Menunda menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan adalah hal yang wajar. Namun jika sudah berlebihan, itu akan berdampak buruk pada produktivitas dan kesehatan mental.
Yang menjadi pertanyaannya sekarang adalah mengapa orang suka menunda-nunda? Menurut Fuschia Sirois, seorang profesor psikologi di Universitas Durham, Inggris, emosi yang melekat pada suatu aktivitas sering kali menyebabkan orang mundur.
Mengutip dari Live Science, mengerjakan suatu tugas dapat menimbulkan keraguan pada diri sendiri. Ketika seseorang menghadapi tugas yang sulit, kurangnya instruksi yang jelas dapat memicu rasa takut tidak akan mengerjakannya dengan benar atau takut akan apa yang mungkin terjadi jika melakukannya dengan salah.
Lebih lanjut Sirois mengungkapkan bahwa penundaan merupakan bentuk kelambatan spesifik yang tidak perlu dan bersifat sukarela. Artinya, hal itu tidak disebabkan oleh kebutuhan seseorang untuk memprioritaskan tugas lain atau oleh keadaan darurat yang tidak terduga.
Penunda kronis biasanya kesulitan mengelola dan mengatur emosi mereka. Dalam suatu studi tentang pencitraan otak, Sirois dan rekan-rekannya menemukan bahwa mahasiswa dengan volume materi abu-abu yang lebih tinggi di korteks prefrontal dorsolateral kiri (wilayah otak yang terkait dengan pengendalian diri) cenderung tidak suka menunda-nunda dibandingkan dengan rekan-rekan mereka.
Semakin banyak koneksi saraf antara bagian otak ini dan wilayah frontal, semakin baik mahasiswa tersebut dalam mengatur emosi negatif, berfokus pada manfaat jangka panjang, dan bertahan mengerjakan suatu tugas.
Mereka yang memiliki lebih sedikit koneksi antara kedua area otak tersebut cenderung menunda-nunda dengan mengorbankan imbalan di masa mendatang. Kesulitan dalam mengatur emosi sebagian menjelaskan mengapa orang dengan ADHD lebih cenderung menunda-nunda tugas atau pekerjaan.
Selain itu, sebuah studi menunjukkan bahwa amigdala, bagian otak yang berperan sebagai pusat deteksi ancaman, cenderung lebih besar dan sensitif pada orang yang suka menunda-nunda. Ancaman yang dilihat oleh seseorang bisa berupa sesuatu yang kecil, seperti menyusun kata dalam email.
Ini dapat menimbulkan ketidaknyamanan yang kuat sehingga mendorong seseorang untuk menghindari suatu tugas dan mengesampingkan segala pertimbangan tentang konsekuensi jika tidak menyelesaikannya.
Semakin sedikit koneksi yang terjalin antara amigdala dan korteks cingulate anterior dorsal, yang menentukan bagaimana kita bereaksi terhadap ancaman yang dirasakan, semakin besar pula kemungkinan orang untuk menunda sesuatu.
Sirois juga menyebut faktor lingkungan dapat membentuk respons kita terhadap tugas yang tidak menyenangkan.
Seseorang yang biasanya tidak menunda-nunda dapat melakukannya jika mereka berada dalam situasi yang menguras sumber daya penanganan mereka dalam jangka waktu yang lama, seperti kematian anggota keluarga.
Cara Mengatasi Kecenderungan Menunda
Merangkum dari CollegeData.com, kita dapat melakukan sejumlah cara untuk mengatasi kecenderungan menunda.
Pertama, akuilah bahwa Anda menghindari tugas-tugas yang seharusnya Anda lakukan. Lalu cobalah untuk menemukan alasan dari penundaan tersebut. Anda mungkin menunda suatu tugas atau pekerjaan karena merasa takut gagal.
Kedua, pilih lokasi yang baik untuk bekerja atau belajar. Tempat tersebut harus memiliki pencahayaan yang baik dan permukaan yang bersih. Jika memungkinkan, lokasi itu harus menjadi tempat di mana Anda tidak melakukan aktivitas lain, seperti tidur siang atau menonton TV.
Ketiga, hilangkan gangguan. Notifikasi sosial media dapat menjadi gangguan besar dalam suatu pekerjaan. Anda harus menghilangkannya dengan mematikan notifikasi atau menonaktifkan ponsel selama bekerja atau belajar.
Bagi sebagian orang, mendengarkan musik klasik atau white noise dapat menghilangkan gangguan lain dan membantu fokus. Contoh white noise yang dapat Anda gunakan selama bekerja atau belajar adalah suara statis radio atau televisi, bunyi vakum, dengung kipas angin, atau dengung AC.
Keempat, tetapkan tujuan yang dapat Anda capai. Banyak orang menunda-nunda karena tugas yang ada di hadapan mereka tampaknya terlalu besar untuk mereka tangani. Anda bisa mengatasi hal ini dengan membagi tugas menjadi bagian-bagian kecil alias menyicil.
Kelima, bekerja dalam grup. Dorongan dari anggota grup dan rasa tanggung jawab Anda terhadap grup tersebut akan membantu Anda menyelesaikan tugas yang diberikan tepat waktu.
Keenam, berikan hadiah kepada diri sendiri. Anda bisa menghadiahi diri sendiri dengan menyantap cemilan tertentu atau tidur siang setelah menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan. Lakukan cara ini dengan seimbang untuk melatih otak mengembangkan kebiasaan yang sehat.
Terakhir, jangan lupa beristirahat. Meski terkesan mundur, beristirahat sejenak justru dapat meningkatkan produktivitas Anda. Ini tidak sama dengan menunda, sebab beristirahat bukan menghindari menyelesaikan tugas. Gunakan alarm atau pengatur waktu (timer) untuk menetapkan waktu istirahat yang ideal bagi Anda. [BP]