“Menonton” Film ala Tunanetra dengan Bioskop Bisik

Bioskop Bisik (Foto theJakartaPost)

koransulindo.com – Bagaimana caranya membantu tunanetra menonton film yang membutuhkan kesempurnaan penglihatan? Bioskop Bisik adalah jawabannya. Teman Netra–panggilan akrab kawan-kawan tunanetra yang memiliki keterbatasan penglihatan–sekarang dapat memvisualisasikan adegan-adegan film dalam benak mereka dengan kegiatan Bioskop Bisik ini.

Lain halnya dengan bioskop biasa yang harus diam saat menonton film, dalam Bioskop Bisik ini para penonton malah diharuskan bersuara walaupun hanya dengan berbisik-bisik pelan. Karena itulah program menonton film ini–walaupun tidak selalu di dalam bioskop–dinamakan Bioskop Bisik.

Para Teman Netra dalam bioskop ini dapat menggambarkan adegan dalam film dengan dua cara. Cara yang pertama adalah, seorang relawan pembisik bertanggungjawab mendeskripsikan adegan yang diputar di dalam film kepada satu penonton Teman Netra.

Adegan-adegan yang dideskripsikan adalah adegan tanpa dialog di dalam film, yang hanya diperankan dengan gerakan tubuh. Saat adegan dialog berlangsung, semua penonton diharuskan diam, agar Teman Netra fokus mendengarkan dialog yang sedang berlangsung. Ini karena suara yang timbul ketika Teman Netra menyimak dialog, akan mengganggu konsentrasi mereka ketika menonton.

Penggambaran adegan yang dilakukan oleh relawan pembisik kepada Teman Netra tidak perlu terlalu detail, namun intinya harus dapat, dan deskripsi yang disampaikan terasa cukup. Pembisik harus menggambarkan semua adegan secara jujur kepada Teman Netra, bahkan jika ada adegan “hot” atau yang menakutkan. Ini agar film yang digambarkan tidak terpotong dan terbayang secara sempurna di benak Teman Netra.

Biasanya, sebelum memulai penggambaran adegan, relawan pembisik harus tahu lebih dulu situasi atau kondisi apa yang ingin diketahui Teman Netra dalam film. Beberapa komponen yang ingin diketahui Teman Netra biasanya adalah latar waktu dan tempat, jenis dan warna kostum, penampilan dan ekspresi para tokoh, serta situasi dan suasana adegan dalam film.

Misalnya, aktor atau aktrisnya berambut panjang atau pendek, suasana filmnya siang atau malam, dalam kondisi hujan atau tidak, tempatnya di laut atau di rumah, dan sebagainya.

Cara yang kedua adalah seorang relawan pembisik menggambarkan adegan film melalui audio transmitter kepada sejumlah Teman Netra. Pada cara ini, setiap Teman Netra dipasangkan alat seperti headset atau earphone ke telinga mereka, yang terhubung dengan sebuah kotak transmitter seukuran handphone.

Empat tombol terdapat di atas kotak transmitter. Dua tombol di sebelah kanan berfungsi mengatur volume pengatur besar dan kecilnya suara. Sedangkan dua tombol di sebelah kiri untuk menyesuaikan frekuensi sinyal. Walaupun dapat mengantarkan gelombang suara dalam satu ruangan, alat ini hanya dapat digunakan pada jarak kurang dari 10 meter.

Meski penggunaan alat audio transmitter ini dapat mempersingkat persiapan pelaksanaan Bioskop Bisik, pada dasarnya cara yang diutamakan adalah dengan cara yang pertama. Yaitu, satu orang pembisik untuk satu orang Teman Netra.

Ini karena tujuan utama program ini adalah untuk membangun kesadaran sosial terhadap sesama, utamanya kepada tunanetra. Tujuan lainnya adalah memberikan pengalaman menonton film bagi para tunanetra. Untuk itu, sebisa mungkin para pembisik ditempatkan sesuai dengan umur Teman Netranya. Saat Bioskop Bisik diselenggarakan untuk tunanetra anak, maka pembisiknya pun anak-anak.

Bioskop Bisik (Foto Tempo)

Bioskop Bisik pertama kali diadakan pada 17 Januari 2015, dengan kegiatan nonton bareng film Janji Joni di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta. Saat itu, sang sutradara Joko Anwar menjadi salah satu pembisik. Nirina Zubir, pemeran Aku Ingin Ibu Pulang juga pernah menjadi pembisik bagi tunanetra anak.

Momen istimewa terjadi saat pemutaran film Cahaya dari Timur di Istana Negara, dengan Presiden Jokowi sebagai salah satu pembisiknya. Sejak 2015 hingga sekarang, acara nonton bareng telah diadakan lebih dari 20 kali.

Bioskop Bisik sebenarnya hanyalah nama baru dari kegiatan nonton bareng tunanetra dan relawan pembisik, yang sudah beberapa kali dilakukan oleh komunitas Fellowship of Netra Community (Fency) dan Yayasan Mitra Netra. Kegiatan ini diprakarsai oleh Tarini, Ketua Fency; Cici Suciati, dan Ramya Prajna Sahisnu, CEO Think.Web.

Kemudian Think.Web, perusahaan media digital di Indonesia yang mengembangkan situs youtubefortheblind.com, bekerjasama dengan Fency dan sepakat menamai kegiatan ini sebagai Bioskop Bisik.

Youtubefortheblind.com sendiri merupakan program menonton film-film yang ada di Youtube dengan subtitle yang bisa dibaca oleh mesin text to speech bagi tunanetra. Sedangkan Fency sendiri sudah banyak menggelar kegiatan bersama tunanetra, di antaranya, pendakian dan arung jeram bersama tunanetra, pengetikan 1000 hadits dan pembagian al-Quran dalam Braille, nonton bareng, dan Sunday morning gathering.

Para relawan yang tertarik mengikuti kegiatan ini diperkenankan untuk mendaftar di web Bioskop Bisik yang dikelola kawan-kawan yang tergabung dalam Think.Web. Mereka kemudian akan menyandingkan nama-nama relawan pembisik dengan para Teman Netra yang usianya sepantaran.

Selain di Indonesia, kegiatan serupa juga ada di India dan di Mesir. Di India kegiatan ini bernama Unmukt dan digagas oleh organisasi Essar Foundation dan Saksham Trust di tahun 2013.

Bedanya, Essar Foundation dan Saksham Trust membuat sebuah program berbasis audio, yang mampu mendeskripsikan adegan non-dialog dengan deskripsi audio tanpa harus melibatkan pembisik. Ini membuat para tunanetra dapat menikmati jalannya film, walaupun sendirian dengan cara mendengar deskripsi-deskripsi tersebut.

Selain di India, Mesir juga menerapkan konsep bioskop yang serupa Unmukt pada 2016 lalu. Masreya Media, sebuah perusahaan pengisi suara, penerjemah, dan pengisi teks di film yang telah mengaplikasikan deskripsi audio pada film-film yang bisa dinikmati tunanetra di Mesir. Program ini juga memberi narasi tambahan dalam bentuk suara untuk menggambarkan adegan, bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan kostum, sehingga dapat mengisi kekosongan yang tak mampu dilihat tunanetra.

Jika di antara kamu memiliki kawan atau keluarga dari kalangan tunanetra, kamu bisa meniru cara Bioskop Bisik ini untuk memberikan pengalaman nonton film yang baru bagi mereka. [Ahmad Gabriel]

Baca juga: