Pada tanggal 7 Januari 2022, David Bennett, Sr. menjadi orang pertama yang menerima transplantasi jantung babi hasil rekayasa genetika di Pusat Medis Universitas Maryland (University of Maryland Medical Center).
Transplantasi itu dilakukan karena Bennett menderita arrhythmia, yaitu keadaan di mana jantung berdebar terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur. Bennett juga mengalami gagal jantung stadium akhir, yang membuatnya tidak memenuhi syarat untuk transplantasi jantung tradisional.
Awalnya, jantung babi yang diterima oleh Bennett dapat memompa darah dengan normal. Dua minggu setelah operasi, Bennett bekerja sama dengan ahli terapi fisik untuk memperoleh kembali kekuatannya.
Sayangnya pada tanggal 8 Maret 2022, Bennett meninggal setelah menerima perawatan paliatif. UMMC mengumumkan bahwa kondisi Bennett mulai memburuk beberapa hari sebelumnya. Juru bicara UMMC melaporkan, “Tidak ada penyebab jelas yang teridentifikasi pada saat kematiannya”.
Pada tanggal 20 April 2022, American Society of Transplantation menayangkan webinar yang membahas transplantasi jantung babi. Bartley Griffith, dokter bedah yang melakukan operasi itu, mengungkapkan dalam webinar bahwa jantung babi yang digunakan telah terinfeksi oleh virus porcine cytomegalovirus (CMV).
Setahun kemudian, tepatnya pada 30 Juni 2023, situs resmi UMMC membuat artikel yang menyebut bahwa tidak ada tanda-tanda penolakan akut yang terjadi selama beberapa minggu pertama setelah transplantasi jantung babi pada Bennett. Faktor-faktor tambahan yang berkontribusi pada kematiannya adalah kurangnya obat anti penolakan yang efektif, penggunaan imunoglobulin intravena (IVIG) selama bulan kedua setelah transplantasi (obat tersebut merusak sel otot jantung), dan gangguan kekebalan tubuh akibat kondisi kesehatan yang buruk sebelum transplantasi.
Apa Itu Porcine Cytomegalovirus?
Porcine cytomegalovirus (CMV) merupakan virus DNA berselubung yang termasuk dalam famili Herpesviridae dan subfamili Betaherpesvirinae. Babi merupakan inang alami CMV. Infeksi CMV belum terdokumentasikan pada manusia, namun apa yang terjadi pada Bennett menimbulkan kekhawatiran tentang penularan melalui transplantasi sel, jaringan, atau organ dari satu spesies ke spesies lain.
Infeksi CMV pada babi menimbulkan gejala seperti menggigil, bersin, gangguan pernapasan, berat badan tidak bertambah, keluarnya cairan dari konjungtiva, dan munculnya warna hitam di sekitar mata. Pada babi yang lebih tua, CMV dapat menimbulkan penyakit pernapasan babi (PRDC). Induk babi yang hamil juga dapat mengalami kehilangan reproduksi akibat infeksi virus ini.
Melansir dari Mayo Clinic, CMV dapat menyebar dari orang ke orang melalui cairan tubuh, seperti darah, air liur, urine, air mani, dan air susu ibu. Orang-orang tidak menyadari bahwa mereka telah terinfeksi, karena virus ini jarang menimbulkan gejala.
Akan tetapi, MSD Manuals mencatat bahwa beberapa orang melaporkan merasa sakit dan mengalami demam. Orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah dapat mengalami gejala serius, termasuk kebutaan. CMV juga dapat menyebabkan penyakit berat pada bayi yang terinfeksi sebelum lahir. Tidak ada vaksin untuk CMV.
Para dokter yang melakukan transplantasi jantung babi pada Bennett diduga tidak melakukan tes melalui biopsi jaringan dalam pada babi donor. Padahal cara ini penting untuk menghindari infeksi virus CMV. Mereka kemungkinan hanya melakukan tes pemeriksaan pada moncong babi donor. [BP]