Menyelami Sejarah Pembangunan Masjid Istiqlal

Sejarah pembangunan Masjid Istiqlal. (Sumber: istiqlal.or.id)

Di ibu kota Jakarta, berdiri megah sebuah bangunan yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga menjadi saksi sejarah perjuangan bangsa. Masjid Istiqlal bukan sekadar rumah bagi umat Islam untuk beribadah, tetapi juga simbol kemerdekaan dan persatuan Indonesia. Setiap sudutnya mencerminkan semangat kebangsaan, mulai dari gagasan awal pembangunannya hingga proses panjang yang melibatkan berbagai tokoh nasional.

Setiap tanggal 22 Februari diperingati sebagai Hari Istiqlal setiap tahunnya oleh masyarakat Indonesia. Peringatan ini dirayakan untuk memperingati hari peresmian masjid tersebut. Bagaimana perjalanan panjang pembangunan masjid terbesar di Asia Tenggara ini? Mari kita telusuri sejarahnya.

Melansir laman resminya, semua bermula setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, muncul cita-cita besar untuk membangun sebuah masjid yang dapat menjadi kebanggaan warga Jakarta sekaligus tempat ibadah bagi umat Islam. Gagasan ini didorong oleh KH. Wahid Hasyim, Menteri Agama RI pertama, bersama beberapa ulama lainnya yang mengusulkan pendirian masjid sebagai simbol kebebasan dan kedaulatan bangsa.

Pada tahun 1950, KH. Wahid Hasyim bersama H. Anwar Tjokroaminoto dan Partai Syarikat Islam mengadakan pertemuan di Deca Park, Jalan Merdeka Utara. Dalam pertemuan yang dipimpin oleh KH. Taufiqorrahman tersebut, disepakati bahwa masjid yang akan dibangun diberi nama “Istiqlal”, yang dalam bahasa Arab berarti “kemerdekaan”.

Untuk merealisasikan pembangunan ini, pada tahun 1953, KH. Wahid Hasyim bersama H. Agus Salim, Anwar Tjokroaminoto, dan Ir. Sofwan, serta didukung oleh sekitar 200 tokoh Islam yang dipimpin oleh KH. Taufiqorrahman, mengusulkan pendirian sebuah yayasan. Yayasan Masjid Istiqlal resmi didirikan pada 7 Desember 1954 dengan ketua H. Anwar Tjokroaminoto.

Dalam proses pembangunan, terjadi perbedaan pendapat terkait lokasi masjid. Drs. Mohammad Hatta mengusulkan lokasi di Jalan Moh. Husni Thamrin (sekarang Hotel Indonesia), sementara Presiden Soekarno mengusulkan pembangunan di Taman Wilhelmina, bekas benteng Belanda yang berada di dekat Istana Merdeka. Setelah melalui musyawarah, akhirnya disepakati bahwa masjid akan dibangun di Taman Wilhelmina.

Sayembara Desain Masjid Istiqlal

Untuk mendapatkan desain terbaik, pemerintah mengadakan sayembara yang berlangsung dari 22 Februari hingga 30 Mei 1955. Dewan juri sayembara ini dipimpin oleh Presiden Soekarno dan beranggotakan beberapa arsitek serta ulama terkemuka, seperti Ir. Roeseno, Ir. Djuanda, Ir. Suwardi, dan Buya HAMKA. Dari 30 peserta yang mengikuti sayembara, terpilihlah desain karya Fredrich Silaban yang diberi sandi “Ketuhanan” sebagai pemenang pertama pada 5 Juli 1955.

Pembangunan Masjid Istiqlal dimulai pada 24 Agustus 1961 dan memakan waktu selama 17 tahun. Akhirnya, pada 22 Februari 1978, masjid ini diresmikan oleh Presiden Soeharto, ditandai dengan pemasangan prasasti di area tangga pintu As-Salam.

Masjid Istiqlal kini menjadi masjid terbesar di Asia Tenggara dan menjadi simbol kebanggaan bangsa Indonesia. Selain sebagai tempat ibadah, masjid ini juga mencerminkan rasa syukur rakyat Indonesia atas nikmat kemerdekaan yang telah diberikan oleh Allah SWT setelah lebih dari 350 tahun dijajah. Dengan arsitektur megah dan sejarah panjangnya, Masjid Istiqlal menjadi salah satu landmark penting yang memperkaya identitas nasional Indonesia. [UN]