Puisi telah lama menjadi medium yang menyentuh hati dan pikiran banyak orang. Dalam dunia puisi, terdapat keberagaman jenis yang menarik untuk dieksplorasi. Salah satunya adalah perbedaan antara puisi diafan, puisi prismatis, dan puisi gelap. Mari kita telaah lebih dalam apa yang membedakan ketiganya.
1. Puisi Diafan
Puisi diafan merupakan puisi yang sederhana, tanpa banyak pengimajian atau kata-kata kiasan. Dalam karya puisi jenis ini, makna yang ingin disampaikan jelas terbaca dan mudah dipahami. Bahasa yang digunakan mirip dengan bahasa sehari-hari, sehingga puisi diafan cenderung cocok untuk kalangan anak-anak. Mengutip dari buku Kajian Makna Puisi Keagamaan Metode Hermeneutika, puisi diafan adalah puisi yang polos atau puisi yang kurang dalam menggunakan pengimajian, kata kiasan, dan bahasa figuran.
Puisi diafan juga dikenal dengan istilah puisi transparan, istilah transparan mengandung arti jernih atau bening, sehingga puisi diafan adalah puisi yang mudah dipahami isinya karena hampir semua kata-katanya terbuka.
Dengan kata lain, puisi diafan mirip dengan bahasa sehari-hari dengan tidak ditemukan simbol dan kiasan. Biasanya puisi berjenis ini diperuntukkan untuk anak-anak yang menulis puisi atau orang dewasa yang menulis puisi untuk anak-anak. Ciri-ciri Puisi Diafan
Berdasarkan pengertian dari puisi diafan, ciri-ciri puisi diafan yaitu sebagai berikut:
1. Mudah dipahami
2. Kurang pengimajian dan kiasan
3. Memiliki makna terang-benderang
4. Penggunaan bahasanya seperti bahasa sehari-hari
5. Biasanya diperuntukkan untuk anak-anak.
Contoh Puisi Diafan
Berikut tiga contoh puisi diafan yang bisa kamu pelajari:
SAJAK SIKAT GIGI
(Yudhistira Ardinugraha)
Seseorang lupa menggosok giginya sebelum tidur
Di dalam tidurnya ia bermimpi
Ada sikat gigi menggosok-gosok mulutnya supaya terbuka
Ketika ia bangun pagi hari
Sikat giginya tinggal sepotong
Sepotong yang hilang itu agaknya
Tersesat di dalam mimpinya dan tak bisa kembali
Dan ia berpendapat bahwa kejadian itu terlalu berlebih-lebihkan.
Aku, Si SUNGAI
(Ralli Dibyaguna)
Aku adalah sungai
Yang mengalir dari gunung ke lautan yang luas
Airku yang jernih
Berasal dari mata air nun jauh di gunung
Di sepanjang perjalanan ku ditemani
Oleh ikan-ikan
Oleh beragam hewan
Yang melepaskan dahaga dengan airku
Airku yang jernih dan segar
Namun,
Sesampai di kota, manusia memberiku sampah
Air jernihku menjadi coklat, kotor, dan bau
Airku yang jernih tercemar sudah
Teman-temanku, ikan-ikan ikut menderita
Semua.. karena ulah manusia
Adakah yang patut kuperbuat?
Adakah yang dapat kau perbuat, kawan?
Agar airku jernih dan segar kembali
Puisi Prismatis
Berbeda dengan puisi diafan, puisi prismatis mengandalkan penggunaan kata-kata kiasan dan pengimajian yang kaya. Puisi jenis ini memiliki kemungkinan makna lebih dari satu, memungkinkan pembaca untuk menafsirkan dengan beragam perspektif. Ketajaman kata-kata menjadi ciri khas puisi prismatis, menciptakan karya yang mempesona dan dalam.
Puisi Gelap
Puisi gelap adalah jenis puisi yang penuh dengan misteri dan keabstrakan. Penggunaan majas dan bahasa yang kompleks menjadi ciri utama dari puisi gelap. Makna dalam puisi ini sering kali tidak langsung terbaca dan memerlukan pemahaman yang lebih mendalam untuk mengurai pesan yang disampaikan.
Perbedaan dan Khasiat Masing-masing Jenis Puisi
Dalam mengapresiasi puisi, penting untuk memahami perbedaan dan khasiat dari masing-masing jenis. Puisi diafan memberikan kejelasan dan kesederhanaan yang mudah dipahami, sementara puisi prismatis mengajak pembaca untuk menjelajahi makna dalam beragam dimensi. Di sisi lain, puisi gelap menantang pembaca untuk merenungkan misteri dan keabstrakan dalam bentuk yang lebih kompleks.
Dengan memahami keberagaman jenis puisi, kita dapat lebih mendalam menikmati keindahan dan kekayaan karya sastra. Tidak hanya sebagai bentuk hiburan, puisi juga menjadi sarana untuk merenungkan kehidupan dan menjelajahi kompleksitas manusia serta alam semesta ini. Semoga dengan pengetahuan ini, kamu dapat menemukan jenis puisi yang paling sesuai dengan selera dan kebutuhan estetik kamu. [UN]