Sungai Kapuas. (Foto: mmc.kalteng.go.id)

Setiap tanggal 27 Juli, bangsa Indonesia memperingati Hari Sungai Nasional, sebuah hari penting yang ditetapkan untuk mengingatkan masyarakat tentang pentingnya sungai dalam kehidupan.

Peringatan ini secara resmi ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai, dengan tanggal 27 Juli dipilih sebagai bentuk penghargaan terhadap momentum penetapan peraturan tersebut.

Dalam dokumen peraturan tersebut dijelaskan bahwa tujuan dari peringatan Hari Sungai Nasional adalah untuk memberikan motivasi kepada masyarakat agar peduli terhadap sungai.

Sungai tidak hanya sekadar aliran air yang mengalir di permukaan bumi, tetapi juga merupakan sistem kehidupan yang menopang ekosistem, sumber daya alam, ekonomi masyarakat, serta warisan budaya yang tak ternilai harganya.

Melansir dari laman Kementerian Lingkungan Hidup, peringatan Hari Sungai Nasional 2025 mengusung tema: “Sungai Lestari, Lingkungan Sehat, Masyarakat Sejahtera.” Tema ini menyuarakan pesan bahwa kelestarian sungai bukan hanya berkaitan dengan aspek ekologis, tetapi juga menyentuh dimensi sosial, ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat secara luas.

Sungai yang terjaga kelestariannya diyakini mampu mengatasi berbagai ancaman, seperti:

1. Pencemaran air akibat limbah domestik, industri, dan pertanian.

2. Kerusakan habitat yang mengganggu keseimbangan ekosistem.

3. Alih fungsi lahan yang menyebabkan banjir, kekeringan, dan kehilangan biodiversitas.

Selain itu, sungai yang sehat berkontribusi langsung terhadap kualitas lingkungan. Ia menyediakan air bersih, mendukung ekosistem alami, membantu mempertahankan kelembaban udara, serta mengurangi risiko bencana hidrometeorologi seperti banjir bandang dan kekeringan ekstrem.

Bagi masyarakat Indonesia, terutama yang tinggal di daerah pesisir atau sepanjang aliran sungai, keberadaan sungai adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. Sungai menjadi sumber air bersih dan irigasi pertanian, habitat ikan dan spesies air tawar lainnya.

Bahkan menjadi jalur transportasi tradisional, terutama di wilayah pedalaman Kalimantan, Papua, dan sebagian Sumatera, menjadi tempat berwisata dan rekreasi, serta sarana edukasi lingkungan, serta basis budaya dan sejarah, seperti dalam kasus Sungai Musi di Sumatera Selatan yang menjadi pusat Kerajaan Sriwijaya.

Sungai yang dijaga kelestariannya bisa menjadi pendorong ekonomi lokal, melalui sektor perikanan, pertanian, dan pariwisata berbasis alam yang semakin diminati wisatawan domestik maupun mancanegara.

Potret Lima Sungai Terpanjang di Indonesia

Sebagai negara kepulauan yang besar, Indonesia memiliki ribuan sungai, baik yang besar maupun kecil. Namun demikian, data jumlah sungai dan danau di Indonesia hingga kini masih belum akurat.

Hal ini diungkap oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang menyatakan bahwa pendataan resmi dan valid terhadap keberadaan badan-badan air di tanah air masih terus dikembangkan.

Meski begitu, berikut ini adalah lima sungai terpanjang di Indonesia, yang tidak hanya terkenal karena panjangnya, tetapi juga karena kontribusinya yang besar bagi kehidupan masyarakat sekitar:

1. Sungai Kapuas – 1.143 Kilometer

Terletak di Provinsi Kalimantan Barat, Sungai Kapuas memegang predikat sebagai sungai terpanjang di Indonesia. Alirannya bermula dari Pegunungan Müller dan mengalir hingga ke Selat Karimata, yang merupakan bagian dari Laut Cina Selatan.

Sungai Kapuas melintasi berbagai wilayah dan telah lama dijadikan jalur transportasi air oleh masyarakat. Uniknya, daerah-daerah di tepi Sungai Kapuas kini juga dikembangkan menjadi objek wisata, seperti wisata susur sungai dan konservasi alam. Keberadaan hutan hujan tropis yang masih terjaga di sekitar aliran sungai turut mendukung ekosistem Kapuas tetap lestari dan sehat.

2. Sungai Mahakam – 920 Kilometer

Sungai Mahakam terletak di Provinsi Kalimantan Timur dan bermuara di Selat Makassar. Sungai ini mengalir dari Kabupaten Kutai Barat di hulu hingga ke Kota Samarinda di hilir.

Sejak masa lampau, Sungai Mahakam memiliki peran vital dalam kehidupan masyarakat, tidak hanya sebagai sumber air, tetapi juga sebagai jalur transportasi dan sumber mata pencaharian, khususnya di bidang perikanan air tawar. Mahakam juga dikenal sebagai habitat dari ikan pesut Mahakam, spesies langka yang kini terancam punah.

3. Sungai Barito – 890 Kilometer

Sungai Barito mengalir dari Kalimantan Tengah hingga Kalimantan Selatan, bermula dari Pegunungan Schwaner dan berakhir di Laut Jawa. Selain menjadi sungai penting untuk transportasi dan pengairan, Barito juga terkenal dengan keberadaan Pasar Apung, yaitu pasar tradisional di atas sungai yang menjadi daya tarik wisata tersendiri.

Pasar apung ini adalah simbol budaya masyarakat sungai, di mana jual beli dilakukan langsung dari atas perahu. Tak hanya itu, sejumlah titik sepanjang Sungai Barito telah dikembangkan sebagai objek wisata, dengan penataan kawasan tepian sungai yang estetis dan ramah pengunjung.

4. Sungai Batanghari – 800 Kilometer

Sungai Batanghari adalah sungai utama di Pulau Sumatera yang mengalir dari Kabupaten Solok, Sumatera Barat, dan bermuara di Provinsi Jambi, mengalirkan air dari Gunung Rasan hingga Laut Cina Selatan.

Sebagian aliran sungai ini melewati kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat, wilayah konservasi yang menjadi rumah bagi flora dan fauna endemik Sumatera. Namun, sungai ini juga menghadapi tantangan berat berupa pertambangan ilegal dan eksploitasi hutan, yang menyebabkan perubahan arus, erosi tepian, dan pendangkalan yang cukup parah. Hal ini berdampak langsung pada ekosistem dan kehidupan masyarakat yang menggantungkan hidup pada sungai ini.

5. Sungai Musi – 750 Kilometer

Sungai Musi berada di Provinsi Sumatera Selatan dan mengalir dari Kepahiang di Bengkulu hingga bermuara di Selat Bangka. Sungai ini membelah Kota Palembang, dan di atasnya dibangun Jembatan Ampera, salah satu ikon arsitektur dan sejarah kota tersebut.

Sejak zaman Kerajaan Sriwijaya, Sungai Musi telah menjadi sarana transportasi utama, dan hingga kini masih memainkan peran penting dalam ekonomi lokal, distribusi barang, serta pariwisata budaya. Keberadaan pelabuhan tradisional, kampung nelayan, dan pasar terapung menjadikan Musi sebagai nadi kehidupan kota dan pusat kebudayaan Palembang.

Sungai Bukan Tempat Sampah

Masih banyak masyarakat yang menganggap sungai sebagai tempat pembuangan akhir, baik untuk limbah rumah tangga, sampah plastik, limbah industri, bahkan kotoran manusia. Padahal, perilaku ini berdampak langsung pada penurunan kualitas air, matinya biota sungai, dan meningkatnya risiko banjir akibat pendangkalan.

Kesadaran ini harus dibangun secara kolektif, dimulai dari edukasi kepada anak-anak sekolah, penyediaan infrastruktur sanitasi yang layak, hingga penegakan hukum terhadap pelanggaran lingkungan. Pemerintah juga perlu mendorong rehabilitasi Daerah Aliran Sungai (DAS) secara berkelanjutan, dengan melibatkan komunitas lokal dan dunia usaha.

Peringatan Hari Sungai Nasional pada 27 Juli 2025 bukan sekadar agenda tahunan, melainkan seruan moral dan aksi nyata bagi seluruh lapisan masyarakat untuk menjaga sungai sebagai sumber kehidupan. Sungai bukan hanya bagian dari alam, tetapi juga bagian dari sejarah, budaya, ekonomi, dan identitas bangsa.

Ketika kita menjaga sungai, maka kita sedang menjaga air, menjaga pangan, menjaga udara, dan menjaga generasi masa depan. Sungai yang lestari mencerminkan masyarakat yang peduli, lingkungan yang sehat, dan negara yang berdaulat atas sumber daya airnya sendiri. [UN]