Menjelang Hari Raya Idul Fitri, umat Islam di Indonesia menantikan kepastian mengenai kapan 1 Syawal 1446 H akan ditetapkan. Penentuan ini bukan sekadar tradisi, melainkan proses yang melibatkan metode ilmiah dan pertimbangan keagamaan melalui Sidang Isbat yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama RI.
Sidang ini menjadi momen penting yang menentukan kapan umat Muslim di Indonesia akan merayakan hari kemenangan setelah sebulan penuh berpuasa. Bagaimana prosesnya berlangsung dan seperti apa sejarah penetapan 1 Syawal di Indonesia? Berikut ulasannya.
Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia akan menggelar Sidang Isbat untuk menetapkan Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1446 Hijriah. Sidang ini dijadwalkan berlangsung pada Sabtu, 29 Maret 2025, pukul 18.45 WIB, bertempat di kantor Kemenag di kawasan Jalan M.H. Thamrin, Jakarta. Sidang ini bertepatan dengan 29 Ramadan 1446 H.
Proses Sidang Isbat
Sidang Isbat biasanya digelar secara tertutup dan melibatkan berbagai pihak terkait, seperti perwakilan organisasi Islam, ahli astronomi, serta Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Setelah sidang selesai, hasil penetapan 1 Syawal akan diumumkan melalui konferensi pers yang dipimpin oleh Menteri Agama, Nasaruddin Umar. Namun, bagaimana sejarah sidang isbat di indonesia? berikut ulasan singkatnya.
Mengutip buku Hisab Rukyat Indonesia: Diversitas Metode Penentuan Awal Bulan Kamariah karya Muhammad Awaludin, sidang isbat merupakan sidang penetapan awal bulan dalam kalender Hijriah, yaitu 1 Ramadan, 1 Syawal, dan 1 Zulhijjah. Sidang ini dihadiri berbagai organisasi Islam di Indonesia dan dipimpin langsung oleh Menteri Agama RI. Kata ‘isbat’ dalam bahasa Arab berarti penetapan atau penentuan, sehingga sidang ini berfungsi sebagai forum resmi untuk menentukan awal bulan Hijriah.
Sidang Isbat turut dihadiri oleh tamu undangan seperti Duta Besar negara sahabat, anggota DPR RI, perwakilan Mahkamah Agung (MA), Majelis Ulama Indonesia (MUI), dan berbagai pihak lainnya. Kehadiran berbagai elemen ini menunjukkan pentingnya Sidang Isbat dalam memastikan keseragaman informasi bagi umat Islam terkait penetapan 1 Ramadan, Syawal, dan Zulhijjah. Sidang ini menghimpun informasi dari metode hisab (perhitungan astronomi) serta laporan rukyat (pengamatan hilal) dari berbagai titik observasi di Indonesia.
Sejarah Sidang Isbat
Menurut buku Mengapa Umat Islam Tertinggal? Tawaran Indonesia Untuk Dunia Islam karya Dr. Ir. Muhammad Najib M.Sc., Sidang Isbat pertama kali diadakan pada tahun 1950-an. Pemerintah berinisiatif menggelar sidang ini guna menjembatani perbedaan dalam metode penentuan awal bulan Hijriah di antara organisasi Islam. Pada masa itu, terdapat dua metode utama yang digunakan, yaitu hisab (perhitungan astronomi) dan rukyah (pengamatan langsung posisi bulan).
Sidang Isbat menjadi solusi untuk menghindari perbedaan dalam menentukan awal Ramadan dan Idul Fitri, yang kerap terjadi akibat perbedaan hasil antara metode hisab dan rukyah. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kini satelit dapat digunakan untuk mengamati posisi bulan, sehingga pengamatan tidak lagi terhambat oleh faktor cuaca seperti mendung atau hujan.
Pada tahun 1972, Kementerian Agama membentuk Badan Hisab dan Rukyah (BHR) untuk mengembangkan metode penetapan awal bulan Hijriah. Tugas utama BHR meliputi:
1. Menentukan hari-hari besar Islam dan hari libur nasional yang berlaku di seluruh Indonesia.
2. Menyatukan penentuan awal bulan Islam terkait ibadah, seperti 1 Ramadan, 1 Syawal (Idul Fitri), dan 10 Zulhijjah (Idul Adha).
3. Menjaga persatuan umat Islam, mengatasi perbedaan antara ahli hisab dan rukyat, serta meminimalisir perbedaan dalam penetapan kalender Hijriah.
BHR kemudian mengalami perubahan nama menjadi Tim Hisab dan Rukyat, dan kini dikenal sebagai Tim Unifikasi Kalender Hijriyah yang berada di bawah naungan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag RI.
Sidang Isbat merupakan agenda penting yang memastikan keseragaman umat Islam dalam menentukan awal bulan Hijriah, khususnya terkait perayaan Idul Fitri. Dengan melibatkan berbagai pihak dari ahli astronomi hingga organisasi Islam, Sidang Isbat menjadi instrumen utama dalam menetapkan awal Syawal secara resmi di Indonesia. Dengan dukungan teknologi yang semakin canggih, proses penetapan kalender Hijriah pun terus berkembang guna memberikan kepastian yang lebih akurat bagi umat Islam di Tanah Air. [UN]