Tanggal 7 Januari menandai penembakan oleh dua orang bersenjata di markas besar Charlie Hebdo di Paris pada tahun 2015. Pelaku merupakan dua bersaudara asal Aljazair, Chérif dan Saïd Kouachi, yang dikirim oleh al-Qaeda di Jazirah Arab (AQAP). Insiden itu menewaskan 12 orang, termasuk editor Stéphane Charbonnier alias Charb.
Penembakan pada 7 Januari 2015 merupakan serangan kedua dari total tiga serangan terhadap Charlie Hebdo. Ketiganya dilatarbelakangi oleh hal yang sama, yaitu publikasi kontroversial tentang Nabi Muhammad.
Kontroversi
Charlie Hebdo adalah majalah mingguan satir Prancis, terkenal kontroversial karena telah menerbitkan 3 majalah berisi kartun yang menghina Nabi Muhammad. Ketiga majalah tersebut diterbitkan pada waktu berbeda dan menimbulkan serangan protes yang merenggut nyawa.
Serangan pertama merupakan pemboman kantor surat kabar Charlie Hebdo di distrik ke-20 pada bulan November. Serangan itu merupakan respon atas keputusan untuk mengganti nama majalah edisi 3 November 2011 dari “Charlie Hebdo” menjadi “Charia Hebdo”. Edisi itu memuat sebuah teks yang menyebut Nabi Muhammad sebagai “pemimpin redaksi”.
“Untuk merayakan kemenangan partai Islam Ennahda di Tunisia dan janji presiden NTC bahwa syariah akan menjadi sumber utama perundang-undangan di Libya, Charlie Hebdo telah meminta Mohammed untuk menjadi pemimpin redaksi luar biasa dari edisi berikutnya. Sang Nabi Islam tidak perlu diminta dua kali untuk menerima dan kami berterima kasih kepadanya untuk itu,” kata surat kabar itu dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Le Nouvel Obs.
Selain teks, edisi 3 November 2011 juga memuat gambar yang menunjukkan Nabi Muhammad berkata-kata. Edisi kontroversial berikutnya diterbitkan pada September 2012. Edisi itu terdiri atas dua kartun Nabi Muhammad yang sangat menghina.
Serangan kedua terjadi pada 7 Januari 2015. Chérif dan Saïd Kouachi memaksa kartunis Corinne Rey alias Coco mengetikkan kode agar mereka bisa masuk ke ruang redaksi Charlie Hebdo di lantai dua. Sesampainya di sana, dua bersaudara itu menembak mati pengawal polisi editor Franck Brinsolaro, Stephane Charbonnier alias Charb, Jean Cabut, Georges Wolinski, Bernard Verlhac, Philippe Honoré, Bernard Maris, Elsa Cayat, Mustapha Ourrad, Michel Renaud, dan seorang tamu. Mereka meneriakkan “Allahu akbar” dan berkata “Nabi telah terbalaskan”.
Saat melarikan diri dari tempat kejadian, Chérif dan Saïd Kouachi berhenti untuk membunuh korban terakhir mereka, yaitu petugas polisi Ahmed Merabet yang sedang berpatroli. Pada akhirnya, mereka tewas pada 9 Januari di Dammartin-en-Goële karena terkena tembakan polisi.
Serangan ketiga merupakan penikaman yang terjadi tanggal 25 September 2020. Pelakunya adalah seorang remaja kelahiran Pakistan berusia 18 tahun bernama Zaheer Hassan Mahmoud. Berdasarkan keterangan saksi mata, Mahmoud menyerang dua karyawan agen produksi berita Premieres Lignes dengan sebuah golok. Kantor perusahaan ini terletak di Rue Nicolas Appert, sebuah jalan di luar Boulevard Richard-Lenoir.
Mahmoud melaksanakan aksinya untuk memprotes keputusan Charlie Hebdo dalam menerbitkan ulang sejumlah kartun Nabi Muhammad sebelum persidangan terhadap 14 terdakwa. Dia tidak tahu bahwa kantor Charlie Hebdo telah dipindahkan dari lokasi tersebut.
Sejak didirikan, Charlie Hebdo telah menjadi perusahaan majalah yang kontroversial karena dengan keras mendukung sekularisme dan kebebasan berekspresi. Perusahaan ini memakai kartun satir untuk mengkritik agama, gerakan politik, dan tokoh-tokoh yang berkuasa. Kartun Nabi Muhammad dipandang telah melukai prinsip kebebasan berekpresi, tetapi pemilik majalah tersebut, Laurent Sourisseau, menyatakan pada 2015, “Kami masih percaya bahwa kami memiliki hak untuk mengkritik semua agama”. [BP]