Robot Lunokhod 1. (Foto: NASA)

Pada satu fase penting dalam sejarah eksplorasi luar angkasa, manusia tidak lagi hanya mengandalkan keberanian astronot untuk menembus batas langit, tetapi juga mulai mempercayakan tugas itu kepada mesin-mesin kecil yang bekerja di dunia yang jauh. Dari perkembangan teknologi inilah lahir berbagai capaian yang membentuk wajah penjelajahan antariksa modern.

Salah satu tonggak pentingnya hadir pada 17 November 1970, ketika Uni Soviet mengirimkan sebuah penjelajah kecil ke permukaan Bulan, sebuah misi yang kelak menandai babak baru dalam eksplorasi dunia lain. Untuk mengetahui kisahnya, mari kita telusuri melalui artikel ini.

Dikutip dari berbagai sumber, termasuk laman NASA dan Space.com, Lunokhod 1 tiba di Bulan dengan menumpang wahana pendarat Luna 17. Setelah mendarat mulus di kawasan Mare Imbrium atau Laut Hujan, penjelajah berkaki delapan roda itu menuruni landasan kecil, memulai perjalanan yang kelak membuatnya dikenang sebagai salah satu penjelajah paling berpengaruh dalam sejarah eksplorasi antariksa.

Dikendalikan oleh operator dari Bumi, ia melaju lebih dari 10 kilometer hanya dalam waktu sepuluh bulan jauh lebih cepat dibanding penjelajah Mars Opportunity yang membutuhkan sekitar enam tahun untuk mencapai jarak tempuh yang sama.

Keberhasilan ini lahir dari dinamika panjang persaingan AS–Uni Soviet pada 1960-an. Kedua negara berlomba menunjukkan keunggulan teknologi, mulai dari manusia pertama di luar angkasa hingga pesawat dengan awak dua dan tiga orang, hingga pendaratan antariksa pertama. AS akhirnya memenangkan tonggak terbesar melalui misi Apollo 11 pada 1969, ketika manusia untuk pertama kalinya menjejakkan kaki di Bulan.

Sementara itu, Uni Soviet yang awalnya berharap mengirim manusia ke Bulan dengan roket Zond menghadapi serangkaian kegagalan uji coba, termasuk ledakan fatal pada 1968. Situasi itu mengubah strategi, dimana mereka memilih fokus pada misi robotik, pendaratan tanpa awak, dan penjelajahan jarak jauh.

Jejak kesuksesan program Bulan Soviet sebelum 1970 sebenarnya telah panjang. Luna 3 pada 1959 mengirim foto sisi jauh Bulan untuk pertama kalinya. Luna 9 pada 1966 mencatat sejarah sebagai pendaratan lunak pertama, mendahului Apollo 11 tiga tahun lebih awal. Luna 16 pada 1970 membawa pulang sampel tanah bulan ke Bumi.

Luna 17, pewaris seri ini, membawa sesuatu yang lebih ambisius, sebuah kendaraan yang dirancang untuk berjalan dan bekerja layaknya penjelajah otonom modern.

Desain Lunokhod 1 mencerminkan eksperimen teknologi tingkat tinggi pada masanya. NASA dalam ringkasan misinya menggambarkan wahana ini sebagai “kompartemen berbentuk bak dengan tudung besar berbentuk cembung, berdiri di atas delapan roda yang digerakkan secara independen.” tulis NASA dalam ringkasan misi tersebut .

Wahana ini membawa antena berbentuk kerucut, antena heliks berdaya tinggi, empat kamera televisi, serta perangkat pengetuk tanah yang berfungsi menguji kepadatan dan karakteristik mekanis permukaan Bulan.

Sistem energinya pun unik, dimana Lunokhod 1 mengandalkan tenaga surya pada siang hari Bulan yang berlangsung sekitar dua minggu dan bertahan di malam hari yang sama panjangnya dengan bantuan pemanas radioisotop polonium-210. Perangkat ini memastikan komponen tetap hangat pada suhu ekstrem minus 150 derajat Celsius. Dirancang untuk bertahan hanya tiga hari lunar, penjelajah ini justru melampaui harapan, bekerja selama sebelas hari lunar sebelum operasinya dihentikan pada 4 Oktober 1971 tepat 14 tahun setelah Uni Soviet meluncurkan Sputnik, satelit buatan pertama manusia.

Selama masa operasionalnya, Lunokhod 1 menempuh 10,54 kilometer di permukaan Bulan, memotret lebih dari 20.000 gambar TV dan 200 panorama, serta melakukan lebih dari 500 pengujian tanah. Ia bukan sekadar mesin; ia adalah mata dan tangan manusia di dunia lain, pada masa ketika teknologi robotik masih berada di tahap awal.

Warisan Lunokhod 1 menjadi pondasi bagi misi-misi selanjutnya. Pada 1973, Uni Soviet meluncurkan Lunokhod 2 yang mencapai jarak tempuh jauh lebih panjang yaitu 37 kilometer, sebuah rekor yang baru terlampaui lebih dari satu dekade kemudian oleh penjelajah Opportunity di Mars. Keberadaan Lunokhod 1 kembali ditemukan secara visual oleh Lunar Reconnaissance Orbiter milik NASA pada 2012.

Gambar beresolusi tinggi memperlihatkan wahana pendarat, penjelajah, hingga jejak-jejak rodanya yang masih membekas. Pada 2010, retroreflektor di tubuh Lunokhod 1 memantulkan sinyal laser dari Bumi dengan sangat kuat, menunjukkan bahwa instrumennya tetap bekerja baik meski telah puluhan tahun dihantam debu dan radiasi Bulan.

Setelah masa Lunokhod berakhir, eksplorasi robotik di permukaan Bulan memasuki jeda panjang. Tidak ada wahana yang berhasil mendarat mulus hingga Tiongkok mengirim Chang’e 3 dan penjelajah Yutu pada 2013. Meski Yutu mengalami masalah mobilitas setelah malam Bulan keduanya, ia tetap beroperasi jauh melebihi masa desainnya dan baru berhenti setelah 31 bulan.

Lebih dari setengah abad setelah roda-roda kecil itu menyentuh permukaan Mare Imbrium, Lunokhod 1 tetap menjadi rujukan penting dalam sejarah teknologi penjelajahan. Ia menandai masa ketika manusia mulai mempercayakan sebagian tugas eksplorasi kepada mesin, sebuah langkah yang belakangan justru menjadi fondasi utama misi antariksa modern. [UN]