Bung Karno ke Arab Saudi
Ibadah haji pada 1955 itu merupakan pertemuan pertama Sukarno dan Raja Saud. Setelah Sukarno beribadah, Raja Saud menemui Sukarno yang dianggapnya kawan dekat. Disebut kawan dekat karena memang Indonesia dan Arab Saudi mempunyai hubungan diplomatik yang baik. Salah satu buktinya adalah saat Konferensi Asia Afrika di Bandung pada tahun yang sama, pihak Arab Saudi mendukung penuh ide Dasa Sila Bandung.
Dasa Sila Bandung adalah konsep bernegara yang merupakan hasil dari KAA. Kembali ke pertemuan Raja Saud dan Sukarno, saat itu Raja Salman masih berusia 19 tahun. Dia ikut menemani Raja Saud saat menerima rombongan dari Indonesia. Raja Saud dan Sukarno terlihat begitu akrab. Saat pertemuan itu Sukarno diberikan cinderamata oleh Raja Saud. Pada haji akbar itu juga Saudi memberikan nama Ahmad, namun jarang digunakan Bung Karno.
“Raja Saud memotong-motong kiswah atau kain penutup Kabah dibikin dari tenunan kain sutera berhiaskan kaligrafi terbuat dari 120 kilogram emas murni dan berpuluh-puluh kilogram perak. Potongan-potongan Kiswah tersebut kemudian dibagikan kepada tamu-tamu kerajaan,” tulis Cindy Adams dalam bukunya yang berjudul ‘Penyambung Lidah Rakyat.
Di Madinah, rombongan Sukarno juga diberi kehormatan untuk melakukan upacara inagurasi menandai selesainya pemugaran Masjid Rasullah Nabawi yang telah dimulai sejak Raja Saud bertahta pada 1953. Hal menarik lainnya yaitu, selama berada di Arab Saudi, Sukarno diberi fasilitas mobil buatan Amerika, Chrysler Crown Imperial oleh Raja Saud.
Saat kembali ke tanah air, mobil itu dihadiahkan kepada Bung Karno. “Ketika aku akan kembali ke tanah air, Raja Arab Saudi mengatakan, Presiden Sukarno, mobil Chrysler Crown Imperial ini telah Anda pakai selama berada di sini. Dan sekarang saya menyerahkannya kepada anda sebagai hadiah,” kata Bung Karno menirukan ucapan Raja Saudi.
Tentu saja Bung Karno girang bukan kepalang dengan pemberian hadiah itu. Sebagai balasan, Bung Karno mengundang Raja Saudi untuk datang ke Indonesia. Raja Saudi sangat mengagumi Bung Karno sebagai pendorong kemerdekaan negara negara Asia Afrika.
Ada satu kisah tersendiri saat Bung Karno mengunjungi makam Rasulullah SAW di Medinah. Ketika sampai di makam, Bung Karno melepaskan semua atribut-atribut dan pangkat kenegaraan yang digunakan. Kemudian Raja Saudi keheranan dan bertanya pada Bung Karno. “Di sana hanya ada Rasulullah SAW yang memiliki pangkat yang jauh lebih tinggi dari kita, aku, dan dirimu,” jawab Bung Karno. Komitmen Bung Karno terhadap Islam tak pernah berhenti.
Hubungan erat antar kedua kepala negara itu tetap berjalin, dan mereka bertemu lagi dalam Konferensi Non Blok I di Beograd tahun 1962. Saat sebelum sidang, BK memerintahkan Dubes Keliling RI nyonya Supeni untuk mengundang Raja Saud menemuinya. Dia sempat kebingungan apa alasannya untuk meminta Raja Saud ketemu BK, lalu dia teringat akan undangan pemerintah RI kepada raja Saudi tersebut. Hal itulah yang disampaikan kepada Raja Saud.
Singkat cerita, Dubes keliling Indonesia ini berhasil ‘menyeret’ Raja Saudi tersebut bertemu dengan Bung Karno. Kedua pemimpin negara ini bertemu dan bercakap sembari tertawa. Strategi utama dari BK adalah, bagaimana agar negeri Arab Saudi mau menanam investasi di Indonesia. Hal ini, diungkapkan langsung oleh Bung Karno ke Supeni dengan berbisik, “Kau tahu? Aku sudah meminta supaya uangnya yang banyak itu ditanam di Indonesia. Dia juga berjanji akan datang sambil membawa investasi.”
Namun sampai Bung Karno turun dari kekuasaan, Raja dari Saudi tidak pernah datang ke Indonesia, dan juga tak pernah menanamkan uangnya di Indonesia. Satu-satunya yang tersisa hanya mobil Chrysler Crown Imperial pemberian Raja Saudi, itu pun rusak dan hancur akibat terkena lemparan granat dalam peristiwa pengeboman Cikini. [YAN]