Koran Sulindo – Di era digital seperti saat ini, persaingan antara pasar tradisional dan online tidak lagi menjadi topik utama. Kenyataannya, pasar online kini lebih diminati oleh banyak konsumen.
Kemudahan akses, ragam produk yang lebih luas, dan kenyamanan berbelanja dari rumah adalah beberapa alasan mengapa pasar online semakin digemari.
Selain itu, perubahan zaman dan pola konsumsi yang lebih mengandalkan teknologi membuat cara berjualan pun ikut berubah.
Namun, meski pasar online berkembang pesat, masih banyak penjual di pasar tradisional yang tetap bertahan. Banyak yang bertanya-tanya, mengapa mereka tidak mencoba beralih ke platform online? Ternyata, jawabannya bukan karena mereka enggan mengikuti tren, tetapi karena keterbatasan pengetahuan tentang sistem penjualan online.
Salah satu pedagang baju muslim di pasar tradisional, seorang wanita berusia 60-an, mengungkapkan bahwa dia dan banyak pedagang lainnya bukan tidak ingin ikut berjualan secara online. “Kami tidak paham dengan sistemnya,” ungkapnya. Sabtu, (05/10/2024)
Dalam usia yang sudah lanjut, memahami teknologi baru seperti aplikasi e-commerce, pembayaran digital, dan pengelolaan toko online menjadi tantangan tersendiri.
Alhasil, banyak pedagang tradisional memilih untuk tetap berjualan secara offline, meskipun semakin hari semakin sedikit pembeli yang datang.
Perkembangan zaman memang tidak bisa dihindari, dan seiring waktu, pasar tradisional mungkin akan benar-benar kehilangan pengunjungnya.
Hal ini menjadi refleksi bahwa transformasi digital bukan hanya tentang adaptasi teknologi, tetapi juga soal akses dan pendidikan bagi para pelaku usaha kecil.
Untuk menjaga agar pasar tradisional tetap hidup, perlu ada dukungan yang lebih konkret, baik dari segi edukasi maupun pelatihan digital agar mereka bisa beradaptasi dengan perubahan ini.
Jika tidak, pasar tradisional yang dulu menjadi jantung ekonomi masyarakat perlahan akan tergeser oleh teknologi yang terus berkembang, meninggalkan mereka yang tak mampu beradaptasi. [UN]