Reka ulang perobekan bendera Belanda di pucuk tiang menara Hotel Majapahit. (Surabaya.go.id)
Reka ulang perobekan bendera Belanda di pucuk tiang menara Hotel Majapahit. (Surabaya.go.id)

Koran Sulindo – Tanggal 19 September 2024 jatuh pada hari Kamis dalam penanggalan Masehi. Bagi Indonesia, tanggal ini memiliki makna khusus, karena diperingati sebagai salah satu peristiwa penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan, yaitu Insiden Yamato atau Hari Perobekan Bendera Belanda di Hotel Yamato, Surabaya.

Latar Belakang Peristiwa

Dilansir dari berbagai sumber, peristiwa perobekan bendera Belanda terjadi pada 19 September 1945, di Hotel Yamato, yang kini dikenal sebagai Hotel Majapahit, berlokasi di Jalan Tunjungan No. 65, Surabaya.

Insiden ini menjadi salah satu tonggak penting dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan kekuatan kolonial yang mencoba kembali menancapkan kekuasaannya setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.

Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamirkan, pemerintah di bawah pimpinan Soekarno mengeluarkan maklumat resmi pada 1 September 1945. Maklumat tersebut berisi perintah untuk mengibarkan bendera Merah Putih di seluruh wilayah Indonesia sebagai simbol kedaulatan negara yang baru merdeka.

Namun, pada 19 September 1945, pukul 9 malam, sekelompok orang Belanda yang dipimpin oleh Victor Willem Charles Ploegman mengibarkan bendera Belanda (Merah-Putih-Biru) di sisi utara Hotel Yamato.

Pengibaran bendera ini dilakukan tanpa izin dari Pemerintah Indonesia Daerah Surabaya dan dianggap sebagai penghinaan terhadap kedaulatan Indonesia. Tindakan tersebut memicu kemarahan besar di kalangan pemuda Surabaya yang melihat tindakan ini sebagai simbol pengingkaran terhadap kemerdekaan yang baru saja diraih.

Gagalnya Perundingan Soedirman dan Ploegman

Menanggapi pengibaran bendera Belanda tersebut, Soedirman, yang saat itu menjabat sebagai Wakil Residen (Fuku Syuco Gunseikan) Surabaya, berusaha untuk menyelesaikan situasi dengan melakukan perundingan.

Harapannya adalah agar bendera Belanda segera diturunkan dari Hotel Yamato dan digantikan dengan bendera Merah Putih. Namun, perundingan tersebut gagal total.

Ploegman menolak menurunkan bendera Belanda, bahkan suasana semakin memanas ketika Ploegman mengeluarkan pistol, yang akhirnya memicu perkelahian antara pihak Belanda dan pemuda Indonesia.

Dalam perkelahian tersebut, Ploegman tewas setelah dicekik oleh Sidik, salah satu pemuda Surabaya. Namun, Sidik juga kehilangan nyawanya setelah ditembak oleh tentara Belanda. Sementara itu, Soedirman dan Hariyono berhasil melarikan diri dari hotel.

Peristiwa Perobekan Bendera Belanda

Di luar hotel, para pemuda Surabaya yang menunggu hasil perundingan menyadari bahwa perundingan tidak berjalan lancar. Mereka segera bertindak dengan menyerbu hotel, yang menyebabkan perkelahian di lobi.

Kusno Wibowo dan Hariyono, dua pemuda pemberani, memanjat tiang bendera yang berada di atap Hotel Yamato untuk menurunkan bendera Belanda. Setelah berhasil mencapai puncak, mereka merobek bagian biru dari bendera Belanda, sehingga yang tersisa hanyalah bendera Merah Putih, lambang kedaulatan Indonesia.

Aksi heroik ini disambut dengan sorak-sorai massa di bawah yang berteriak “Merdeka” berulang kali, menandai semangat perlawanan yang kuat terhadap upaya kembalinya kekuasaan Belanda di tanah air.

Setelah Peristiwa Perobekan Bendera

Peristiwa ini memicu reaksi dari pihak Sekutu. Pada 25 Oktober 1945, pasukan Inggris di bawah pimpinan Brigadir Jenderal AWS Mallaby dan Brigade 49 tiba di Surabaya. Pasukan Inggris yang saat itu bertugas melucuti senjata tentara Jepang melakukan perundingan dengan RMTA Soerjo dan tokoh-tokoh Jawa Timur lainnya.

Hasil perundingan tersebut adalah kesepakatan bahwa Inggris tidak akan melibatkan Angkatan Perang Belanda untuk menjaga ketentraman di Jawa Timur. Selain itu, pelucutan senjata yang dilakukan oleh pasukan Inggris hanya berlaku untuk tentara Jepang.

Namun, kesepakatan ini dilanggar oleh Mallaby dan pasukannya, yang menyebabkan meningkatnya ketegangan di Surabaya. Pada 27 Oktober 1945, dua hari setelah perundingan tersebut, warga Surabaya melakukan serangan terhadap kedudukan Inggris di kota tersebut.

Serangan ini menjadi awal dari pertempuran besar yang memuncak pada Pertempuran 10 November 1945, sebuah peristiwa heroik yang dikenang sebagai Hari Pahlawan, di mana sekitar 6.000 rakyat Surabaya gugur dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Makna Peristiwa Perobekan Bendera

Peristiwa perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato menjadi simbol perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajahan dan upaya pihak asing yang ingin menguasai kembali Indonesia.

Tindakan berani para pemuda Surabaya pada 19 September 1945 menjadi tonggak penting dalam mempertahankan kemerdekaan yang baru saja diraih, dan menjadi pengingat bahwa kemerdekaan adalah hasil dari perjuangan gigih seluruh elemen bangsa.

Peringatan Hari Perobekan Bendera setiap tahunnya di Surabaya menjadi momen untuk mengenang semangat juang para pahlawan yang tidak gentar dalam menghadapi ancaman penjajahan, serta untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air dan semangat kemerdekaan di kalangan generasi muda Indonesia. [UN]