Ilustrasi: Lomba tarik tambang 17 Agustus. (Sulindo/Iqyanut Taufik)
Ilustrasi: Lomba tarik tambang 17 Agustus. (Sulindo/Iqyanut Taufik)

OPINI – Hari Kemerdekaan Indonesia yang diperingati setiap tanggal 17 Agustus adalah momen yang dinantikan oleh seluruh warga. Euforia menyambut hari tersebut sudah terasa sejak awal bulan, dengan bendera merah putih dan ornamen bernuansa nasional menghiasi berbagai sudut kota dan desa.

Salah satu tradisi yang tak terpisahkan dari perayaan ini adalah lomba 17 Agustus atau sering disebut lomba Agustusan. Lomba-lomba seperti balap karung, tarik tambang, dan panjat pinang menjadi ajang partisipasi semua kalangan, dari anak-anak hingga dewasa. Namun, di balik keceriaan tersebut, terdapat dampak baik dan buruk yang perlu kita sadari.

Kita sering mendengar berita tragis yang menyertainya. Seperti kasus seorang ibu rumah tangga berinisial DW (39) meninggal dunia setelah mengikuti perlombaan balap karung di Kerinci, Jambi dalam perayaan HUT RI Ke-78.

Pihak kepolisian setempat mengatakan, DW diduga meninggal dunia karena kelelahan.
Kasus lainnya ada Seorang ibu muda, Rini (29) asal Tasikmalaya meninggal dunia saat mengikuti lomba balap karung dalam rangka merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, Rabu (17/8/2022).

Seperti yang diberitakan Kompas.com (17/8/2022), Rini diduga mendapatkan serangan penyakit hipertensi. Ia juga baru 2 bulan lalu melahirkan seorang anak. Korban sempat dilarikan ke klinik terdekat. Namun, nyawanya tidak tertolong.

Peristiwa ini mengingatkan kita akan pentingnya kewaspadaan dalam memilih peserta lomba, terutama yang memiliki riwayat kesehatan tertentu. Cedera serius juga bukan hal yang langka dalam lomba panjat pinang, seperti yang terjadi di Lombok Barat saat memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, di mana seorang pria berusia 40 tahun tewas setelah terjatuh.

Meskipun demikian, kita tidak dapat serta merta menyimpulkan bahwa lomba-lomba tersebut berbahaya secara mutlak. Panitia perlu lebih teliti dalam menyeleksi peserta dan memastikan keselamatan menjadi prioritas utama.

Di sisi lain, dampak positif dari lomba Agustusan juga sangat nyata. Kegiatan ini mampu mempererat silaturahmi antarwarga, menumbuhkan semangat kebersamaan, dan menciptakan kenangan indah yang hanya terjadi setahun sekali.

Untuk meminimalisir risiko, mungkin kita bisa mempertimbangkan lomba yang lebih aman dan edukatif seperti lomba memasak atau menghias lingkungan antar RT. Dengan demikian, semangat perayaan Hari Kemerdekaan tetap terjaga tanpa mengorbankan keselamatan dan kesejahteraan masyarakat. Mari kita jadikan momen ini sebagai waktu untuk bersatu dan merayakan kemerdekaan dengan cara yang bijak dan bertanggung jawab. [UN]