Koran Sulindo – Kepolisian RI (Polri) menduga serangan bom bunuh diri di Kampung Melayu, Jakarta Timur berkaitan dengan teroris jaringan internasional. Bom yang menewaskan lima orang dan sembilan orang terluka itu disebut sebagai serangan global.
Seperti Polri, Wakil Ketua Komisi I DPR, Tubagus Hasanuddin menduga demikian. Kemungkinan serangan itu, demikian Hasanuddin, berhubungan dengan kebijakan darurat militer yang ditetapkan Presiden Filipina Rodrigo Duterte di Pulau Mindanao. Apalagi darurat militer itu lantaran tembak menembak antara tentara Filipina dengan kelompok ISIS di Kota Marawi pada Selasa malam lalu.
“Itu menyebabkan ruang gerak kelompok militan ISIS tersebut menjadi terbatas. Akibatnya, kelompok pendukung ISIS di Indonesia memunculkan eksistensinya, mengumumkan kepada dunia internasional bahwa ISIS ada jugan di sini,” kata Hasanuddin melalui keterangan resmi di Jakarta, Kamis (25/5).
Hasanuddin menuturkan, pemerintah perlu mencermati pemberlakuan darurat militer itu. Khawatirnya mereka (ISIS) justru akan masuk ke Indonesia, apalagi hubungan kelompok militan di Filipina cukup kuat dengan di Indonesia. Mereka karena itu akan sangat mudah mendapatkan akses ke Indonesia.
Hubungan jaringan kelompok militan Filipina dengan Indonesia bisa dilihat dari tiga warga Indonesia yang terafiliasi dengan ISIS tewas ketika bentrok dengan tentara Filipina pada April lalu. Berdasarkan ini, Hasanuddin menyarankan pemerintah untuk menjalankan empat langkah dalam mengantisipasi teror.
Pertama, meningkatkan pengawasan terhadap warga negara asing dan warga negara Indonesia yang masuk ke tanah air. Selanjutnya, aparat intelijen bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk mengawasi wilayah yang diduga menjadi tepat persembunyian dan pelatihan ISIS. Kemudian, aparat keamanan mesti berperan aktif memeriksa bahan-bahan kimia yang berpotensi menjadi bahan peledak.
“Terakhir Presiden Joko Widodo harus segera mengintruksikan semua unsur intelijen untuk melakukan operasi intelijen khusus untuk mengejar dan menangkap aktor-aktornya,” kata Hasanuddin.
Sebelumnya, Kepala Divisi Humas Mabes Polri Setyo Wasisto mengatakan, serangan bom di Kampung Melayu ada hubungannya dengan bom-bom secara global. Di Manchester, Inggris, bom meledak setelah konser Ariana Grande usai yang menewaskan 22 orang. Lalu, ISIS di Filipina menyerang Kota Marawi.
Maute Bukan ISIS
Kebijakan Duterte yang menetapkan darurat militer secara keseluruhan di Mindanao mendapat kecaman dari kelompok progresif. Kebijakan itu hanya akan memperburuk situasi di Kota Marawi. Kebijakan itu buntut dari kelompok bersenjata Maute dilaporkan telah membakar sebuah sekolah katolik dan menyandera seorang pastor serta beberapa masyarakat sipil.
Pendekatan melalui militer ini tidak akan menyelesaikan persoalan, namun justru akan memperburuk keadaan. “Kami khawatir situasi ini akan membuat situasi menjadi ‘perang’ dan masyarakat akan menjadi korban,” kata Jerome Succor Aba, Presiden Nasional Moro group Suara Bangsamoro seperti dikutip bulatlat.com pada Selasa lalu.
Berkaitan dengan situasi baru-baru ini, kelompok Moro telah berbicara dengan Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF) dan Front Pembebasan Islam Moro (MILF) untuk berdialog dengan kelompok Maute agar meredakan ketegangan di kawasan tersebut. Maute merupakan kelompok sempalan MILF yang tidak puas dengan rencana pembicaraan damai MILF dengan pemerintah.
Berdasarkan laporan Davao Today pada 2016, pimpinan MILF dan Ketua Komisi Transisi Bangsamoro Ghazali Jaafar memastikan Maute bukan bagian dari ISIS. Kendati demikian, tidak ada jaminan bahwa Maute kelak tidak bergabung dengan ISIS karena kelompok ini sedang mencari dana untuk membeli senjata untuk melaksanakan operasi mereka. Lalu, mengapa pemberitaan di Indonesia menyebutkan kelompok ini sebagai ISIS? [KRG]