Koran Sulindo – Di era modern ini, para petani sering kali merasa sangat bergantung pada pupuk dan bahan kimia untuk mencapai hasil panen padi yang melimpah. Namun, jika kita menelusuri jejak nenek moyang kita, mereka mampu menanam padi tanpa menggunakan pupuk dan bahan kimia, tetapi tetap menikmati panen melimpah.
Lalu, apa rahasia di balik kesuksesan mereka? Pertanyaan ini, meski terlihat sepele, menyimpan solusi penting untuk mengatasi krisis pupuk kimia dan tingginya harga pupuk di pasaran.
Berikut adalah beberapa upaya yang dilakukan oleh para petani tradisional untuk menjaga kesuburan sawah tanpa bergantung pada pupuk dan bahan kimia:
1. Kesuburan Tanah Alami
Petani tradisional menjaga kesuburan tanah alami melalui sistem pertanian berkelanjutan. Mereka memanfaatkan siklus alam untuk memulihkan unsur hara tanah dengan membiarkan lahan istirahat setelah panen.
2. Sistem Tanam Padi Beragam
Kunci kesuburan tanah terletak pada teknik tanam yang beragam. Petani menerapkan teknik tanam padi rotan, tumpang sari, dan gilir hidup. Mereka menyelingi tanaman padi dengan tanaman lain, seperti kacang-kacangan, untuk menjaga keseimbangan nutrisi tanah.
3. Pemanfaatan Pupuk Organik
Pupuk organik menjadi sumber nutrisi utama bagi tanaman. Pupuk kandang dan kompos yang diolah dari sisa-sisa panen dan kotoran ternak kaya akan unsur hara mikro dan makro, penting untuk pertumbuhan padi.
4. Pengendalian Hama Alami
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara alami dengan memanfaatkan predator alami dan pestisida nabati. Hal ini membantu menjaga kesuburan tanah dan kesehatan tanaman tanpa harus mengandalkan bahan kimia.
5. Varietas Padi Lokal
Para petani menanam varietas padi lokal yang telah beradaptasi dengan kondisi lingkungan setempat. Varietas ini umumnya lebih tahan terhadap hama, penyakit, dan kekeringan, sehingga membutuhkan sedikit pupuk.
6. Pola Konsumsi yang Hemat
Masyarakat dahulu memiliki pola konsumsi padi yang hemat. Mereka hidup sederhana dan tidak berlebihan dalam mengonsumsi padi, sehingga membantu menjaga keseimbangan antara produksi dan konsumsi.
7. Pengetahuan dan Kearifan Lokal
Para petani memiliki pengetahuan dan kearifan lokal yang menjadi pedoman utama dalam bertani. Mereka memahami karakteristik tanah, musim, dan hama di daerahnya, sehingga mampu mengelola sawah secara optimal tanpa pupuk kimia.
Sayangnya, seiring dengan perkembangan zaman, praktik pertanian tradisional mulai ditinggalkan. Intensifikasi pertanian dan tuntutan untuk hasil panen yang tinggi mendorong penggunaan pupuk kimia secara berlebihan.
Hal ini berdampak pada kerusakan tanah, pencemaran lingkungan, dan ketergantungan petani pada pupuk kimia.
Menggali kembali kearifan lokal dan praktik pertanian berkelanjutan dari nenek moyang kita bisa menjadi solusi untuk masalah ketergantungan pada pupuk kimia di era modern. Dengan menyeimbangkan hasil panen dan kelestarian lingkungan, kita dapat mewujudkan pertanian yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. [UN]