Salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta [Foto: Istimewa]

Koran Sulindo – Sepinya pengunjung mal bahkan berujung kepada penutupan menjadi perhatian pemerintah. Akan tetapi, belum ada kesimpulan resmi dari pemerintah mengapa mal kini sepi pengunjung dan apa sesungguhnya yang terjadi.

Melalui Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro, pemerintah mengemukakan ada beberapa alasan mengapa mal atau pusat perbelanjaan ritel sepi pengunjung. Salah satunya disebut karena beberapa masyarakat memilih belanja sambil berwisata ke Singapura dan Hong Kong.

Perubahan tersebut, kata Bambang, dapat dilihat dengan banyaknya tiket pesawat yang terjual ke Singapura dan Hong Kong pada akhir pekan. “Tiket sudah diborong oleh orang Indonesia yang hendak belanja,” tutur Bambang sepert dikutip antaranews.com pada Selasa (26/9).

Menurut Bambang, kegiatan berbelanja masyarakat itu sebagai tanda perubahan pola konsumsi masyarakat. Masyarakat disebut lebih senang bepergian dan berwisata ke luar negeri ketimbang belanja ke mal. Dan penurunan jumlah pengunjung sebetulnya terjadi di mal dengan segmen menengah ke bawah.

Juga terkait dengan adanya perpindahan kebiasaan belanja masyarakat ke perdagangan elektronik (e-commerce). Ia mengakui mal-mal yang sepi itu seperti ITC, Pasar Tanah Abang, Glodok dan lain-lain. “Yang paling penting untuk kebutuhan sehari-hari, masyarakat lebih berbelanja ke mini swalayan terdekat ketimbang ke pusat perbelanjaan besar,” kata Bambang.

Penyebab lainnya, masyarakat disebut lebih suka menabung ketimbang berbelanja. Buktinya Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan yang terus tumbuh. Pola perubahan konsumsi masyarakat itu juga sudah direkam Badan Pusat Statistik (BPS) yang berdampak kepada melemahnya daya beli masyarakat.

Sebelumnya diberitakan, beberapa pusat perbelanjaan mengalami penurunan penjualan dan mulai ditinggalkan pembeli. Walau sebagian pusat perbelanjaan lainnya tetap ramai dikunjungi pembeli. ITC Roxy, Jakarta Barat salah satu pusat perbelanjaan yang tetap ramai dikunjungi masyarakat.

Selain ITC Roxy, Jakarta Barat, beberapa mal-mal baru yang ramai pengunjungseperti Gandaria City, Kasablanka Mall dan Central Park. Meningkatnya perdagangan elektronik disebut tidak mempengaruhi perdagangan di pusat-pusat perbelanjaan. Akan tetapi, tidak dipungkiri juga pusat-pusat perbelanjaan yang sepi itu akhirnya harus gulung tikar seperti gerai Matahari di Pasaraya Blok M dan Manggarai.

Data lembaga konsultan properti Savilis merilis rata-rata tingkat kekosongan pusat perbelanjaan mal di Jakarta naik ke angka 10,8 persen. Akan tetapi, penurunan itu belum bisa disimpulkan sebagai bentuk penurunan daya beli masyarakat.

Sebab, data BPS mengenai daya beli masyarakat masih dalam tahap normal. Penuruna itu disebut karena adanya perubahan pola belanja masyarakat ketimbang penurunan daya beli. [KRG]