Koran Sulindo – Untuk membenarkan reform kapitalisnya, kaum revisionis harus mendiskreditkan Mao dan sukses-sukses besar Tiongkok sosialis, dan membesar-besarkan kelemahan serta kesulitan dalam membangun masyarakat baru yang menjamin kesetaraan, keadilan, demokrasi rakyat sejati dengan perspektif menghilangkan penghisapan manusia oleh manusia. Sebuah pekerjaan yang tak mudah bagi kaum revisionis, karena Mao tetap merupakan pemimpin yang paling dihormati dan dicintai rakyat Tiongkok dan pengaruh ajarannya semakin luas dalam gerakan rakyat progresif di dunia.
Dazhai
Dalam proses kolektivisasi terdapat desa-desa yang pesat kemajuannya , ada yang sedang dan ada juga yang terseok-seok jalannya. Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangannya. W. Hinton tinggal di Desa Zhangzhuangcun (Long Bow) di sekitar Beijing untuk mengikuti langsung proses kolektivisasi dalam dua periode yang berbeda. Kunjungan pertama terjadi dalam periode antara 1948-1953. Yang kedua terjadi pada tahun 1970’an. Ia melukiskan penyabotan para penentang kolektivisasi sebagai berikut:
“Orang lain meniup hal ini menjadi angin besar yang melampaui apa yang dikemukakan, tidak hanya dalam ukuran luasnya tetapi juga yang bersangkutan dengan kedalamannya. Misalnya, penggalian menjadi penggalian super-besar dan super-dalam; penanaman yang diusulkan untuk lebih dekat satu sama lain, sekarang dilakukan dengan super dekat, super pemupukan, dan pengarahan buta lainnya yang mencapai tingkat absurditas. Yang menjadi pertanyaan besar adalah, dari mana datangnya se mua angin ini? Jawabannya cukup jelas: dari klik Liu Shao-qi. Dalam masalah koperasi, Liu dan rekan-rekannya yang menguasai departemen organisasi seluruh partai, menempuh proses sama, yang sebe lumnya mereka lakukan juga dalam reform tanah : yaitu, pertama, kanan, lalu kiri, kemudian ke kanan lagi. Pertama, mereka menyeret kakinya, bukannya membantu kaum tani mengkonsolidasi koperasi yang lemah, tapi malah membubarkannya, dan kemudian, ketika gerakan tidak bisa lagi ditahan oleh taktik-taktik seperti itu, mereka melompat masuk untuk mendorong semuanya sejauh mungkin ke ‘kiri’ sampai kepada titik di mana, tentu saja, gerakan menjadi runtuh disebabkan oleh ekses-ekses nya dan dengan begitu runtuh juga prestise revolusi, prestise sosialisme, karena semua ekses dikipasi atas nama revolusi, atas nama sosialisme. Kemudian datang dorongan untuk privatisasi melalui kontrak keluarga.”
Di samping perlawanan dari para penentang kolektivisasi, kaum Maois harus menghadapi hambatan dan kesulitan yang datang dari faktor subjektif kaum tani, keadaan objektif-geografis pedesaan, dan kesalahan serta kelemahan dalam menyelesaikan berbagai kontradiksi antara kelas yang berbeda dan di dalam satu kelas tertentu.
Dazhai adalah sebuah desa di daerah pegunungan di kabupaten Xiyang, provinsi Shanxi, dengan kon disi alam yang keras dan buruk dan tanah tidak subur. Setelah gerakan koperasi, di bawah pimpinan Chen Yonggui, penduduk Dazhai, tidak lebih dari 100 keluarga tani, kira-kira 300 orang, mengubah le reng gunung tandus dan parit-parit menjadi lahan pertanian subur yang menghasilkan panen raya.
Sebelum pembebasan, ketika berumur 8 tahun, Chen Yonggui bekerja sebagai penggembala, kemudian meninggalkan desanya dan bekerja sebagai buruh. Kelaparan dan pukulan yang dia dapatkan. Akhirnya ia kembali ke desanya, Dazhai. 1942, Partai Komunis datang ke Dazhai, sedangkan kota-kota kecil di sekitarnya masih berada di bawah kontrol Jepang, dan kadang-kadang mereka datang menyerang Dazhai. 40 pemuda dan laki-laki setengah baya, termasuk paman Chen Yonggui, dari 60 keluarga di Dazhai, dibunuh Jepang yang ketika itu menerapkan politik “bakar, rampok, bunuh”.
Apa “Rahasia” Keberhasilan Dazhai?
Dazhai dikenal sebagai kolektif tani yang menerapkan dengan baik prinsip “berdikari”, “politik revolusioner sebgai panglima”, “pertama kepentingan umum, kepentingan pribadi kedua”. Semua prinsip itu dilaksanakan dengan kerja keras, tak kenal waktu, tak kenal lelah, tak kenal musim untuk memba ngun lahan pertanian dan perumahan bagi para anggotanya. Siang hari digunakan untuk memba ngun lahan pertanian, malam hari untuk membangun kembali perumahan. Air untuk irigasi diangkut dari tempat yang jauhnya berkilo-kilo meter, lereng gunung tandus diubah menjadi lahan pertanian bertingkat yang subur dan produktif. Mereka menganjurkan “tiga menolak”: menolak dana bantuan negara, menolak bantuan gandum negara, dan menolak rumah bantuan negara. Dalam waktu dua tahun mereka selesai membangun lahan pertanian bertingkat dan pembangunan rumah selesai dalam tiga tahun.
Komite Partai Dazhai mendidik para anggotanya supaya tidak saja mencintai brigade kerjanya dan kolektif kecil mereka, tapi juga memperhatikan kepentingan seluruh Tiongkok dan perjuangan pembe basan rakyat sedunia. Kaum tani dimotivasi dengan ide meningkatkan status perempuan, karena Mao mengajarkan bahwa kaum perempuan “menyangga separuh dari langit”. Melalui kegiatannya, penduduk Dazhai menjawab pertanyaan “untuk apa kita hidup?”. Misi mulia mereka adalah membebaskan rakyat tertindas sedunia dan mengakhiri kemiskinan. Dan cara yang mereka pilih adalah kolektivisme dan kepentingan orang lain di atas kepentingan diri sendiri alias altruisme.
Inspirasi juga datang dari pidato tahun 1945, di Yenan, di mana Mao memberi isi baru kepada cerita lama “kakek pandir memindahkan gunung”. Mao menjelaskan rakyat Tiongkok menghadapi dua gunung besar, imperialisme dan feodalisme. PKT sudah sejak lama bertekad untuk membongkar dan melenyapkan kedua gunung yang menghalangi kemajuan. Kekuatan maha kuasa yang akan memastikan keberhasilan usaha itu adalah massa rakyat Tiongkok. Kalau PKT bersama rakyat bekerja keras terus dengan gigih dan teguh, pasti kedua gunung itu dapat diratakan.
Pengalaman dan sukses besar kaum tani Dazhai telah membuat Mao pada tahun 1964, melancarkan gerakan “Pertanian Belajar pada Dazhai”. Slogan-slogan yang berkaitan dengan Dazhai ketika itu, antara lain, “memindahkan gunung untuk menciptakan lahan pertanian”, “mengubah langit dan tanah” “bekerja keras, dengan energi ekstra dan rajin guna membangun desa menjadi Dazhai dalam waktu tiga tahun”. Kaum tani bekerja diiringi musik dan lagu-lagu revolusioner yang disiarkan melalui pe ngeras suara di tempat-tempat kerja. Malam hari, ketika mereka istirahat, diputar film atau acara kesenian dipentaskan.
Menjawab seruan Mao, tiap tahun sekitar 80 juta tani turut serta dalam membangun lahan pertanian. Awal dan pertengahan 1970-an, diperkirakan 30 persen dari tenaga kerja desa terlibat dalam pembangunan infrastruktur di daerah pedesaan. Kerja keras tim-tim kerja dan komune rakyat yang tak terhitung banyaknya itu telah mengubah pemandangan pedesaan Tiongkok dan membuka jalan bagi mekanisasi pertanian.
Gerakan “Belajar pada Dazhai” tak luput dari perlawanan kaum revisionis modern (remo). Tahun 70-an, walaupun Liu Shaoqi sudah disingkirkan, tapi pengikutnya masih banyak yang menguasai organisasi partai di berbagai tingkat dan struktur negara. Dalam Konferensi Nasional tentang Belajar pada Dazhai yang diselenggarakan pada September 1975, Jiang Qing mengemukakan, di beberapa tim produksi masih diterapkan kebijakan kapitalis San Zi Yi Bao, “Tiga Sendiri Satu Jaminan”, yaitu perluasan tanah pribadi, peningkatan usaha kecil dengan tanggung jawab sendiri atas keuntungan dan kerugian, kuota output ditentukan berdasarkan pada tanggung jawab keluarga sendiri, dan perluasan pasar bebas. Sejak tahun 50-an Liu dan kliknya selalu mencari dan menggunakan kesempatan untuk menerapkan San Zi Yi Bao guna menahan arus kolektivisasi Mao. Agen remo mencoba membela Liu-Deng dengan mengatakan, dalam periode itu mereka tidak menentang Mao, padahal bukti sudah begitu banyak. Teori dan kebijakan yang diterapkan dalam reform kapitalis Deng, lahir pada tahun 50-an dan 60-an.
Reform Kapitalis Deng di Dazhai
Kudeta 1976, penangkapan the “Gang of Four”, penyingkiran, persekusi dan pembunuhan terhadap kaum Maois, telah menghentikan semua usaha untuk meneruskan dan mengkonsolidasi sosialisme. Dalam pimpinan PKT pusat dimulai proses untuk meninjau kembali semua kebijakan Mao sejak pembentukan RRT 1949 dan meloloskan politik revisionis/kapitalis yang ditentang Mao. Dalam pertanian hanya Chen Yonggui yang teguh membela kolektivisasi, dan khususnya apa yang sudah dicapai di desanya, Dazhai.
Bagi pemerintahan Orde Baru (Orba) sampai sekarang, semua yang berbau “kiri” dianggap “salah dan jahat”. Jangan heran dan terkejut, di Tiongkoknya “the butcher of Peking”, sama! “Kiri” adalah semua teori dan praktik sosialisme Mao, dan itu dianggap salah dan buruk!
Wan Li, Sekretaris Partai Senior Provinsi Anhui sudah sejak lama diam-diam menentang kolektivisme. Ia menganggap Dazhai sebagai “penyelewengan kiri”. Dalam Sidang Pleno Ketiga CC PKT ke-11, dimulailah penghancuran kolektivisme/komune rakyat yang dibangun atas dasar “60 Peraturan tentang Komune Rakyat” yang diformulasi sesuai dengan instruksi Mao pada tahun 1961. Dalam perdebatan di Komite Sentral hanya Chen Yonggui yang menentang amandemen yang mengajukan pertanian individual, rangsang materiil, perluasan tanah pribadi dan kebijakan lain yang oleh Mao telah dibelejeti sebagai jalan menuju kapitalisme.
Kritik dan kecaman kepada Kabupaten Xiyang dan Chen Yonggui, tokoh utamanya, mulai berhamburan. Fitnah, pemutarbalikan fakta, kebohongan gencar disebarkan oleh media resmi partai dan negara untuk mendiskreditkan Dazhai dan Chen Yonggui. Misalnya, disebarkan berita bahwa pimpinan Dazhai menggelembungkan dan memalsu angka-angka hasil pertaniannya; bahwa hasil itu tak mungkin dicapai tanpa bantuan Tentara Pembebasan Rakyat; bahwa pemerintah dulu telah menyiarkan berita palsu karena telah menciptakan ilusi tentang komunitas utopis; bahwa altruisme dan mengorbankan diri sendiri adalah sesuatu yang tak mungkin dan tak dapat dipertahankan. Semua ini sebenarnya merupakan perlawanan kepada Mao serta ajarannya. Mao memuji Dazhai dan mengangkatnya sebagai contoh untuk pertanian seluruh negeri; sekarang Dazhai dikutuk dan dihancurkan.
Serangan kaum revisionis telah membuat Chen Yonggui meletakkan jabatan sebagai Wakil Perdana Menteri (PM). Tak lama setelah kembali ke Dazhai, tahun 80-an, ia dipecat dari kedudukannya sebagai sekretaris Komite Partai Xiyang. Wakil Sekretaris, Li Xishen yang biasanya bertanggung jawab atas jalannya organisasi tiap kali Chen Yonggui berada di Beijing, juga dipecat. Guo Fenglian, Sekretaris Cabang Partai Dazhai dimutasi ke kabupaten. Komite Partai Distrik Jinzhong yang memiliki yurisdiksi atas Xiyang direorganisasi, demikian juga organisasi partai di Dazhai. Partai dikuasai elemen-elemen revisionis, tanah komunal dibagi ke perseorangan/keluarga, ditegakkan “sistem tanggung jawab keluarga”, ekonomi pasar bebas dikembangkan; ajaran Konghucu, kebiasaan dan kepercayaan feodal kembali menguasai mental dan sanubari kaum tani.
Kemudian, 12 Februari 1981, muncul di Renmin Ribao (Harian Rakyat, organ resmi PKT dan negara), sebuah komentar tentang “otokritik” Komite Partai Provinsi Shanxi yang menyatakan “sebelum Revolusi Besar Kebudayaan Proletar (RBKP), Dazhai memang merupakan model pertanian yang maju. Tapi sejak RBKP, ia telah menjadi model penerapan “garis kiri”, yaitu “dengan teguh melancarkan revolusi di bawah kediktaturan proletar”. Padahal “melancarkan revolusi di bawah kediktaturan proletar” adalah sumbangan Mao kepada Marxisme-Leninisme. Ini diakui oleh banyak partai dan organisasi politik di berbagai negeri. Artinya Chen Yonggui di Dazhai menerapkan ajaran Mao, tapi kaum revisionis malah menganggap itu merupakan “garis kiri” yang harus dikutuk!
Pada 15 April, 1981, komentator Renmin Ribao memuji Kapubaten Xiyang di bawah pimpinan komite partai baru yang telah “membebaskan” diri dari “belenggu ideologi dan politik kiri masa lalu” dan dengan demikian mencapai “pembebasan”. Saksikan sendiri bagaimana “ideologi dan politik kiri” menjadi musuh rezim Tiongkok kapitalis.
Pada 17 September, 1987, Xinhua News memuat cerita tentang peningkatan kemakmuran penduduk Dazhai yang menunjukkan “keunggulan sistim tanggung jawab” dibandingkan dengan egalitarianisme kooperatif yang dulu.
Tapi, kredibilitas Xinhua News dihancurkan oleh W. Hinton yang menyatakan, investigasi langsung di tempat tidak mendukung apa yang diklaim cerita itu. Selama lima belas tahun, W. Hinton berulang kali mengunjungi Dazhai: lima kali ketika desa itu masih merupakan model kolektivisme, dan empat kali ketika Dazhai dikecam dan mengalami tahap-tahap reform. Beberapa kali merupakan kunjungan intensif dan lama. Hanya dalam bulan Juni 1987, ia tinggal satu hari saja. Tapi adiknya, Joan Hinton, meneruskan dengan kunjungan yang lebih lama, pada bulan Agustus 1987.
W. Hinton menyatakan, kaum revisionis membuat sebuah perbandingan yang bias. Diajukan tiga bukti keunggulan dari reform: 1) peningkatan dalam pendapatan kotor: 185.000 yuan pada tahun 1978 menjadi 630.000 yuan, tahun 1986. 2) Pendapatan rata-rata perkapita naik dari 186 yuan pada tahun 1978 menjadi 650 yuan, tahun 1985. Tapi, setahun kemudian, 1987, pendapatan turun menjadi 608 yuan, disebabkan adanya investasi besar di pertambangan batu bara kedua. 3) Dibangunnya perusahaan dan industri yang melahirkan pendapatan baru sebanyak 490.000 yuan pada tahun 1986.
Sanggahan W. Hinton. Pertama, tak satu pun dari angka-angka itu dikoreksi dan disesuaikan dengan inflasi. Sejak tahun 1978, nilai mata uang yuan turun dari US$ 1,00 = 1,6 yuan menjadi US$ 1,00 = 3,7 yuan pada tahun 1987. Kurs resmi kemungkinan besar tidak mencerminkan kemerosotan nilai yuan yang sebenarnya. Sementara itu di pasar gelap US$1,00 = 6 sampai 7 yuan.
Kalau nilai yuan kita hadapkan dengan barang dagangan di Tiongkok, kemerosotan nilai uang juga substansial. Di Provinsi Shanxi, pada tahun 70-an, 1 jin (0,5 kg) jagung, 9 sen. Tahun 1987, naik menjadi 24 sen. China Daily, 9 November, memuat kenaikan harga sebesar 27 persen antara 1985 dan 1987. Artinya, kalau mau membandingkan dengan benar, semua angka pada tahun 1978 harus dikali dua atau semua angka pada tahun 1986 harus dibagi dua.
Kedua, angka-angka sebelum reform tidak dapat dibandingkan secara langsung begitu saja dengan angka-angka setelah reform. Karena, uang pendapatan setelah reform mencerminkan hampir keseluruhan dari pendapatan yang diterima. Sedangkan pendapatan sebelum reform hanya merupakan 60 persen hingga 75 persen dari pendapatan total. Karena, semua anggota brigade menerima rumah, layanan kesehatan, bahan bakar, listrik dan barang serta layanan lain gratis. Tak diketahui berapa yuan nilai total dari semua jaminan itu. Berdasarkan pada harga sebelum reform, Hinton memperkirakan paling tidak nilainya sebesar 50 yuan per kapita per tahun.
Di samping itu, dalam menilai pendapatan sebelum reform, harus dihitung nilai aset baru yang ditambahkan tiap tahun pada dana yang diakumulasi dan nilai aset tetap yang dilahirkan oleh kerja kolektif, seperti lahan pertanian bertingkat yang sangat produktif, rumah-rumah gua dari batu yang kuat untuk keluarga. Lahan-lahan pertanian tidak melahirkan hasil dengan segera, tapi memastikan tingkat pendapatan yang lebih tinggi di masa depan.
Kalau mau membandingkan dengan adil, harusnya semua aset kolektif yang dimiliki Dazhai dihitung dan dibagikan ke pendapatan penduduk per kapita. Karena, sebelum reform, pekerjaan yang dikerjakan secara kolektif, seperti memperbaiki jalan, membangun lahan baru, memperbaiki lahan bertingkat, meluaskan irigasi dan membuat usaha baru dihitung sebagai workpoint. Setelah reform, semuanya dibayar dengan uang. Hinton memperkirakan nilai semua aset yang dilahirkan oleh kerja kolektif, dan dibagikan kepada kaum tani, akan menghasilkan paling sedikit 50 yuan, yang harus ditambahkan kepada pendapatan per kapita per tahun.
Soal lain adalah ongkos produksi. Dulu jelas hitungannya. Pendapatan harus dipotong ongkos produksi sebelum disisihkan untuk dana kesejahteraan, dana akumulasi dan dana distribusi. Setelah reform, hampir semua produksi di tangan perseorangan, sulit untuk menghitung ongkos produksi. Hinton menghitung: dari pendapatan kotor 630 ribu yuan pada tahun 1986, 306 ribu untuk mereka yang bekerja secara perorangan. Angka itulah yang dibagi 504, dan menghasilkan 608 yuan per kapita untuk tahun itu. Tapi, sebenarnya ongkos produksi harus dipotong dari 306 ribu itu, sehingga ketika dibagi 504, hasilnya jadi kurang dari 608 yuan.
Artinya, kalau kita mempertimbangkan nilai aset kolektif, nilai jaminan sosial dan inflasi, pendapatan rata-rata petani Dazhai per kapita per tahun untuk tahun 1978: 186+50+50=286 dan ini masih harus dikali dua karena inflasi. Maka, pendapatan rata-rata per capita per tahun pada 1978 diperkirakan mencapai 572 yuan.
Ketiga, dalam menghitung pendapatan tahun 1987, harus dipertimbangkan juga pertambahan tenaga kerja sejak 1978 sebesar 40%, yang bekerja di pertambangan batu bara. Ini meningkatkan pendapatan di Dazhai. Jadi pendapatan yang dibanggakan dan ditampilkan sebagai keunggulan pertanian perseorangan bukan murni hasil pertaniannya. Di samping itu, banyak proyek pertanian kolektif dalam kurun waktu 8-9 tahun sudah merosot dan hancur. Yang mengkompensasi kehilangan pendapatan dari pertanian adalah pendapatan dari tambang batu bara, yang pada zaman kolektivisasi tidak ada.
Bicara soal perusahaan dan industri “baru” yang dilahirkan oleh reform, terdapat juga kecurangan kaum revisionis. Mereka mengklaim beberapa perusahaan seolah-olah dibangun berkat reform. Padahal usaha itu sudah berjalan ketika masih jaya kolektivisme di Dazhai. Misalnya, usaha pembakaran batu bata, pabrik kecap, dan pabrik cuka. Tahun 1971, keluarga Hinton pernah kerja di pembakaran batu bata itu.
Perbedaan lain antara sebelum dan setelah reform, walaupun kecil tapi mempunyai arti penting adalah sekretaris partai desa mendapat gaji dari negara. Hal ini timbul karena penduduk Dazhai menolak privatisasi, sehingga pemerintah terpaksa mengirim kader dari pusat guna melaksanakan reform. Sejak itulah kotapraja membayar gaji sekretaris partai di Dazhai. Ia menerima 700 yuan per tahun, plus 3 yuan per hari kalau bicara dengan pengunjung desa. Agustus 1987, dari sumber ini saja, ia menerima lebih dari 270 yuan. Dia juga punya sebidang tanah, dari situ bertambah pendapatannya.
Dalam pikiran tani Dazhai, orang yang menerima gaji dari negara, berarti orang itu terpisah jauh dari mereka yang pendapatannya datang dari kerja keras secara fisik. Penduduk Dazhai tidak senang desa mereka dipimpin dan dijalankan oleh orang “luar” yang digaji negara. [Tatiana Lukman]