Tari Seblang. DOK Pemkab Banyuwangi
Tari Seblang. DOK Pemkab Banyuwangi

Indonesia dikenal sebagai negeri dengan kekayaan budaya yang luar biasa, di mana tradisi dan kearifan lokal menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakatnya. Dari Sabang hingga Merauke, setiap daerah memiliki cerita, ritual, dan seni yang tak hanya memikat tetapi juga sarat dengan makna filosofis. Salah satunya adalah Tari Seblang dari Banyuwangi, Jawa Timur, sebuah tradisi mistis yang menjadi saksi kuatnya ikatan masyarakat suku Osing dengan leluhur mereka.

Tari Seblang tidak sekadar menjadi seni pertunjukan, tetapi juga berperan sebagai medium spiritual dan budaya yang terus hidup di tengah arus modernisasi. Apa yang membuat tradisi ini begitu istimewa dan penuh daya tarik? Mari kita telusuri lebih dalam keunikan dan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam ritual sakral ini.

Ritual Mistis yang Memesona

Tari Seblang adalah salah satu warisan budaya unik dari masyarakat suku Osing di Banyuwangi, Jawa Timur. Melansir beberapa sumber, tradisi sakral ini digelar setiap tahun pada awal bulan Syawal, tepatnya dimulai sejak 3 Syawal, sebagai bagian dari ritual bersih desa yang bertujuan untuk menolak bala dan membersihkan desa dari energi negatif. Tarian ini berlangsung selama tujuh hari berturut-turut, menjadi penanda eratnya hubungan masyarakat dengan leluhur dan kepercayaan mereka.

Seblang dikenal sebagai tarian yang penuh dengan nuansa mistis. Penarinya adalah perempuan muda terpilih yang belum menikah dan harus memiliki garis keturunan langsung dari penari sebelumnya. Proses seleksi ini dilakukan oleh tetua adat dan melibatkan pertimbangan spiritual yang mendalam. Sebelum menari, sang penari akan melalui ritual khusus di mana tubuhnya diasapi dengan dupa sambil tetua adat membacakan mantera. Ritual ini bertujuan untuk “memanggil” roh leluhur agar masuk ke dalam tubuh penari. Dengan mata terpejam, penari kemudian bergerak mengikuti arahan pawang dan irama gending.

Uniknya, selama tarian berlangsung, penari berada dalam kondisi tidak sadarkan diri. Hal ini diyakini sebagai hasil kerasukan roh leluhur yang membuatnya mampu menari tanpa henti selama enam jam setiap harinya. Fenomena ini menjadi daya tarik tersendiri dan memperkuat anggapan mistis tentang tarian ini.

Penari Seblang mengenakan mahkota khusus yang disebut “ongklok”. Mahkota ini dibuat dari daun pisang muda yang dihiasi bunga-bunga di bagian atasnya. Proses pembuatannya juga dilakukan dengan nuansa magis, yakni diiringi pembakaran dupa. Rumbai-rumbai dari daun pisang yang menutupi wajah penari menciptakan kesan misterius dan menambah aura mistis yang menyelimuti tarian ini. Hal tersebut membuat para penonton begitu penasaran akan wajah dari sang penari itu, terutama bagi kaum pria.

Ritual dimulai dengan lantunan gending “Lukinto”, sebuah alat musik yang dipercaya sebagai medium pemanggil roh leluhur. Para penari akan terus menari dengan 28 lantunan gending yang dibawakan oleh para sinden dan penabuh musik yang masih memiliki ikatan sedarah dengan sang penari sebelumnya. Untuk memastikan roh telah memasuki tubuh penari, tetua adat menggoyangkan tubuh penari ke kanan dan kiri. Jika nampan bambu yang dipegang penari jatuh dan tubuhnya terjungkal ke belakang, itu menandakan bahwa roh leluhur telah hadir.

Setelah roh leluhur diyakini masuk ke tubuh penari, tarian dimulai dengan penari berputar mengelilingi panggung sebanyak tiga hingga empat kali. Di tengah prosesi, kembang tujuh rupa dibagikan kepada penonton. Masyarakat percaya bahwa bunga-bunga ini memiliki khasiat untuk menyembuhkan penyakit dan membuang sial.

Hal menarik lainnya adalah interaksi antara penari dan penonton. Penari yang masih dalam kondisi kerasukan akan melemparkan selendangnya ke arah penonton. Siapa pun yang terkena lemparan selendang harus ikut menari di atas panggung. Tradisi ini menciptakan kedekatan emosional antara masyarakat dengan ritual tersebut.

Tari Seblang bukan sekadar hiburan, tetapi juga ekspresi kepercayaan masyarakat suku Osing terhadap leluhur mereka. Ritual ini menggambarkan penghormatan kepada para leluhur sekaligus mengajarkan pentingnya menjaga harmoni antara manusia, alam, dan dunia gaib.

Dengan segala keunikan dan kesakralannya, Tari Seblang menjadi salah satu bukti kekayaan budaya Indonesia yang patut dilestarikan. Tradisi ini tidak hanya memikat hati masyarakat lokal, tetapi juga menjadi daya tarik bagi wisatawan yang ingin menyaksikan langsung ritual adat yang penuh makna dan mistis ini.

Seblang bukan sekadar tarian, melainkan jembatan antara dunia nyata dan spiritual yang menghubungkan masyarakat dengan warisan leluhurnya. [UN]