Sulindomedia – Penutupan lokalisasi Kalijodo di Jakarta Utara seharusnya menggunakan pendekatan yang komprehensif. “Kalau Kalijodo tidak sekedar lokalisasi, tapi lebih dari sekedar itu, mungkin pendekatannya harus lebih komprehensif,” kata Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa di Samarinda, Kalimantan Timur, Sabtu (27/2/2016).

Khofifah  pun mencontohkan penutupan lokalisasi di Jayapura, yang diawali dengan riset dari kampus dan baru disosialisasi dengan tokoh agama serta tokoh pemuda dan pihak yang berada di lokalisasi. “Jadi, memang, ada proses, kemudian ada opsi-opsi lain, seperti pemberian pelatihan keterampilan. Seperti dulu di Kramat Tunggak, saya berproses sangat lama, artinya seluruhnya bertahap,” tutur Khofifah.

Diungkapkan Khofifah, dirinya ia serta dalam proses penutupan lokalisasi di Kramat Tunggak, Jakarta Utara, sejak 1992. Begitu juga dengan lokalisasi Dolly di Surabaya yang sudah berproses sejak 1994. “Kalau Kalijodo harus lebih komprehensif karena ada penggusuran di situ, ada indikator minuman keras, ada indikator kemungkinan peredaran narkotika, jadi cukup kompleks memang di sana,” katanya.

Khofifah menjelaskan, proses yang dilakukan untuk penutupan lokalisasi antara lain ada sosialisasi, penyuluhan, dan disiapkan opsi-opsi bagi para eks pekerja seks komersial untuk melanjutkan hidup lebih baik. Dalam penanganan selama ini, Kementerian Sosial memberikan pendampingan dan pelatihan keterampilan serta bantuan Usaha Ekonomi Produktif sebesar Rp 3 juta, dana kehpdupan Rp 900 ribu untuk 90 hari, dan transportasi lokal, sehingga total bantuan Rp 5.050.000. [ANT/PUR]