SEJARAH ULANG TAHUN Jakarta dimulai dari sekitar abad ke-14, saat Jakarta masih bernama Sunda Kelapa. Saat itu wilayahnya masuk dalam kekuasaan Kerajaan Pajajaran.
Kala itu Sunda Kelapa merupakan pelabuhan tempat singgahnya kapal-kapal dari berbagai negara, seperti India, China, dan Jepang. Pada 1511 Portugis memasuki wilayah Malaka dan mengklaim Sunda Kelapa sebagai bagian dari kekuasaannya pada 1522.
Lalu pada 1527, Fatahillah datang dari Kesultanan Demak untuk mengusir Portugis dan berhasil merebut Sunda Kelapa pada 22 Juni 1527 dan mengganti nama menjadi Jayakarta.
Namun, pada 30 Mei 1619, Kota Jayakarta dikuasai oleh Belanda di bawah pimpinan Jan Pieterszoon Coen. Nama Jayakarta kemudian diubah menjadi Batavia.
Dalam sejarah, nama Batavia dipakai lebih dari 3 abad, mulai 1619 hingga 1942. Nama Batavia pun berubah setelah pemerintah Jepang menguasai Indonesia.
Kebimbangan Penetapan Hari Jadi Jakarta
Merujuk kepada penetapan yang dikeluarkan oleh Sudiro, Wali kota Jakarta periode 1953-1958, bahwa: menyadari perlunya peringatan ulang tahun untuk kota ini yang berbeda dengan peringatan berdirinya Batavia.
Maka, kemudian Sudiro pun memanggil sejumlah ahli sejarah, seperti Mr. Mohammad Yamin dan Mr. Dr. Soekanto serta wartawan senior Sudarjo Tjokrosiswoyo untuk meneliti kapan Jakarta didirikan oleh Fatahillah.
Kala itu, Sudiro berkeyakinan bahwa tahunnya adalah pasti, yaitu 1527, yang menjadi pertanyaan adalah hari, tanggal, dan bulan lahirnya Kota Jakarta.
Mr. Dr. Sukanto menyerahkan naskah berjudul Dari Jayakarta ke Jakarta. Ia menduga bahwa 22 Juni 1527 adalah hari yang paling dekat pada kenyataan dibangunnya Kota Jayakarta oleh Fatahillah.
Naskah tersebut kemudian diserahkan oleh Sudiro kepada Dewan Perwakilan Kota Sementara untuk dibahas, yang kemudian langsung bersidang dan menetapkan bahwa 22 Juni 1527 sebagai berdirinya Kota Jakarta.
Walaupun ada pendapat lainnya yang bermunculan. Seperti pendapat yang mengatakan bahwa dipilihnya 22 Juni 1527 karena saat itu merupakan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Atau bahkan menurut sejarawan Adolf Heuken SJ, hari jadi Jakarta hanyalah sebuah dongeng. Karena, menurut Heuken tak ada dokumen yang menyebutkan nama Jayakarta. Bahkan 50 tahun sesudahnya (saat VOC berkuasa), tetap disebut Sunda Kelapa. Fatahillah adalah orang Arab. Jelaslah tidak mungkin apabila orang Arab memberi nama sesuatu dengan bahasa Sanskerta. Jayakarta adalah nama dari bahasa Sanskerta. Jadi, itu semua dongeng supaya Jakarta memiliki hari ulang tahun.
Akhirnya Ditetapkan
Namun pada 22 Juni 1956, Sudiro tetap mengajukannya dengan resmi pada sidang pleno dan usulnya itu diterima dengan suara bulat. Sejak saat itu, tiap 22 Juni diadakan sidang istimewa DPRD Kota Jakarta sebagai tradisi memperingati berdirinya Kota Jakarta.
Penetapan tanggal 22 Juni memperingati hari ulang tahun Jakarta didasarkan pada momen Fatahillah berhasil mengusir Portugis dari Sunda Kelapa pada 22 Juni 1527. Hal ini tertuang dalam keputusan DPR kota sementara No. 6/D/K/195
Tepatnya tanggal tersebut merujuk pada hari dimana pasukan gabungan Kesultanan Demak dan Cirebon yang dipimpin oleh Fatahillah berhasil mengusir Portugis dari Sunda Kelapa. Di saat itulah, nama Sunda Kelapa berganti nama menjadi Jayakarta.
Di bawah kepemimpinan pemerintah Walikota Jakarta, Sudiro, nama Jakarta dikukuhkan kembali pada 22 Juni 1956. Itulah mengapa HUT Kota Jakarta diperingati setiap 22 Juni, bertepatan dengan kemenangan pasukan gabungan Kesultanan Demak dan Cirebon terhadap Portugis. [S21]