Catatan Cak AT:
Jika ada kompetisi untuk gelar “Raja Mimpi Tak Masuk Akal,” Larry Ellison pasti menjadi pemenang mutlak. Chairman Oracle ini bukan hanya berani bermimpi, tapi juga nekat mengajak seluruh dunia bermimpi bersamanya. Ia melakukannya di jantung Amerika Serikat, di hadapan presidennya, di Gedung Putih, melalui Proyek Stargate.
Inilah inisiatif futuristik berbasis kecerdasan buatan (AI) dengan anggaran $500 miliar, yang dijanjikan akan merevolusi peradaban manusia, yang ditulis CloudWar sebagai “menantang tirani kemustahilan.” Bayangkan, Ellison “membual” bahwa proyek ini mampu mengubah kanker menjadi masalah yang dapat diselesaikan dalam 48 jam, juga menjanjikan keamanan siber yang tak terkalahkan.
Dalam gaya khasnya, Ellison memadukan visi futuristik dengan keyakinan penuh, melontarkan ide-ide luar biasa seperti vaksin kanker personal yang dirancang menggunakan mRNA dan AI dalam waktu 48 jam. Kedengarannya seperti fiksi ilmiah dari novel Isaac Asimov, tetapi Ellison berbicara dengan kepercayaan diri seorang penjual karpet yang meyakinkan bahwa tikar usangnya bisa terbang.
Ellison menjelaskan bahwa data genom pasien, bila digabungkan dengan teknologi analitik AI canggih, memungkinkan pembuatan vaksin individual secara otomatis oleh robot. Termasuk vaksin kanker yang, bila diberikan kepada individu yang sejak dini didiagnosis rentan terkena kanker, diklaim mampu menyelamatkan nyawa mereka.
Namun, pertanyaannya tetap: bagaimana dengan biayanya? Apakah vaksin ini akan tersedia untuk semua orang, atau hanya untuk mereka yang dompetnya lebih tebal dari buku Harry Potter? Jangan lupa, biaya Proyek Stargate mencapai $500 miliar—angka yang cukup membuat Elon Musk pun tercengang.
Sementara Ellison sibuk membangun pusat data raksasa seukuran stadion —saat ini direncanakan sepuluh, nanti dua puluh— ada negara yang diam-diam mempersiapkan dan telah membuktikan diri sebagai penantang dominasi teknologi Amerika: China. Trump sendiri mengakui China sebagai pesaing utamanya.
“Kami ingin menjaga [AI] tetap di negara ini. China adalah pesaing, begitu juga yang lain. Kami ingin itu tetap di negara ini, dan kami membuatnya tersedia,” kata Trump kepada wartawan. “Saya pikir ini akan menjadi sesuatu yang sangat istimewa. Ini bisa mengarah pada sesuatu yang mungkin menjadi yang terbesar dari semuanya.”
Peluncuran Stargate selang beberapa waktu setelah dirilisnya DeepSeek-R1, menguatkan dugaan kekhawatiran Amerika atas dominasi China. DeepSeek kini termasuk model dasar open source yang kuat yang dikembangkan di China. Model ini mampu bersaing dengan rekan-rekannya dari Amerika dalam banyak tolok ukur.
Dilaporkan, selain biaya pembuatan DeepSeek jauh lebih murah dari OpenAI, ia juga lebih murah untuk dioperasikan. Debut DeepSeek-R1 yang tepat waktu dan kemajuannya yang pesat menyebabkan banyak saham teknologi AS anjlok, sehingga memunculkan pertanyaan apakah perusahaan AI Amerika akan terus mendominasi bidang ini.
Dengan proyek DeepSeek, China menunjukkan bahwa efisiensi dan kecepatan bisa mengalahkan kemewahan. Bayangkan ini sebagai duel antara superkomputer mewah Ellison dan “laptop bajakan” ala China. Namun, di dunia AI, yang menang bukan yang paling mahal, bukan yang paling boros, melainkan yang paling cerdas.
Yang membuat Proyek Stargate menarik adalah betapa ia mencerminkan obsesi manusia terhadap teknologi sebagai solusi segala masalah. Tapi, apakah AI benar-benar jawaban ajaib, atau hanya alat yang, di tangan yang salah, bisa memperparah ketimpangan global? Apakah ini hanya bagian dari kesombongan slogan “Make America Great Again”?
Dalam pidatonya saat peluncuran Proyek Stargate di hadapan Trump di Gedung Putih, Ellison berbicara tentang “deteksi dini kanker” dan “modernisasi sistem kesehatan.” Namun, apakah ini tentang aksesibilitas, atau hanya tentang betapa canggihnya mainan teknologi yang dimiliki? Tidak tampak ada dokter di sana, tetapi mereka bicara tentang kesehatan.
Ada sesuatu yang sangat “Amerika” dalam Proyek Stargate ini: sebuah visi besar, biaya yang sangat mahal, dan janji yang entah bisa ditepati atau tidak. Namun, kita juga tidak boleh lupa bahwa inovasi besar seringkali dimulai dari mimpi yang tampak mustahil. Ellison sendiri pernah dianggap gila ketika memulai sistem “cloud,” yang kini menjadi salah satu fondasi utama teknologi modern.
Mimpi Ellison tentang vaksin kanker individual dan revolusi AI memang menggoda. Tapi, alangkah baiknya jika sebagian kecil dari $500 miliar itu digunakan untuk mengatasi masalah mendasar: bagaimana membuat teknologi ini dapat diakses oleh semua orang, bukan hanya segelintir orang kaya. China, dengan efisiensi DeepSeek, mungkin saja memiliki solusi yang lebih relevan untuk dunia.
Pada akhirnya, proyek seperti Stargate adalah pengingat bahwa manusia selalu terobsesi untuk menantang yang “mustahil.” Pertanyaannya kini: apakah kita sedang membangun masa depan, atau sekadar menciptakan ilusi besar yang akhirnya runtuh di bawah berat ambisinya sendiri? Wallahu a’lam.
Cak AT – Ahmadie Thaha | Kolumnis