Mensos Risma: Berikan Peluang Lebih Luas bagi Penyandang Disabilitas untuk Berkembang

Sumber web kemensos

Jakarta, 24 Juni 2024 – Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini menekankan pentingnya memberikan berbagai peluang bagi penyandang disabilitas untuk mengembangkan dirinya.

Dalam Diskusi Reflektif Penanganan Disabilitas secara Inklusif, Holistik, dan Integratif bersama Disability Innovation Center (DIC) Universitas Negeri Surabaya (Unesa) yang diselenggarakan di Aula Pusdiklat dan Pengembangan Profesi (Pudiklatbangprof) di Jakarta, Mensos Risma menyampaikan bahwa keadilan hanya bisa tercapai jika semua individu diberikan kesempatan yang sama tanpa diskriminasi.

“Sebagai penyelenggara, kita harus memberikan ruang yang sama, medan yang sama bagi seluruh makhluk di dunia ini. Maka itu baru adil,” ujar Mensos Risma.

Pernyataan ini muncul dari keprihatinan Risma atas stigma yang sering diberikan kepada penyandang disabilitas, di mana mereka sering kali dianggap hanya mampu menguasai keterampilan tertentu saja.

Risma menekankan bahwa peluang dan pelatihan bagi penyandang disabilitas harus dibuka seluas-luasnya tanpa membatasi jenis disabilitas yang dimiliki. Hal ini penting untuk mempertimbangkan minat dan kemampuan masing-masing individu, sehingga tidak terbatas pada stereotip tertentu.

“Jangan diartikan seorang disabilitas hanya punya kapasitas itu saja. Disabilitas netra hanya bisa main musik atau pijat,” tegas Mensos Risma.

Dalam audiensi yang dihadiri oleh perwakilan Unesa, Komisi Nasional Disabilitas, dan jajaran Kementerian Sosial, Mensos Risma mengingatkan bahwa membantu penyandang disabilitas adalah kewajiban sebagai sesama manusia, terutama bagi mereka yang bekerja di Kementerian Sosial.

Dia juga mengimbau semua pihak untuk terus belajar mengenai penanganan disabilitas. “Ayo teman-teman, mumpung kita bisa. Mari teman-teman belajar,” tutur Risma.

Wakil Rektor Bidang IV Unesa, Dr. Martadi, menyambut baik niat Mensos Risma tersebut. Martadi menyatakan bahwa Unesa selalu siap mendukung dan membantu Kementerian Sosial dalam upaya penanganan disabilitas. Dia juga menyatakan akan melibatkan mahasiswa Unesa di sentra-sentra Kemensos.

“Kami siap mendorong mahasiswa kami melaksanakan MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka) dengan magang di rumah sosial atau di sentra-sentra Kemensos selama 4 hingga 5 bulan,” kata Martadi.

Selain untuk mengaplikasikan ilmu yang didapatkan, Martadi berharap program magang ini bisa membentuk mahasiswa menjadi pribadi yang memiliki kepedulian kepada penyandang disabilitas.

Upaya kolaboratif ini diharapkan dapat membuka lebih banyak peluang bagi penyandang disabilitas untuk mengembangkan potensi mereka dan meraih kesetaraan yang sesungguhnya dalam masyarakat. [UN]