Setiap bangsa memiliki kekuatan pertahanan yang menjadi garda terdepan dalam menjaga kedaulatan dan keutuhan wilayahnya. Di Indonesia, salah satu elemen utama dalam sistem pertahanan negara adalah Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad). Sebagai bagian dari TNI Angkatan Darat, Kostrad memiliki sejarah panjang dan peran krusial dalam berbagai operasi militer, baik di dalam negeri maupun di tingkat internasional.
Setiap tanggal 6 Maret, peringatan Hari Ulang Tahun Kostrad menjadi momentum refleksi terhadap perjalanan panjang satuan ini dalam menjaga stabilitas nasional. Pada tahun 2025, Kostrad merayakan HUT ke-64, sebuah pencapaian yang menandakan eksistensinya sebagai salah satu pilar utama pertahanan Indonesia. Bagaimana sejarah pembentukannya? Apa saja perannya dalam berbagai operasi militer? Artikel ini akan mengulas lebih dalam tentang perjalanan dan kontribusi Kostrad bagi bangsa dan negara.
Setiap bulan selalu ada perayaan atau peringatan peristiwa penting. Salah satu yang diperingati pada bulan Maret adalah Hari Ulang Tahun Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad). Pada tahun 2025 ini, Kostrad merayakan HUT ke-64. Organisasi ini resmi dibentuk pada 6 Maret 1961 dan telah menjadi salah satu pilar utama pertahanan negara.
Latar Belakang Pembentukan Kostrad
Melansir laman resminya, sejak diproklamasikannya kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945, bangsa ini menghadapi berbagai rongrongan baik dari dalam maupun luar negeri. Beberapa peristiwa yang mengancam ideologi Pancasila dan UUD 1945 seperti, Penghianatan PKI Muso di Madiun (1948) dan Pemberontakan DI/TII Kartosuwiryo di Jawa Barat (1948).
Pada 1958, struktur organisasi Angkatan Darat mulai diperkuat dengan pembentukan Komando Daerah Militer (Kodam) di hampir setiap provinsi. Namun, struktur ini masih bersifat teritorial dengan kemampuan yang terbatas. Menjelang akhir 1960, pimpinan Angkatan Darat merasa perlu membentuk satuan militer yang bersifat mobil dan memiliki kemampuan lintas udara (Linud) untuk siap bertempur di seluruh wilayah Indonesia.
Gagasan untuk membentuk satuan cadangan strategis ini berasal dari Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal A.H. Nasution pada 1960. Pada 27 Desember 1960, diterbitkan Surat Keputusan Kasad No. KPTS.1067/12/1960, yang menjadi dasar pembentukan Cadangan Umum Angkatan Darat (CADUAD), cikal bakal Kostrad. Gagasan ini semakin mendesak karena terkait dengan sengketa Irian Barat yang masih berada di bawah kekuasaan Belanda.
Pada 6 Maret 1961, CADUAD resmi diresmikan, dengan Mayjen TNI Soeharto sebagai Panglima KORRA I CADUAD dan Brigjen TNI Ahmad Wiranata Kusuma sebagai Kepala Stafnya. Personel CADUAD direkrut dari berbagai Kodam dan institusi pendidikan militer. Seiring perkembangannya, CADUAD memiliki kekuatan satu Divisi Infanteri dengan pasukan inti satu Brigade Para serta satuan bantuan tempur dan administrasi.
Ketika Presiden Sukarno mencetuskan Tri Komando Rakyat (Trikora) pada 19 Desember 1961, CADUAD mendapat tugas untuk melaksanakan Operasi Trikora guna membebaskan Irian Barat dari Belanda. Operasi ini dipimpin oleh Brigjen TNI Soeharto sebagai Panglima Mandala, dengan markas besar di Ujung Pandang. CADUAD turut serta dalam Operasi Jayawijaya, yang akhirnya memaksa Belanda menyerahkan Irian Barat ke Indonesia pada 1 Maret 1963.
Transformasi CADUAD menjadi Kostrad
Keberhasilan dalam Operasi Trikora menjadi bukti pentingnya satuan cadangan strategis dalam sistem pertahanan negara. Pada 19 Februari 1963, berdasarkan Surat Keputusan Kasad No. KPTS 178/2/1963, CADUAD resmi diubah menjadi Kostrad. Organisasi ini bertugas melaksanakan operasi militer baik secara mandiri maupun dalam operasi gabungan guna mempertahankan keutuhan NKRI.
Kelahiran Kostrad sering disamakan dengan mitos Gatotkaca dalam pewayangan, yang ditempa dalam kawah Candradimuka hingga menjadi kesatria perkasa. Sejak awal, Kostrad telah dipercaya menjalankan operasi militer strategis dengan keberhasilan yang gemilang.
Kostrad memiliki struktur organisasi yang terdiri dari: Markas Komando, Markas Divisi, Brigade, serta gugusan tempur bantuan tempur dan administrasi
Dalam sistem pertahanan, Kostrad berada langsung di bawah Kasad dalam aspek pembinaan, sementara dalam aspek operasional, berada di bawah Panglima TNI.
Kiprah Kostrad dalam Sejarah Indonesia
Sejak didirikan, Kostrad telah banyak berkontribusi dalam berbagai operasi militer dan non-militer. Pada 1967, dalam rangka ulang tahun ke-6, Mayjen TNI Kemal Idris menyelenggarakan sayembara Mars dan Himne Kostrad, yang akhirnya dimenangkan oleh M. Simanungkalit.
Pada 1969, dalam HUT ke-8, Kostrad menerima penghargaan “Samyapurna Nugraha” dari Presiden RI atas pengabdiannya. Selain itu, prajurit Kostrad juga berperan sebagai pasukan penjaga perdamaian di bawah kendali PBB serta terlibat dalam berbagai operasi keamanan, pengamanan perbatasan, penanggulangan bencana alam, hingga operasi pembebasan sandera.
Dalam usianya yang ke-64, Kostrad terus menjadi salah satu elemen penting dalam sistem pertahanan Indonesia. Dari Operasi Trikora hingga berbagai operasi perdamaian, Kostrad telah membuktikan diri sebagai pasukan yang siap menghadapi berbagai tantangan dalam menjaga kedaulatan dan stabilitas negara. Dengan sejarah panjang yang penuh pengabdian, Kostrad tetap menjadi garda terdepan dalam mempertahankan NKRI. [UN]