Mengenal Fidelito, Anak Comandante Fidel yang Meninggal Bunuh Diri

Fidelito (sebelah kiri) dan almarhum Fidel castro (sebelah kanan) [Foto: Istimewa]

Koran Sulindo – Anak sulung almarhum Fidel Castro disebut bunuh diri karena mengalami depresi berat pada Kamis (1/2) pagi. Sebelumnya, Diaz Balart, 68, sempat dirawat selama berbulan-bulan karena penyakitnya itu – walau setelahnya menjalani rawat jalan.

“Fidelito”, begitu Diaz disapa karena kemiripannya dengan Fidel, pemimpin revolusi Kuba itu. Mengutip teleSUR, ia lahir pada 1949, hasil pernikahan Fidel dengan Mirta Diaz Balart – sebuah pernikahan yang singkat. Dari garis keturunan ibunya, Fidelito merupakan sepupu “musuh” Fidel yang merupakan antek Amerika Serikat (AS) yaitu Mario Diaz Balart dan mantan anggota Kongres AS Lincoln Diaz Balart.

Perjalanan hidupnya berliku dan dramatis. Sebelum ibunya bercerai dengan Fidel, ia sempat dibawa ke AS ketika masih berusia lima tahun. Ibunya lalu mengumumkan perceraiannya dengan Fidel. Pemimpin revolusi Kuba itu baru bisa membawa kembali Fidelito dari AS setelah berhasil memenangi revolusi pada 1959.

Fidelito merupakan seorang ilmuwan di bidang nuklir. Ia merupakan lulusan Uni Soviet dan setelahnya bekerja sebagai penasihat Dewan Negara Kuba dan menjadi Wakil Presiden Akademi Ilmu Pengetahuan Kuba. Jabatan terakhir ini, ia pegang hingga akhir usianya.

Ia menjadi kepala program nuklir nasional Kuba dari 1980 hingga 1992 dan memelopori pengembangan penelitian nuklir di pulau terbesar di Karibia. Akan tetapi, proyek tersebut berhenti pada 1992 karena kekurangan dana, terutama setelah Uni Soviet runtuh. Setelah itu, Fidelito seolah-olah “lenyap” dari publik.

Mengutip pemberitaan Reuters, Jonathan Benjamin Alvarado, pakar Kuba dari Universitas Nebraska, Omaha menuturkan, ia mengenal Fidelito secara personal, terutama ketika menulis sebuah buku tentang program nuklir Kuba. Fidelito, kata Alvarado, banyak membantunya pada periode 1990-an.

“Kami bertemu lagi pada 2000 dalam sebuah konferensi di Moskow. Ia seorang yang percaya diri dan setidaknya menguasai empat bahasa: Inggris, Prancis, Rusia dan Spanyol,” kata Alvaro mengenang sosok Fidelito pada Jumat (2/2).

Mengutip Cubadebate, media resmi Kuba, karena pengabdiannya dalam ilmu pengetahuan itu, Fidelito mendapat pengakuan secara nasional dan internasional. Pemakamannya akan diatur sesuai dengan keputusan keluarga. Kematian tragis Fidelito ini lantas mengingatkan rakyat Kuba akan Fidel yang meninggal dunia lebih dari setahun lalu. Pemimpin revolusi itu, menghembuskan napas terakhir pada usianya yang ke-90. [KRG]