Koran Sulindo – Tak banyak rakyat kita yang mengetahui betapa pentingnya tanggal 12 November untuk diperingati. Tapi, karena masyarakat kita pada umumnya mengidap fobia komunis yang berlebihan sebagai ciptaan dari rezim fasis militer Soeharto, maka hari bersejarah tersebut tidak pernah disampaikan kepada khalayak.
Padahal, 12 November 1926 dikenal sebagai hari pemberontakan anti-kolonial pertama yang dipimpin Partai Komunis Indonesia (PKI) melawan kekuasaan Belanda. Kendati begitu, negara tidak pernah mau mengakuinya, malah mengesankan pemberontakan terhadap kolonial itu sebagai hal yang negatif.
Jika di Indonesia dikenal sebagai hari pemberontakan anti-kolonial pertama, maka di Spanyol secara khusus, 12 November 1989 ditandai dengan meninggalnya tokoh atau pahlawan nasional Spanyol yang bernama Dolores Ibarruri. Tokoh wanita Spanyol kelahiran 9 Desember 1895 ini dikenal sebagai La Pasionaria. Ia dikenal sebagai tokoh komunis yang menentang fasisme.
Anak ke-8 dari 11 bersaudara, Ibarruri lahir di Basque, Spanyol. Karena kemiskinan yang parah, ia terpaksa berhenti sekolah pada usia 15 tahun. Ibarruri kemudian mulai bekerja sebagai penjahit dan juru masak. Di Kota Arboleda bagian dari Sommorosto, Ibarruri bertemu dengan Julian Ruiz Gabina, aktivis serikat buruh dan pendiri pemuda sosialis kota itu.
Setelah menjalin hubungan kekasih, keduanya memutuskan untuk menikah pada akhir 1915. Dua tahun kemudian, mereka dikaruniai anak pertama. Keduanya lantas terlibat aktif dalam gerakan politik. Pada 1917, Ibarruri dan Gabina ikut berpartisipasi dalam sebuah pemogokan. Akibatnya, Gabina ditangkap dan mendekam dalam penjara.
Selama waktu itu, Ibarruri mulai mendalami karya-karya Marx yang bisa diperoleh di perpustakaan Socialist Workers Centre di Sommorosto. Setelah itu, Ibarruri mulai menulis di koran milik buruh tambang El Minero Vizcaino. Dengan menggunakan nama pena “Pasionaria”, Ibarruri mengkritik tentang kemunafikan agama. Tak lama setelah itu, ia bergabung dengan Partai Komunis Spanyol yang baru terbentuk pada tahun itu.
Karier Ibarruri terus menanjak dan karena kegiatan politiknya itu, ia juga sempat beberapa kali mendekam dalam penjara. Ibarruri juga pernah menjadi wakil kelompok komunis di parlemen. Dan karena Perang Sipil Spanyol pecah pada 1936, membuat Ibarruri menjadi tokoh nasional. Setelah fasis militer Franco berkuasa pada 1939, Ibarrruri terpaksa meninggalkan Spanyol dan tinggal di Uni Soviet.
Selama pelariannya itu pula, ia memimpin partainya dari Soviet. Sampai pada 1960, Santiago Carrilo terpilih menggantikannya. Karena kekonsistenannya sebagai komunis, maka Ibarruri mengkritik tindakan Soviet ketika menginvasi Cekoslovakia pada 1968. Setelah 18 bulan Franco meninggal dunia, dan setelah 34 hari Partai Komunis kembali dilegalkan, Ibarruri kembali ke Spanyol pada 13 Mei 1977.
Ia juga terpilih mewakili partainya untuk duduk di parlemen pada tahun itu. Namun, ia akhirnya memilih untuk mundur karena alasan kesehatannya yang terus memburuk. Komunis Internasional pada 1935 dalam laporannya menyebut Ibarruri sebagai wanita komunis Spanyol yang patut diteladani. Ia tetap berlawan ketika Franco fasis mulai menguasai Spanyol. Sebagai tokoh komunis, semua tindakannya dinilai pantas untuk diikuti.
Ibarruri diingat sebagai tokoh wanita yang hebat dalam berpidato. Ia merupakan seorang orator handal. Pidatonya kuat dan berapi-api. Dan dalam sebuah pertemuan wanita, Ibarruri mengatakan, lebih baik menjadi janda seorang pahlawan ketimbang menjadi istri seorang pengecut. Setelah semua dedikasinya kepada umat manusia, terutama untuk rakyat Spanyol, Ibarruri akhirnya meninggal dunia pada 12 November 1989. Ia meninggal karena penyakit radang paru-paru ketika sudah berusia 93 tahun. [KRG]