akan terjadi lebih intensif, BPPTKG belum bisa memastikan kapan letusan magmatik akan terjadi. Kajian perlu dilakukan untuk mengenai jenis material yang gugur saat terjadinya letusan freatik.
Bila dibandingkan dengan letusan pada 2006 atau 2010, morfologi sumbatan kawah Merapi saat ini berbeda. Sebelumnya sumbatan berbentuk runcing yang berarti sumbatan sangat kuat, namun kali ini bentuk sumbatan lebih tipis dibandingkan sebelumnya.(TGU)