Ketika membicarakan negara-negara di dunia, nama-nama besar seperti Amerika Serikat, Jepang, atau bahkan negara-negara tetangga kita seperti Singapura sering mendominasi pembicaraan. Namun, bagaimana dengan negara-negara kecil yang jarang terdengar di telinga kita? Salah satunya adalah Nauru, sebuah negara mungil di Samudra Pasifik yang menyimpan banyak cerita menarik.
Dalam artikel ini, kita akan mengupas lebih dalam tentang Nauru—negara kecil dengan luas hanya 21 kilometer persegi yang penuh dengan keunikan, mulai dari geografi, sejarah, hingga budaya yang tak kalah menarik dari negara-negara lainnya. Yuk, kenali Nauru lebih dekat!
Mungkin Nauru terdengar sedikit asing di telinga bagi beberapa orang. Negara yang menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 1998 ini sering masuk dalam daftar negara yang keberadaannya kurang diketahui di dunia. Tetapi dibalik semua itu, Nauru memiliki beberapa hal unik yang jarang diketahui.
Geografi dan Keindahan Alam
Nauru adalah sebuah negara pulau kecil yang terletak di Samudra Pasifik. Pulau ini berbentuk koral, didominasi oleh dataran tinggi fosfat, dan dikelilingi oleh terumbu karang, pepohonan palem, serta pantai berpasir putih. Sebagai bagian dari wilayah Oceania, Nauru hanya berjarak sekitar 25 mil dari garis khatulistiwa, memberikan negara ini iklim tropis yang khas.
Dengan luas hanya 21 km², Nauru merupakan negara terkecil ketiga di dunia setelah Vatikan dan Monako. Uniknya, negara ini juga tercatat sebagai republik terkecil di dunia. Sebagai perbandingan, Bukittinggi di Indonesia yang memiliki luas 25,24 km² masih lebih besar daripada Nauru.
Asal-Usul dan Sejarah
Sejarah Nauru terbilang unik dan penuh dengan pengaruh asing. Asal-usul penduduk Nauru tidak sepenuhnya jelas, terutama karena bahasa mereka tidak memiliki kemiripan dengan bahasa negara-negara Pasifik lainnya. Pulau ini dianeksasi oleh Jerman pada tahun 1888 dan mulai menjadi pusat penambangan fosfat oleh konsorsium Jerman-Inggris di awal abad ke-20.
Pada masa Perang Dunia Pertama, Australia mengambil alih kendali atas Nauru, yang kemudian mendapat mandat dari Liga Bangsa-Bangsa. Selama Perang Dunia Kedua, Nauru sempat diduduki oleh Jepang sebelum akhirnya menjadi wilayah PBB. Negara ini meraih kemerdekaannya pada tahun 1968 dan resmi bergabung dengan PBB tiga dekade kemudian, pada tahun 1998.
Tidak seperti negara lain, Nauru tidak memiliki kota-kota besar. Penduduknya tinggal di pemukiman kecil yang disebut distrik. Terdapat 14 distrik di Nauru, termasuk Yaren, di mana kantor pemerintahan berada. Meskipun Nauru tidak memiliki ibu kota resmi, Yaren sering dianggap sebagai pusat administrasi negara.
Mengutip laman worldometer, menurut perkiraan terbaru dari PBB, populasi Nauru pada 19 Desember 2024 adalah 11.983 jiwa. Jumlah ini setara dengan 0,00015% dari total populasi dunia, menempatkan Nauru di peringkat ke-224 dalam daftar negara berdasarkan populasi. Kepadatan penduduknya mencapai 597 orang per km², dengan mayoritas (94,5%) penduduk tinggal di wilayah perkotaan.
Fakta unik lain yang dimiliki Nauru adalah fosfat sebagai kekayaan alam di Nauru. Dataran tinggi fosfat di Nauru pernah menjadi sumber kekayaan utama negara ini. Namun, eksploitasi yang berlebihan telah menyebabkan kerusakan lingkungan yang signifikan.
Nauru mungkin kecil dalam ukuran dan populasi, tetapi negara ini memiliki sejarah yang kaya dan keunikan yang layak untuk dihargai. Keindahan alamnya, bersama dengan perjalanan sejarahnya yang menarik, menjadikan Nauru salah satu negara yang patut untuk lebih dikenal dunia. Jika Anda mencari destinasi yang penuh keunikan dan ketenangan, Nauru bisa menjadi pilihan yang menarik. [UN]