Berabad-abad lamanya, legenda tentang kota-kota yang hilang telah memikat imajinasi manusia. Dari kisah Plato tentang Atlantis hingga mitos El Dorado yang kaya akan emas, cerita-cerita ini menimbulkan pertanyaan mendalam: apakah mereka benar-benar ada atau hanya dongeng belaka?
Sejarah penuh dengan misteri yang belum sepenuhnya terpecahkan. Ada peradaban yang pernah berdiri megah, hanya untuk lenyap tanpa jejak, tersapu oleh waktu dan bencana alam. Beberapa hanya menyisakan mitos dan catatan kuno yang samar, sementara yang lain ditemukan kembali berabad-abad kemudian, mengungkap kejayaan masa lalu yang pernah dianggap hilang. Salah satu kisah paling menakjubkan dalam sejarah arkeologi adalah penemuan kembali Heracleion—kota yang dulunya merupakan pusat perdagangan dan spiritual di Mesir, namun kemudian tenggelam ke dasar laut, menyembunyikan kisahnya selama lebih dari seribu tahun.
Mungkin selama ini kita membayangkan kota-kota yang hilang hanya ada dalam legenda, tetapi bagaimana jika beberapa di antaranya benar-benar nyata? Bagaimana jika sejarah yang telah lama dianggap sebagai mitos sebenarnya adalah bagian dari peradaban yang nyata, yang tenggelam akibat bencana alam yang dahsyat? Itulah yang terjadi pada Heracleion, kota yang dahulu disebut-sebut dalam naskah kuno, tetapi selama berabad-abad keberadaannya dianggap tak lebih dari sekadar cerita. Hingga akhirnya, di dasar Laut Mediterania, arkeolog menemukan bukti nyata yang mengubah legenda menjadi sejarah.
Inilah kisah Heracleion, kota yang sempat hilang dalam kabut waktu, tetapi kini kembali muncul untuk mengungkap rahasia masa lalu.
Dari Legenda ke Fakta Sejarah
Melansir laman thearchaeologist.org, hampir 1.200 tahun yang lalu, kota Heracleion yang megah tenggelam ke dasar Laut Mediterania, meninggalkan jejak sejarah yang lama dianggap sebagai mitos. Seperti halnya Atlantis, keberadaan Heracleion diyakini hanya sekadar legenda hingga akhirnya ditemukan oleh arkeolog bawah laut Franck Goddio pada tahun 2000 di Teluk Aboukir, Mesir. Sebelum tenggelam, kota ini merupakan pusat perdagangan yang penting, menjadi penghubung utama antara Mesir dan dunia Yunani kuno.
Sejarawan kuno seperti Strabo dan Diodorus hanya menyebut Heracleion dalam catatan mereka, dan selama berabad-abad, kota ini menghilang dari peta dunia. Menurut Herodotus pada abad ke-5 SM, sebuah kuil besar dibangun di kota ini untuk menghormati Heracles (Herakles), pahlawan mitos Yunani. Bahkan, dalam catatan sejarah, Paris dan Helen dari Troy dikatakan pernah singgah di kota ini sebelum Perang Troya meletus.
Keberadaan Heracleion akhirnya terbukti ketika tim arkeologi bawah air yang dipimpin oleh Franck Goddio memetakan Teluk Aboukir menggunakan teknologi geofisika canggih. Dengan metode eksplorasi geofisika, tim berhasil menemukan anomali di dasar laut yang kemudian diselidiki lebih lanjut oleh penyelam dan robot bawah air. Setelah hampir satu dekade penelitian, pada tahun 2000, sisa-sisa kota yang terkubur dalam sedimen akhirnya ditemukan.
Kota Pelabuhan yang Megah
Heracleion, yang berjarak sekitar 32 km dari Alexandria, dulunya merupakan pelabuhan utama perdagangan dengan Yunani. Kota ini juga menjadi pusat ibadah, di mana para pelaut mempersembahkan hadiah kepada para dewa sebelum melanjutkan perjalanan mereka. Secara politis, kota ini memiliki peran penting karena firaun Mesir harus mengunjungi Kuil Amun di Heracleion untuk mendapatkan legitimasi sebagai penguasa tertinggi.
Ketika akhirnya ditemukan, Heracleion berada 10 meter di bawah permukaan laut dan berjarak sekitar 6,5 km dari garis pantai saat ini. Tim arkeologi yang bekerja sama dengan Dewan Tertinggi Purbakala Mesir menggunakan teknologi pemetaan modern untuk mengungkap jejak peradaban yang hilang ini.
Ketika penyelam mulai menggali lapisan pasir dan lumpur yang menutupi Heracleion, mereka menemukan kota yang masih dalam kondisi luar biasa. Beberapa peninggalan yang ditemukan antara lain: kuil utama Amun-Gerb, patung firaun raksasa, patung-patung dewa dan dewi Mesir, sebuah sphinx, 64 bangkai kapal kuno, 700 jangkar kapal, puluhan sarkofagus, koin emas serta pemberat perunggu, dan prasasti batu dengan tulisan Yunani dan Mesir kuno.
Salah satu temuan paling mengesankan adalah patung besar dewa Hapi, yang bertanggung jawab atas banjir Sungai Nil. Patung ini memiliki tinggi 5,4 meter dan merupakan bagian dari tiga patung granit merah dari abad ke-4 SM. Selain itu, prasasti kuno yang ditemukan di lokasi ini membantu mengonfirmasi bahwa Heracleion dan Thonis sebenarnya adalah kota yang sama, dengan nama yang berbeda dalam budaya Mesir dan Yunani.
Mengapa Heracleion Tenggelam?
Heracleion dikenal sebagai “Venesia dari Sungai Nil” karena jaringan kanalnya yang luas. Namun, sekitar abad ke-8 Masehi, kota ini mulai tenggelam secara perlahan ke dasar laut. Beberapa faktor yang diyakini menyebabkan kehancuran kota ini meliputi:
1. Pergerakan tektonik – Gempa bumi dan aktivitas seismik kemungkinan besar menyebabkan tanah di sekitar Delta Nil menjadi tidak stabil.
2. Likuifaksi – Getaran dari gempa bumi mengubah tanah berpasir yang padat menjadi lumpur cair, menyebabkan bangunan-bangunan kota runtuh dan tenggelam.
3. Banjir dan kenaikan permukaan air laut – Sungai Nil membawa sedimen yang secara bertahap mengubur kota dalam lumpur.
Hingga kini, sekitar 95% dari Heracleion masih terkubur di dasar laut, dan para arkeolog memperkirakan butuh ratusan tahun untuk menggali seluruh situs bersejarah ini.
Pada tahun 2015, British Museum bekerja sama dengan Franck Goddio untuk mengadakan pameran arkeologi bawah laut pertama yang menampilkan lebih dari 200 artefak yang ditemukan di lepas pantai Mesir. Pameran bertajuk Sunken Cities: Egypt’s Lost Worlds ini kemudian ditampilkan di Institut du Monde Arabe di Paris dan Saint Louis Art Museum di Amerika Serikat sebelum akhirnya kembali ke Mesir pada Januari 2021.
Goddio menyatakan bahwa eksplorasi bawah laut terhadap Heracleion masih jauh dari selesai. Dengan luas sekitar 3,5 km², kota ini tiga kali lebih besar dari Pompeii, yang telah digali selama lebih dari satu abad. Oleh karena itu, penelitian terhadap Heracleion kemungkinan masih akan terus berlanjut selama ratusan tahun ke depan.
Penemuan Heracleion adalah bukti bahwa sejarah yang dianggap hanya sebagai mitos dapat memiliki dasar nyata. Kota ini memberikan wawasan berharga tentang kehidupan dan peradaban Mesir kuno, serta bagaimana faktor alam dapat menyebabkan kota besar tenggelam ke dasar laut. Dengan kemajuan teknologi, siapa tahu kota-kota legendaris lainnya seperti Atlantis juga dapat ditemukan suatu hari nanti? Hanya waktu yang akan menjawabnya. [UN]