Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhajir Effendi [Foto: Istimewa]

Koran Sulindo – Kendati negeri ini mayoritas beragama Islam, tidak serta merta menjadi pembenaran untuk bertindak intoleran. Yang perlu diingat dan disadari bahwa Indonesia itu majemuk sehingga semua pihak perlu merawatnya.

Jangan main-main dengan kebinekaan, kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy. Oleh karena itu, mereka yang berbuat intoleran sesungguhnya perlu dipertanyakan kehidupan beragamanya.

“Memang masyarakat Indonesia mayoritas Muslim. Tapi, di beberapa wilayah justru Islam menjadi minoritas. Jika kita berbuat intoleran, ini bisa berdampak di tempat-tempat lain,” kata mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu di Bengkulu seperti dikutip antaranews.com, Minggu (14/5).

Muhadjir mengatakan, seseorang yang memahami agama Islam dengan baik, tidak mungkin akan berbuat intoleran, apalagi radikal. Ia karena itu mengimbau seluruh guru untuk memupuk semangat kebersamaan dan toleransi di sekolah. Salah satunya lewat peningkatan kualitas belajar mengajar.

Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2015 hingga 2020 untuk Bidang Pendidikan Tinggi, Penelitian dan Pengembangan itu menilai, reformasi sekolah akan dimulai pada tahun ajaran 2017/2018. Pada ajaran baru nanti waktu sekolah untuk siswa menjadi delapan jam.

Sistem belajar yang akan diterapkan kreatif, kritis dan analitis. Sementara pada hari Sabtu kelak, para siswa akan diarahkan untuk kegiatan ekstrakurikuler. Namun, keputusannya tergantung pihak sekolah.

Kendati waktu belajar di sekolah mencapai delapan jam, ia memastikan tidak akan ada penambahan mata pelajaran. Sekolah ditantang untuk membuat sistem belajar yang menarik sehingga siswa tidak bosan, katanya. [KRG]