Mencari Uang di Era Digital: Kisah Konten Kreator FB Pro

Logo Meta dan facebook. (Sumber: REUTERS/Dado Ruvic)

Koran Sulindo – Di era digital saat ini, mencari uang telah mengalami transformasi yang signifikan. Tidak lagi terbatas pada rutinitas pergi ke kantor, pulang, dan menunggu gaji, banyak orang kini memanfaatkan platform digital untuk menghasilkan pendapatan.

Salah satu tren yang berkembang pesat adalah munculnya konten kreator, yang dapat bekerja di mana saja baik di rumah, di jalan, maupun di kamar tidur mereka.

Salah satu platform yang dipakai untuk mendapat penghasilan adalah Platform Facebook Profesional, atau Facebook Pro, yang menjadi sorotan dengan banyaknya pengguna yang beralih menjadi konten kreator.

Mereka berusaha memenuhi syarat monetisasi dan mengikuti berbagai tantangan yang ditawarkan oleh Facebook. Menariknya, partisipasi dalam dunia konten kreator tidak hanya didominasi oleh anak muda, tetapi juga oleh ibu rumah tangga dan bahkan bapak-bapak. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak orang dari berbagai latar belakang berusaha menjajaki peluang ini.

Namun, di balik antusiasme tersebut, ada tantangan yang perlu dihadapi. Banyak konten kreator, mungkin karena keterbatasan pengetahuan dan fokus pada monetisasi, sering kali membuat konten tanpa konsep yang jelas.

Konten yang dihasilkan kadang kala justru mengecewakan penonton, dengan obrolan yang kasar atau video yang tidak memberikan manfaat.

Salah satu contoh yang menarik datang dari Deri Priana, seorang guru SD yang memutuskan untuk menjadi konten kreator di Facebook Pro. Deri memanfaatkan waktu luang sepulang mengajar untuk membuat konten bertema komedi.

Dalam wawancaranya pada Rabu (09/10/2024), Deri mengungkapkan, “Saya buat konten hanya pulang mengajar atau saat ada waktu luang, karena saya juga punya pekerjaan tetap yaitu guru SD.” Meski baru enam bulan terjun ke dunia konten kreator, ia menekankan bahwa awalnya konten yang dibuatnya hanya untuk hiburan, bukan untuk mencari uang.

Awal perjalanan Deri dalam membuat konten tidaklah mudah. Ia mengandalkan tutorial dari YouTube dan Facebook tanpa bantuan tutor.

Tantangan yang dihadapinya meliputi kesulitan dalam mencari ide dan alat yang tepat untuk menciptakan konten. Meskipun demikian, ia tetap berkomitmen untuk menghasilkan konten yang berkualitas.

Deri juga memberikan pandangannya tentang beberapa konten kreator lain yang menghasilkan konten tanpa konsep dan menggunakan bahasa kasar.

Menurutnya, meskipun mereka bisa mendapatkan uang dari Facebook, hal tersebut dapat memberikan pandangan negatif terhadap dunia konten kreator. “Hal ini bisa berdampak buruk, meskipun ada sisi positifnya yaitu bisa mendapatkan uang,” tambah Deri.

Kisah Deri Priana menunjukkan bahwa meskipun banyak orang yang beralih menjadi konten kreator, penting untuk tetap mengedepankan kualitas dan konsep dalam setiap karya yang dihasilkan. Di dunia yang semakin terdigitalisasi, integritas dan kreativitas menjadi kunci utama untuk bertahan dan sukses sebagai konten kreator. [UN]